Memberi Perhatian pada Terumbu Karang kita bersama Dr. Andrew Rossiter & Spesialis Terumbu Karang Charles Delbeek   
Play with windows media ( 42 MB )


Laporan terakhir memprediksi bahwa pada tahun 2050, sebanyak 95% terumbu karang dari Great Barrier Reef Australia akan punah.

Lebih dari 3 dekade terakhir, sebesar 80 persen terumbu karang di Karibia telah mati, dan kehilangan di lautan Pasifik semakin tersebar jauh dan rusak parah. Penyebab utamanya adalah bertambahnya kadar keasaman dan kenaikan suhu air laut yang tinggi.

Dr. Andrew Rossiter di Universitas Aquarium Waikiki Hawai di Honolulu, Hawai, Amerika Serikat, berbicara dengan Supreme Master Television mengenai kekhawatiran dan kepunahan yang tragis dari ekosistem kelautan kita.

Sejak menerima gelar Ph.D nya dari Universitas Wales, Inggris tahun 1983,  karir Dr. Andrew Rossiter telah membawanya ke lima benua.

Dia telah mempublikasikan penelitian-penelitian mengenai ekologi, evolusi, dan tingkah laku hewan seperti halnya ikan-ikan kecil, serangga air tawar, ikan-ikan petelur, ikan terumbu karang, burung-burung, dan kura-kura.

Pada pekerjaan sebelumnya, Dr. Rossiter berkonsentrasi untuk meningkatkan kesadaran publik akan ekologi dan perlindungan terhadap kelangsungan hidup kelautan dan habitat di terumbu karang.

Dr. Andrew Rossiter :
Kami berfokus terutama pada Hawai dan khususnya sistem kelautan. Akan tetapi,  sangatlah penting untuk menyadari bahwa walaupun kita membicarakan terumbu karang Hawai, pengaruh dari polusi yang terjadi berkelanjutan juga penting dicermati, karena apapun yang masuk ke sungai akhirnya akan bermuara sampai ke laut.

SUPREME MASTER TV:
Di Alaska, Asia, atau di lautan Atlantik, apakah pencemaran memberikan efek terhadap ekosistem di Hawai?

Dr. Andrew Rossiter :
Ya, kasus yang terbesar adalah kepulauan-kepulauan barat laut Hawai, yang merupakan rangkaian dari pulau-pulau sekitar 1.200 mil (1.900 km) barat dari sini.

Pulau-pulau tersebut terkena dampak yang cukup parah karena polusi buangan dari kapal laut. Mereka terbawa ke seluruh laut dalam sebuah sirkulasi sistem sampai berakhir di barat laut.

Mereka mencemari pantai-pantai di kepulauan Hawai. Mereka menyebabkan masalah kepada burung-burung laut, dan lain-lain. Jadi ini merupakan masalah seluruh dunia.

PEMBAWA ACARA:
Kepulauan di Hawai merupakan sebuah bio-regional yang unik dengan lebih dari 150 jenis ekosistem yang berbeda. Lebih dari 90 persen flora dan fauna di kepulauan ini adalah endemis, yang hanya dapat ditemukan di sini dan tidak terdapat di tempat lain di dunia ini. (http://hawaiinatureguides.net/ecosystems01.html)

Dr. Andrew Rossiter :
Ekosistem di Hawai sangat, sangat istimewa karena pulau-pulaunya sangat terisolasi.

Mereka  telah berada sangat jauh dari daratan selama miliaran tahun. Satwa-satwa yang datang ke sini, yang telah berpindah tempat ke sini, telah terisolasi selama miliaran tahun dan banyak di antara mereka yang telah berevolusi ke dalam bentuk yang berbeda.

Dr. Andrew Rossiter :
Di sekitar pantai Hawai yang cukup dangkal, ada sekitar 420 sampai dengan 500 jenis ikan laut.

Satu banding tiga darinya hanya dapat ditemukan di Hawai, tidak terdapat di tempat lain di dunia ini. Apakah mereka berkurang? Saat ini sedang dipelajari. Ada penelitian yang terus berjalan, akan tetapi tantangan yang dihadapai berhubungan langsung dengan kehilangan utama dari terumbu karang itu sendiri.

Karena tanpa terumbu karang, satwa-satwa tidak mempunyai tempat tinggal dan mereka menghilang.

SUPREME MASTER TV:
Jadi apa yang menyebabkan terumbu karang kita menghilang? Apa penyebab utamanya?

