Assalamu'alaikum, pemirsa yang berhati baik, dan selamat datang di
Silsilah Mulia Kita. Dari pulau Jawa di Indonesia, sebuah pesan kebaikan
yang penuh kasih melebarkan sayap-sayapnya, dengan harapan untuk suatu
era baru akan kedamaian dan harmoni. Imam Al-Fakir Kyai Haji Muhammad
Asnawi dari Wonosobo, Jawa Tengah, mempromosikan satu gaya hidup welas
asih yang dimulai di setiap rumah, di meja makan.
Kyai Haji Muhammad Asnawi, Pondok Pesantren Daarus Salikin, Wonosobo, Jawa Tengah: Assalamu’alaikum
warahmatullaahi wa barakaatuh. Kepada para santri yang saya cintai dan
kepada segenap umat Islam, saya menyampaikan pesan-pesan yang menyangkut
makanan yang kita makan.
Supreme Master TV:
Imam Al-Fakir Asnawi adalah salah satu pengurus dan pengasuh di sini di
Pesantren Daarussolihin, yang memiliki sebuah masjid dengan nama yang
sama. Pesantren itu saat ini mengajarkan dan melatih 250 santri yang
bercita-cita menjadi imam. Imam Al-Fakir Asnawi, dia sendiri seorang
vegetarian percaya bahwa menyantap pola makan tanpa daging sebenarnya
adalah tindakan ketakwaan terhadap Allah.
Kyai Haji Muhammad Asnawi:
Ini adalah merupakan ibadah. Sebagaimana Ibnu Ruslan mengatakan lakin
idza nawabi aqlihil quwa li thaa’atillaahi lahu maa qathnawa (/red: jika
kita mempunyai niat dan mengimbanginya dengan alasan kuat karena
ketaatan kepada Allah, maka doa kita akan dikabulkan). Manakala kita
makan adalah untuk niat taqwa, maka keniatan itu menjadi taqwa pula.
Artinya makan ini adalah punya nilai yang besar di hadapan Allah: akan
ada pahalanya manakala kita niat bahwa makan itu adalah untuk kekuatan
taqwa. Maka atas dasar bahwa cita-cita kita adalah untuk taqwa, makanan
itu hendaknya dijaga dan diperhatikan, kecuali makanan yang toyyib (baik
dan murni) dan halal (diperbolehkan). Walahmuha daa’un, daging sapi ini
adalah penyakit. Terbukti dinyatakan oleh para pakar gizi bahwa
sapi-sapi yang ada sekarang ini bahwa daging-dagingnya mengandung
bermacam-macam penyakit. Oleh sebab itu, saya tekankan kembali sekarang:
lebih baik makan makanan yang vegetarian artinya makanan yang
dikonsumsi terbuat dari sayur-mayur, termasuk yang dibuat dari kedelai.
Rasulullah
Sholallahu ’alaihi Wassalam, telah menegaskan bahwa 70 % para Anbiya
dahulu ini adalah mengkonsumsi kedelai, karena di sana terdapat beberapa
keistimewaan dan kebaikan sebagai tanaman-tanaman yang diberkahi oleh
Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Itu akan membawa kemanfaatan bagi tubuh kita.
Lebih-lebih makanan kita ini adalah sebagai dasar kekuatan untuk
beribadah. Beribadah dengan makanan yang halal (diperbolehkan), makanan
yang toyyib akan diterima oleh Allah, Subhanahu Wa Ta'ala. Sebagaimana
hadist, Rasulullah Sholallahu’alaihi wassalam, wakaifa yustajaabu wamal
basuuhu haraamun wamath’amhu haraamun waghufiya bil haraam (/red:
“Bagaimana mungkin doamu akan dikabulkan jika hartamu berasal dari
sesuatu yang haram, makanananmu berasal dari makanan yang dilarang?” dan
“Jauhkan dirimu dari barang-barang haram”).
Supreme Master TV:
Islam adalah agama terbesar kedua di dunia, dengan penganut sekitar
seperlima dari populasi dunia. Kata “Islam” berarti “tunduk pada
Kehendak Tuhan”, dan ajarannya berdasarkan pada kebijaksanaan dan welas
asih seorang tokoh agung, Nabi Muhammad, Sholallahu’alaihi Wassalam.
