Selama rapat darurat yang diselenggarakan pada hari Kamis, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan peningkatan flu babi ke tingkat epidemik tertinggi, yaitu tingkat 6, sebagai epidemi global. Berbicara di depan jumpa pers, Asisten Direktur Jenderal Kesehatan, Keamanan, dan Lingkungan, Dr. Keiji Fukuda menyatakan, "Terkait dengan apa yang kami lihat sekarang, kami terus melihat penyebaran virus ini berevolusi dan kami terus melihat negara-negara baru melaporkan virus tersebut, dan kami terus melihat evolusi aktivitas di dalam negara-negara." Negara di seluruh dunia kini didesak untuk memperlengkapi diri mereka terhadap infeksi yang meluas.
Saat ini, total lebih dari 27.735 kasus telah dikonfirmasikan di seluruh 74 negara, dengan Kolombia mengumumkan kasus kematian pertama kalinya mengikuti Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Kosta Rika, dan Republik Dominika dan kematian dari penyakit ini mencapai 141. Selain konsekuensi yang kadang-kadang mematikan akibat mengkonsumsi produk hewan, yang timbul karena infeksi bakteri dan juga virus seperti flu babi, kerugian emosional juga dapat dilihat pada orang-orang yang tinggal di dekat peternakan.
Dr. Kendall Thu, profesor antropologi di Universitas Illinois Utara di AS baru-baru ini berbicara dengan Supreme Master Television mengenai beberapa konsekuensi yang kurang terlihat jelas dari konsumsi daging dan susu, yang dapat menimbulkan peningkatan rasa keputusasaan, dan membawa pada timbulnya stres, ketegangan, dan bahkan penghinaan.
Profesor Kendall Thu - Profesor Antropologi, Universitas Illinois Utara, AS (L): Saya tahu kasus-kasus dimana anak-anak yang naik bis sekolah dengan sebelumnya berdiri di pojok jalan desa menunggu bis sekolah datang, menyerap baunya, dan mereka diejek di atas bis begitu mereka di atas sana karena mereka bau sekali.
SUARA: Bau pabrik peternakan sangat tidak menyenangkan; mereka dapat mengganggu kegiatan seluruh kota. Tidak hanya itu, seperti yang ditunjukkan oleh Dr. Thu, para konsumen di mana-mana di dunia yang membeli produk peternakan juga terlibat dalam masalah itu.
Profesor Kendall Thu (L): Saya ingat mewawancarai seorang pastur di Karolina Utara yang tinggal di sebelah fasilitas pemberian pakan ternak terkonsentrat (CAFO) dan ia memberikan kotbah di gereja dan kemudian ia tiba-tiba menyadari ia membaui sesuatu dan itu adalah dirinya. Ia menyerap bau babi itu dan ia sangat malu di dalam gereja sehingga ia pulang ke rumah untuk berganti baju agar dapat melanjutkan pemberian kotbah. Jadi, banyak dampak sosial yang tak terlihat bagi banyak orang yang membeli daging di toko grosir dan tidak menyadari bahwa makan daging yang semacam ini dan terkait dengan sistem patologis akibat produksi daging berdampak langsung pada kehidupan orang-orang yang bekerja di dalamnya dan yang tinggal di sekitarnya.
SUARA: Profesor Thu, kami menghargai penelitian Anda mengenai kerugian emosional yang melemahkan dari operasi industrial pemberian pakan ternak. Kami berterima kasih pada pantauan yang cermat dari Organisasi Kesehatan Dunia dan komitmen untuk menjaga kesehatan umum. Simpati sepenuh hati kami demi meminimalkan penyakit ini dan bagi mereka yang terkena flu babi, sembari kami mendoakan kepulihan martabat dan kesehatan manusia serta hewan melalui pola makan vegan yang menyelamatkan kehidupan.
Referensi:http://www.who.int/csr/don/2009_06_10a/en/index.html http://www.google.com/hostednews/ap/article/ALeqM5jTkkEKE5LtPih_5Jcc-3MpD0gOYQD98O1NF80