Rossiter:
Banyak, banyak tantangan yang dihadapi oleh terumbu karang. Kemungkinan utamanya adalah pemanasan global. Pada saat ini mungkin karena suhu sedang meningkat, terumbu karang menderita dan menjadi putih. Bahkan kenaikan 1 sampai dengan 2 derajat dapat meneyebabkan batu karang mati.

PEMBAWA ACARA:
Dr. Rossiter menjelaskan apa yang terjadi ketika batu karang mati dan mengalami proses yang dikenal sebagai pemutihan

Dr. Andrew Rossiter: 
Karang adalah hewan yang hidup, tetapi di dalam hewan terdapat tumbuhan yang hidup. Cahaya matahari menyinari tumbuhan kecil tersebut, alga tersebut, mereka mengalami proses fotosintesa dan menghasilkan energi.

Jadi ada suatu peristiwa dimana batu karang mendapatkan makanan dari cahaya matahari. Apabila suhu air meningkat, alga tersebut mati jadi tidak terdapat sumber energi untuk memberi makan batu karang tersebut.

Dan hal tersebut disebut pemutihan batu karang. Apa yang terjadi adalah pada selnya, sel alco dalam batu karang tersebut mati dan batu karang memutih, itu merupakan tanda ia sudah mati.

Jika Anda pergi melihat pada terumbu karang, Anda melihat coklat, biru, warna-warna yang cerah, mereka hidup. Jadi terumbu karang yang berwarna putih merupakan terumbu karang yang sudah mati.

SUPREME MASTER TV:
Jadi menurut ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang terumbu karang dan lingkungan pemanasan global adalah benar, dan kita harus mulai bertindak untuk membalikkan siklusnya, benar?

Dr. Andrew Rossiter :
Benar, tentu saja, jangan mengacuhkannya; itu tidak akan berhenti dengan sendirinya. Ambil langkah sekarang. Kita harus sadar bahwa hal tersebut sedang terjadi dan kita harus ekstra hati-hati dalam melestarikan buki-bukit karang yang masih kita miliki saat ini.

Masalah kedua adalah, hal yang saya sebutkan sejak awal, yaitu pencemaran. Jadi sesuatu yang dilemparkan ke kebun, di atas bukit sini akan berakhir ke laut, akan membunuh terumbu karang.

Masalah lainnya adalah manusia berjalan di atas terumbu karang. Terumbu karang sebenarnya adalah hewan yang hidup. Bukan batu. Ketika Anda berdiri di atasnya maka akan menyebabkan kerusakan fatal. Sering kali kerusakan yang timbul menyebabkan karang mati.

Hal lain, sungai, arusnya membawa banyak tanah karena kita telah menebang banyak hutan. Kapanpun saat hujan, air hujan mengalir menuruni pegunungan menuju sungai, ia akan membawa tanah. Tanah terbawa sampai ke terumbu karang, menyelimutinya.

Jadi sangatlah banyak, banyak dampak yang harus kita perhatikan.

PEMBAWA ACARA:
Tuan Charles Delbeek dikenal sebagai pengarang pembantu terkenal dari The Reef Aquarium: A Comprehensive Guide to the Identification and Care of Tropical Marine
Invertebrates Volume 1 dan 2 juga artikel-artikel dan publikasi lainnya.

Tuan Delbeek memegang dua gelar Sarjana di bidang biologi dan pendidikan dan Magister zoologi dari Universitas Toronto, Kanada.

Bpk. Delbeek:
Baru-baru ini saya mengikuti seminar Perkumpulan International untuk Konservasi Alam di Filipina, Juli lalu, bersama para ahli kelautan dan karang di seluruh dunia. Kami mengamati 750 spesies karang dan mengevaluasi risiko kepunahannya dalam 20 hingga 30 tahun mendatang. Ada segenggam karang yang tercatat mengalami ancaman.

Salah satu penyebab utamanya adalah pemanasan global.

SUPREME MASTER TV:
Jadi kesimpulannya jika suhu lautan meningkat beberapa derajat, hal itu akan berdampak pada pemutihan terumbu karang?

Bpk. Delbeek:
Pasti, dan ada efek El Nino yang semakin sering terjadi dalam beberapa dekade terakhir, dan ini pada dasarnya merupakan air laut panas yang menyeberangi Lautan Pasifi
k dan Samudra India, dan jika berhenti di atas terumbu karang lebih dari beberapa minggu atau bulan, karang tersebut akan mati.

Bpk. Delbeek:
Bukan peningkatan suhu yang menjadi masalah, tetapi berapa lama suhu tersebut tinggal, itulah masalah yang sebenarnya.