Imam Al-Fakir Asnawi menjelaskan beberapa ajaran inti Islam:
Kyai Haji Muhammad Asnawi:
Kita wajib belajar sebanyak tiga macam ilmu. Yang pertama adalah ilmu
yushahihu tongatan (/red: amalan dalam memuji Allah). Ilmu yang akan
menjadikan sah dan diterimanya amal ibadah kita yang lahir, yang lazim
disebut “ilmu syariat” atau juga disebut “ilmu fiqih”, dimana kita
beribadah harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk dan garis-garis ilmu
syariat. Sholat (ritual doa) kita, zakat kita, puasa kita harus sesuai
dengan syariat, maka, ilmu syariat wajib kita pelajari. Yang kedua
adalah akibatun aqidah yang akan membenarkan keimanan kita terhadap
Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Rukun-rukun iman yang keenam ini manakala
akidah ini benar maka akan diterima dan diakui sebagai golongan
ahlusunahwaljamaah (/red: yang mengikuti ajaran Alquran, hadis Nabi
Muhammad SAW, dan menerima ijmak [kata sepakat] ulama). Aqidah yang
benar adalah aqidah yang sesuai dengan Al Quran dan sesuai dengan
Assunah. Yang ketiga adalah ilmu yang menjadikan bersihnya hati kita
sekalian, wamindzaati kholbin shoolokhaa (/red: dari dasar hati yang
baik), hati kita menjadi bening, menjadi bersih, karena ada ilmu-ilmu
yang dilaksanakan, yang diajarkan oleh Rasulullah Sholallahu’alaihi
Wassalam, dan dilanjutkan oleh para ulama salaf. Ini yang lazim disebut
ilmu Tasawuf atau ilmu akhlak. Jadi, bukan hal yang baru.
Ilmu
Tasawuf itu sudah ada sejak zaman sahabat Rasulullah Sholallahu ’alaihi
Wassalam, yang targetnya adalah membersihkan hati atau lazim disebut
tazkiyatun nafsi ’anirodakili (/red: membersihkan diri seseorang dari
kaejahatan), jiwa kita dibersihkan dari kotoran-kotoran. Yang dimaksud
“kotoran” adalah ahklak-ahklak yang tercela, ahlakul madmumah atau
ahlakul muhliqat (/red: perbuatan tercela, atau tindakan kekejaman),
akhlak yang dicela oleh agama atau akhlak yang akan menghancurkan bagi
pelakunya. Siapa yang dapat melaksanakan, membersihkan jiwanya akan
selamat dunia dan akhirat, akan bahagia dunia dan akhirat. Qod aflaha
mandzakaha wa qod hofa mandasaha (/red: Sungguh beruntung mereka yang
membersihkan jiwa mereka dan sungguh malang mereka yang mencemarkan jiwa
mereka.). Akan bahagia bagi manusia yang dapat membersihkan jiwanya
dari sifat-sifat yang buruk, sifat-sifat yang keji, istilahnya rodai,
diisi dengan sifat-sifat yang terpuji atau disebut sifat mahmudah.
Itulah inti dari pelajaran Tasawuf. Artinya kebersihan hati ini dimulai
dari kebersihan lahirnya, badannya, pakaiannya, terus lingkungannya,
terus terutama sekali adalah dari makanannya. Ini semua tidak lepas dari
dawuh-dawuh Al Quran Alkarim.
Supreme Master TV: Kami
akan kembali sesaat lagi untuk melanjutkan tayangan kami mengenai
ajaran Islam yang welas asih. Anda sedang menyaksikan Silsilah Mulia
Kita di Supreme Master Television.
Selamat datang kembali ke
Silsilah Mulia Kita di Supreme Master Television dan wawancara kami
bersama Imam Al-Fakir KyaiMuhammad Asnawi di Wonosobo, Jawa Tengah di
Indonesia. Imam Al-Fakir Asnawi lebih jauh menjelaskan bahwa ibadah yang
benar pada Allah harus memasukkan gaya hidup diet yang murni, salah
satunya adalah tidak mencelakai makhluk lain dan berdasar pada kebaikan
kasih.
Kyai Haji Muhammad Asnawi:
Jin dan manusia dicipta oleh Allah, tugasnya adalah untuk beribadah,
mengabdi kepada Allah, mengikuti perintah Allah. Itu namanya ibadah.
Ibadah yang ditentukan oleh Allah, ibadah yang akan diterima adalah yang
hanya semata-mata karena Allah. Ibadah untuk karena Allah, ibadah yang
ikhlas ini harus ditopang dengan makanan yang halal, makanan yang sehat,
makanan yang diridhoi oleh Allah itu sendiri. Allah berpesan kepada
para Rasulullah, para anbiyaiullah (/red: utusan Allah), dan berpesan
kepada orang-orang mukmin: ya ayualadin, ya ayuharasul, monggo sami
dhahar ’in toyibati marhatna (/red: Wahai seluruh umat manusia, utusan
Allah, mari kita bersama-sama makan dalam kebaikan). Jadi, yang harus
dimakan itu adalah yang ada nilai toyib, ada nilai toyib.
Rizki
halal ini mengandung faidah: manakala manusia itu mengkonsumsi rizki
yang halal maka ibadahnya akan menjadi sehat, sedangkan hati atau jiwa
inilah yang akan menghadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kita berjalan
menuju Allah, seperti pondok kita ini dinamakan Daarussolihin. “Salikh”
itu maknanya berjalan, orang yang sedang berjalan menuju ridho Allah
Subhanahu Wa Ta'ala. Sedangkan perjalanan atau jalan itu, yang jalan itu
adalah hati, bukan dengan kaki, bukan dengan yang lain. Kita berjalan
itu adalah dengan hati, hati yang hidup, hati yang bisa berjalan
manakala ditopang dengan rizki yang halal. Ini akan berjalan cepat.
