Lebih dari 94.500 kasus flu babi di sedikitnya
124 negara telah dilaporkan secara resmi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dari jumlah itu, sekitar 430 orang dari lima
benua telah kehilangan nyawanya karena virus yang tak kenal henti itu.
Di Jerman, setelah 10 kasus flu babi
dilaporkan di Berlin dan Bayreuth, para pejabat memutuskan untuk menutup
sekolah selama seminggu untuk menghentikan penyebaran wabah itu. Para pejabat khawatir akan musim dingin mendatang dimana
virus itu dapat bermutasi dan menyebar lebih cepat dengan kembalinya anak ke
sekolah.
Di belahan Bumi bagian selatan seperti Argentina
mencatat kasus itu yang terus meningkat, dan kini ada 60 orang yang telah
meninggal. Menteri kesehatan di negara itu mengatakan bahwa 90% dari 100.000
kasus tak resmi dapat merupakan flu babi.
Pada tanggal 6 Juli, Sekretaris Jenderal PBB
Ban Ki-moon berkata bahwa mungkin membutuhkan lebih dari US$1 miliar untuk
membantu negara yang kurang beruntung untuk menghadapi virus tersebut. Banyak
di antara negara-negara ini yang telah menghadapi masalah kesehatan lainnya
seperti AIDS, pneumonia, malaria, dan TBC.
Direktur Umum WHO Dr. Margaret Chan berkata,
“Banyak negara berkembang yang memiliki sistem kesehatan yang buruk. Mereka
kenyataannya masuk ke dalam cengkraman wabah ini dengan tangan kosong. Mereka
tidak memiliki antivirus. Mereka tidak punya vaksin. Mereka tidak mempunyai
antibiotik.”
Kami menghargai upaya Sekretaris Jenderal Ban,
Dr. Chan, dan semua lainnya yang bekerja untuk menghadapi pandemi global ini.
Kami bersimpati dan turut kehilangan atas keluarga korban yang telah meninggal
karena penyakit ini sambil kami berharap agar mereka yang terjangkit segera
sembuh. Kami juga berdoa agar umat manusia segera sadar atas peran pabrik
ternak sebagai sumber penyakit ini agar seluruh dunia beralih ke gaya hidup nabati yang
paling manusiawi dan aman.