Jika suhunya tetap tinggi selama beberapa minggu atau bulan, itu akan menjadi masalah yang nyata.




Rata-rata Tahunan Perubahan Suhu Daratan dan Lautan
Rata-rata perubahan suhu tahunan dan lima tahun berjalan untuk daratan (hijau) dan lautan (ungu).

(Image Credit - NASA.gov )

Jika hanya dalam dua minggu, karang tersebut biasanya bisa selamat. Meskipun karang tersebut memutih, hewannya tidak mati dan masih ada di sana, dan jika suhunya kembali normal, ada kesempatan bagi terumbu karang tersebut untuk pulih.

Bpk. Delbeek:
Mereka tahan terhadap pemutihan, bisa pulih suatu saat, perlu beberapa dekade tetapi bisa terjadi.

Ada beberapa cerita berhasilnya terumbu karang pulih kembali, tetapi itu hanyalah salah satu bagian teka-teki. Maksud saya, ada dampak manusia yang juga mempengaruhi kemampuan terumbu karang untuk pulih begitu juga di area dimana terumbu karang masih berbentuk bagus, mereka mengalami pemutihan, mereka bisa pulih. Tetapi terumbu karang yang mendapat pengaruh buruk manusia akan jauh lebih sulit untuk pulih.   

SUPREME MASTER TV:
Apakah benar bahwa ada beberapa pulau Marshall di Samudra Pasifik yang seluruhnya dikelilingi terumbu karang dan ketika terjadi tsunami atau topan, dampaknya menjadi lebih kecil karena adanya terumbu karang tersebut? 

Bpk. Delbeek:
Ya, tanpa kehadiran terumbu karang, hal-hal seperti tsunami pada dasarnya akan menyapu seluruh negeri tersebut, membuatnya tenggelam.

Pulau-pulau seperti Kepulauan Marshal pada dasarnya merupakan tempat karang dan tingginya hanya satu meter di atas permukaan laut, bahkan hanya dengan terumbu karang tersebut maka tsunami bisa berdampak kecil.

Terumbu karang tersebut berfungsi sebagai penahan, memperlambat tsunami, mengambil alih pukulan terberat yang bisa menimbulkan kerusakan.

Bpk. Delbeek:
Saya rasa dampak terbesarnya adalah erosi tanah disertai hilangnya terumbu karang dan keragaman spesies.

Sebagian besar negara pulau ini bergantung pada terumbu karang. Pantainya adalah hasil dari berfungsinya hewan-hewan di atas terumbu karang, dan terumbu karang tersebut melindungi pantai dari erosi dan tanpa terumbu karang, semuanya akan punah. 

PEMBAWA ACARA:
Bpk. Delbeek memberikan nasihat agar melindungi terumbu karang yang berharga demi keselamatan manusia dan hewan di Bumi.

Bpk. Delbeek:
Anda harus mendidik warga mengenai terumbu karang, mengenai sumber daya yang dimiliki dan mendidik mereka mengenai dampak yang terjadi jika sumber daya tersebut tidak diperlakukan dengan benar, serta ajarkan bagaimana menjaganya.

PEMBAWA ACARA:
Sebagai tempat tinggal bagi lebih dari 25% dari seluruh spesies laut, terumbu karang merupakan penunjuk awal dari dampak perubahan iklim dan aktivitas manusia. Harapan yang paling nyata untuk masa depan karang adalah pengurangan yang berlanjut dan cepat dalam emisi gas rumah kaca yang sangat besar, yaitu melalui pola makan nabati.



Link yang Berhubungan
 
Titik-titik Kritis Bumi - Lebih Dalam dengan Dr. James Hansen, Direktur Institut Goddard untuk Studi Luar Angkasa NASA
Play with flash player Play with windows media
 
Mencairnya Laut Arktik yang Dramatis: Wawancara Dengan Dr. Greg Flato
Play with flash player Play with windows media
 
Peran Penting Lautan Kutub Utara: Sebuah Wawancara dengan Dr. Ted Scambos & Mark Serreze
Play with flash player Play with windows media
 
Dari CO2 hingga ke Perubahan Iklim: Diskusi dengan David Archer, PhD dalam bidang Geofisika
Play with flash player Play with windows media
 
Pemanasan Global & Gas Lautan: Wawancara dengan Profesor Universitas Rice, Gerald Dicken
Play with flash player Play with windows media
trackback : http://suprememastertv.tv/bbs/tb.php/sos_video_ina/35