Lebih halal, lebih bersih, lebih cepat lagi. Seperti kemurnian apa yang
ada di dunia ini, manakala bensinnya itu kecampuran air, tidak mau dia
lari. Tetapi, apabila bensinnya bersih, olinya bersih, mesinnya akan
lancar berjalan. Dan ada perjalanan yang tidak melalui darat, tetapi
perjalanan melalui udara, lebih cepat lagi, lebih sempurna lagi. Ini
diibaratkan manakala makanannya sudah toyib, sudah halal, sudah bersih,
hatinya sudah bersih, ini berjalannya seperti Sputnik, seperti Apolo,
cepat naik, cepat karena tenaga kuat, tenaganya besar dan kondisinya
memungkinkan. Kalau manusia itu sudah penuh makanan-makanan yang tidak
halal, maka akan berat, untuk naik itu berat. Jadi, tidak akan sampai,
tidak akan sampai. Sebelum sampai, sudah hancur di tengah perjalanan.
Itulah yang namanya Darussaliki. Darussaliki itu sulukut tariqal
akhirat, menambah jalan-jalan menuju kesempurnaan.
Supreme Master TV: Apa persisnya makanan yang halal dan toyib? Imam Al-Fakir Asnawi memberi beberapa contoh.
Kyai Haji Muhammad Asnawi:
Pada sore ini akan diperkenalkan makanan-makanan yang toyib, makanan
yang halal dan tidak mengandung daging, sebab akhir-akhir ini daging itu
banyak yang berbahaya. Sejak sudah lama itu daging-daging ayam itu ada
unsur-unsur bahayanya. Kimia daripada makanan yang dikonsumsi oleh
ternak-ternak itu sedikit banyak itu ada bahaya. Yang terakhir adalah
sekarang daging sapi. Hitung-hitung bahayanya itu dari mana? Sapi itu
digemukkan – penggemukannya itu dengan obat-obatan kimiawi itu. Dengan
kimia obat-obatan itu maka daging itu mengandung racun dengan mudahnya.
Racun itu dimakan oleh orang-orang Indonesia yang mengkonsumsi daging
itu. Bagi yang sudah mengetahui, Insya Allah, akan menghindari. Wis ra
usah mangan daging sapi (/red: Tidak ussah makan daging sapi). Ora lemu
ora papa (/red: Tidak mengapa jika tidak gemuk), asal makanan-makanan
nabati ini, nabati ini artinya tanaman-tananam itu, bongso
kuluban-kuluban itu, kuluban-kuluban, ya, hijau-hijauan. Ada kedelai,
ada tempe, ada tahu. Itu kedelai itu gizinya tinggi itu, gizinya tinggi.
Di dalam hadiz disebutkan 70% itu para nabi mengkonsumsi
kedelai, mengkonsumsi tempe. Jadi, jangan minder. Oalah makan tempe wae,
jangan minder. Itu nabi. Nabi itu 70% sabi’na. Itu kan 70%. Kalau
bahasa sekarang, 70% para nabi itu mengkonsumsi kedelai, “adasun” itu
’kan maknanya kedelai ya tho? Wa adasira kedelai, wafubina (/red:
kedelai, sayuran) itu makanan disebut oleh Al Quran.
Rasulullah
memberikan tafsiran bahwa nabi-nabi zaman dahulu itu 70% nabi
mengkonsumsi kedelai. Tidak ada bahayanya, dan disanjung oleh Rasulullah
Sholallahu’alaihi Wassalam. Maka menjadi mantaplah kita mengikuti
Rasulullah. Dari segi makanan sudah diatur segi toyibnya, apalagi segi
ibadah. Menurut istilahnya ngetren sekali sekarang, vegetarian. Wah
ngetren sekali, makanan vegetarian. Ngetren itu, sudah ngetren sekarang.
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh. Saya Al-Fakir,
Kyai Muhammad Asnawi dari Pondok Pesantren Daarus Salikin, Wonosobo,
Jawa Tengah, Indonesia.
Marilah kita selamatkan dunia kita ini
dengan kembali makan makanan vegetarian dan meninggalkan makanan yang
berasal dari daging sapi. Mudah-mudahan mendapat perhatian dari seluruh
umat Islam, khususnya, dan pada dunia pada umumnya. Wassalamu’alaikum
warahmatullaahi wa barakaatuh.
Supreme Master TV:
Kami kirimkan terima kasih kami kepada Imam Al-Fakir Kyai Muhammad
Asnawi dari Masjid dan Pesantren Daarussolihin karena sangat
mengingatkan kami akan idealisasi kasih dan iman Islam. Semoga para
calon imam muda membantu menyebarkan pesan ini dengan yang akan segera
mereka temui dan inspirasikan dalam hidup.