Selamat jumpa pemirsa yang budiman
di Planet Bumi: Rumah Tercinta Kita. Untuk meningkatkan kesadaran akan
dampak lingkungan yang sangat besar dan merugikan dari pengembangan
peternakan, kelompok nirlaba Kasih dalam Dunia Pertanian yang berbasis
di Inggris mengadakan kuliah dan diskusi panel dengan topik tersebut di
London, Inggris.
Acara ini diadakan pada bulan September 2008
yang mempertemukan lebih dari 400 peserta dari sektor pemerintah,
diplomatik, badan perencanaan, dan organisasi penelitian.
Peserta
panel menghadirkan Dr. Henning Steinfeld, Kepala Ahli Peternakan dari
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB serta salah satu penulis laporan
PBB yang dikenal baik pada tahun 2006 yaitu “Bayang-bayang Panjang
Peternakan: Persoalan dan Pilihan Lingkungan.”
Panel ini juga
melibatkan Dr. Robert Watson Kepala ilmuwan Departemen Lingkungan
Pangan dan Pedesaan, Felicity Lawrence penulis buku dengan penjualan
terbaik mengenai industri pangan, Profesor John Powles dosen senior di
Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Universitas Cambridge Inggris, dan ahli
dari Kasih dalam Dunia Pertanian-Kesejahteraan Hewan Joyce D’Silva.
Ceramah
ini berjudul “Pemanasan Global: Dampak Produksi dan Konsumsi Daging
terhadap Perubahan Iklim” yang dibawakan oleh Dr. Rajendra Pachauri,
kepala Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim PBB dan seorang
vegetarian.
Berita media mengenai peran konsumsi daging dalam
mengerem perubahan iklim telah meningkat secara signifikan sejak
peringatan Dr. Pachauri pada tahun 2008 agar masyarakat dunia
mengurangi konsumsi daging untuk menghadapi pemanasan global.
Dalam rangka menghormati Hari Bumi, kita sekarang menampilkan kutipan dari perkataan Dr. Pachauri.
Dr. Pachauri :
Apa
yang akan saya lakukan untuk memulai semua ini adalah memberi tahu
tentang penemuan-penemuan utama dari Empat Laporan Pengujian IPCC
(Panel Antarpemerintah untuk Perubahaniklim). Lalu saya akan
menguraikan subyek mengenai konsumsi daging dan perannya dalam
menyumbang emisi gas rumah kaca, kemudian berbicara mengenai beberapa
langkah yang sebaiknya kita tempuh untuk menguranginya.
Ini
hanyalah sedikit perubahan yang telah terjadi dan hal ini merupakan
perubahan yang telah diamati berupa suhu rata-rata global, ketinggian
rata-rata permukaan air laut, dan lapisan es di belahan Bumi utara.
Anda telah mengetahui di sini bahwa rekaman perubahan suhu dimulai dari
permulaan industrialisasi, yang naik dan turun secara nyata.
Hal
ini penting karena perubahan yang terjadi merupakan hasil dari faktor
alam dan manusia. Tetapi yang terpenting dalam dekade terakhir ini
adalah Anda melihat peningkatan suhu yang jauh lebih tajam dibandingkan
dekade sebelumnya.
Maka dari itu, saya ingin mengatakan bahwa
hal ini sebagian besar karena manusia yang menghasilkan konsentrasi gas
rumah kaca yang menyebabkan peningkatan suhu yang cepat selama dekade
terakhir ini. Dan bila kita melihat total peningkatannya, rata-rata
peningkatan selama abad ke-20 kira-kira sebesar 0,74 derajat Celcius.
Pengamatan langsung dari perubahan iklim akhir-akhir ini. Tafsiran Laporan IPCC keempat h.3. Gambar
SPM.3. Setelah diamati, perubahan terjadi pada (a) rata-rata
temperatur permukaan global, (b) rata-rata ketinggian permukaan laut
global dari alat pengukur arus pasang surut (biru) dan data satelit
(merah), serta (c) lapisan salju pada belahan Bumi bagian utara pada
bulan Maret – April.
Sesuai
dengan data tersebut, diagram tengah memperlihatkan perubahan rata-rata
pada ketinggian permukaan laut global. Hal ini dapat dikatakan bahwa
selama abad ke 20 bertambah sekitar 17 centimeter. Anda boleh
mengatakan bahwa 17 centimeter tidak banyak, akan tetapi jika Anda
tinggal di kepulauan Maladewa atau di negara dataran rendah seperti
Bangladesh, maka 17 sentimeter yang sedikit lebih tinggi dari mata
kaki, sangat banyak.
Anda bahkan tidak perlu menunggu sampai
terjadinya banjir yang menggenangi seluruh area daratan sebagai akibat
kenaikan permukaan air laut, tetapi murni disebabkan oleh banjir
sepanjang pesisir pantai karena terjadinya gelombang badai dan angin
puyuh, kerusakan yang jauh lebih parah karena kenaikan air laut.
Lapisan
salju pada Bumi belahan utara telah menipis. Anda tahu bahwa daerah
Arktik mengalami pemanasan sekitar dua kali lebih besar daripada
seluruh bagian Bumi lainnya.
( Laporan Perkiraan IPCC Keempat h.7)Sesuai
dengan data tersebut, diagram tengah memperlihatkan perubahan rata-rata
pada ketinggian permukaan laut global. Hal ini dapat dikatakan bahwa
selama abad ke 20 bertambah sekitar 17 centimeter. Anda boleh
mengatakan bahwa 17 centimeter tidak banyak, akan tetapi jika Anda
tinggal di kepulauan Maladewa atau di negara dataran rendah seperti
Bangladesh, maka 17 sentimeter yang sedikit lebih tinggi dari mata
kaki, sangat banyak. Anda bahkan tidak perlu menunggu sampai
terjadinya banjir yang menggenangi seluruh area daratan sebagai akibat
kenaikan permukaan air laut, tetapi murni disebabkan oleh banjir
sepanjang pesisir pantai karena terjadinya gelombang badai dan angin
puyuh, kerusakan yang jauh lebih parah karena kenaikan air laut. Lapisan
salju pada Bumi belahan utara telah menipis. Anda tahu bahwa daerah
Arktik mengalami pemanasan sekitar dua kali lebih besar daripada
seluruh bagian Bumi lainnya.
Saat ini pada laporan
penaksiran keempat telah mendapatkan proyeksi akan pertambahan
temperatur pada akhir abad ini, dan secara wajar, berdasarkan pada
skenario dari pertumbuhan ekonomi, perubahan teknologi, dan
faktor-faktor lainnya merupakan lingkup secara keseluruhan untuk hasil
terbaik yang dapat diproyeksikan. Atas dasar tersebut kita mendapatkan
sebuah kisaran dari penambahan temperatur tersebut pada akhir abad,
sebelah kanan dari 1,1 derajat Celsius sampai 6,4 derajat Celsius.
Akan
tetapi kami menemukan apa yang disebut sebagai dua perkiraan terbaik,
satu pada titik terendah, yang kami estimasikan pada 1,8 derajat
Celsius, dan di titik teratas 4 dejarat Celsius. Saya dapat menyatakan
bahkan dengan pertambahan hanya 1,8 Celsius dapat mengakibatkan
hal-hal yang mengkhawatirkan, karena pengkombinasian dengan pertambahan
0,74 derajat yang terjadi pada abad ke-20 akan mengakibatkan
pertambahan lebih dari 2,5 derajat Celsius.
Dalam pencarian efek
dari perubahan iklim, kami sekarang mendapatkan kesimpulan bahwa
pertambahan temperatur sebesar 2,5 derajat akan mengakibatkan efek yang
secara nyata kurang dapat di terima pada basis apapun, terlebih lagi
pada basis kewajaran, itu karena beberapa negara yang terkena dampak
paling parah yang memikul tanggung jawab terbesar akan masalah yang
timbul.
Ini merupakan daerah-daerah dimana ada garis kemiskinan
yang cukup besar. Hal ini pasti tidak ada infrastruktur atau kapasitas
dimana mereka mampu mengatasi efek dari perubahan iklim ini. Jadi inti
dari yang ingin saya sampaikan adalah kita harus benar-benar melakukan
sesuatu terhadap tren-tren yang terjadi saat ini, dan kita harus
memberikan beberapa perubahan besar agar kita dapat menjaga
kelangsungan masa depan planet ini.
IPCC Fourth Assessment Report h.5. Pemusatan
pada lapisan atmosfer secara global akan CO2, metana (CH4), dan
dinitrogen oksida (N2O) telah meningkat sebagai hasil dari aktivitas
manusia sejak tahun 1750 dan sekarang meningkat drastis nilainya
sebelum masa industri yang ditetapkan dari masa perputaran inti es
beberapa ribu tahun sebelumnya. Emisi GHG global terhadap
kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia telah bertambah sejak masa
sebelum industri, dengan pertambahan antara 70% dari 1970 dan 2004.
Dr. Pachauri : Ini
memberikan Anda gambaran akan pertambahan emisi sejak era 1970.
Tentunya, sangat jelas bahwa sumber emisi CO2 terbesar adalah pemakaian
minyak fosil. Juga tentunya akibat pertambahan dari sumber-sumber CO2
lainnya seperti penebangan hutan, akibat pembusukan organik, lahan
gambut, dan sebagainya. Kemudian ada gas-gas lain seperti metana dan
N2O dari kegiatan pertanian dan sebagainya.
Sekarang jika
seseorang menginginkan detail lebih lanjut tentang seberapa banyak
emisi yang dihasilkan akibat kegiatan produksi daging, maka kita harus
meneliti beberapa angka yang ingin saya sampaikan kepada Anda.
Sangat
disayangkan, pertambahan secara global dalam penyediaan kalori per
kapita tidak memberikan penyelesaian kepastian akan tersedianya makanan
dan kekurangan gizi di negara-negara miskin, dan kenyataannya malah
meningkatkan tekanan pada lingkungan.
Sekarang pada bulan-bulan
ini, seperti yang kamu sadari, telah terjadi peningkatan harga dasar
pada makanan. Dan untuk beberapa negara dan kalangan dimana hampir 80
sampai dengan 90 persen dari anggaran untuk rumah tangga adalah untuk
membeli makanan, ini dapat menjadi bencana. Dan akibatnya, terjadi aksi
demonstrasi, aksi protes di beberapa bagian dunia. Tetapi hal utama
yang menyedihkan adalah kenyataan akan usaha selama beberapa dekade
untuk mengentaskan kemiskinan hilang begitu saja karena hal-hal yang
terjadi pada beberapa bulan ini.
Jadi sangat penting bagi kita untuk
mengerti akan ketidakadilan dan ketidaksetaraan akan distribusi
makanan. Walaupun secara keseluruhan dunia sekarang mengonsumsi kalori
dalam jumlah yang sangat besar, keduanya baik secara per kapita atau
periode secara keseluruhan, pendistribusian tersebut menyisakan banyak
hal yang masih perlu diperbaiki. Selama empat dekade terakhir ini tanah
pertanian seluas 500 juta hektar dibuka dengan menebang hutan dan
penggunaan daratan lainnya.
Baru-baru ini saya dari Brasil,
sekitar dua bulan yang lalu, dan saya diundang untuk berbicara pada
anggota senat di sana, dan Nyonya Marina Silva yang sebelumnya adalah
Menteri Lingkungan juga senator lainnya memberitahu saya bahwa mereka
sangat mengkhawatirkan akan meningkatnya jumlah penebangan hutan di
wilayah Amazon sejak tahun lalu.
Hal ini sepertinya terus
bertambah tahun demi tahun. Jadi maksud saya, apa yang harus kita
khawatirkan adalah penggunaan lahan hutan kita untuk pertanian dan
tujuan lainnya. 500 juta hektar akan di gunakan sebagai tambahan untuk
dijadikan lahan pertanian hingga tahun 2020 yang kebanyakan dilakukan
di Amerika Latin dan Sub-Sahara Afrika.
If we look at accounting of
emissions from agriculture, basically from livestock production, we
have 80% of the emissions, total emissions from agriculture, being
accounted for by livestock production. It amounts to 18% of all
greenhouse gas emissions, which is shown over here.
And I’m
using data that’s been provided by the FAO (Food and Agricultural
Organization). Since people found out about this talk that I was going
to give here today, I’ve received a number of emails from people that I
respect, saying that the 18% figure is an underestimate, it’s a low
estimate and in actual fact it’s much higher.
McMichael
A.J., Powles J., Butler C. and Uauy R., 2007. