Peternakan babi di Victoria, Australia
yang telah memperlihatkan gejala-gejala flu dikonfirmasi telah terinfeksi
dengan galur yang sama dari virus flu babi yang sedang beredar di antara
manusia.
Babi ini ikut bergabung dalam grup 200 lainnya di
New South Wales
yang baru dikarantina karena flu babi. 200 babi ini segera dikirim ke pasar,
dan mereka akan disembelih dan masuk sebagai suplai makanan.
Beberapa ahli medis takut bahwa infeksi virus flu
sangat biasa pada babi. Terlebih lagi, meratanya penyebaran flu ini ditemukan
pada pekerja babi. Faktanya, para pekerja di New South Wales yang kontak dengan babi yang
terinfeksi diketahui mempunyai gejala seperti flu segera sebelum flu babi
didiagnosa.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pecegahan Penyakit
Amerika Serikat, setidaknya sepertiga babi telah terkena virus flu selama hidup
mereka yang singkat dan tertekan.
Pandemi flu babi terus meminta nyawa, dengan
total kematian global saat ini secara resmi telah mencapai 2.851. Jumlah kasus
ini diperkirakan telah mencapai jutaan, jumlah yang terlalu banyak bagi
pemerintah untuk dihitung.
Orang ke-119 telah dikonfirmasi meninggal di Thailand,
dengan total kasus kematian mencapai 14.976.
Brasil telah melaporkan sejumlah kematian lagi
dengan total 557, dan kematian di Ekuador mencapai 36. Walaupun mencapai akhir
dari musim flu babi di Australia,
tapi kasus belum memuncak, kematian di sana
telah mencapai 147.
Kematian flu babi pertama di Iran baru terjadi,
dan wanita berusia 35 tahun dan pria berusia 28 tahun adalah orang yang baru
meninggal karena flu babi di India, dengan totalnya menjadi 79.
Kuwait juga melaporkan anak dua
setengah tahun telah menjadi korban kematian keempat.
Kami sangat bersimpati dan berdoa bagi orang terkasih
dari mereka yang meninggal karena virus ini dan berharap agar para penderita
penyakit ini kembali sehat.
Semoga kita menemukan solusi kita dari banyak
situasi yang tak menentu ini dengan memilih alternatif peternakan yang penuh
risiko dan hidup tanpa daging yang harmonis dengan sesama penghuni Bumi.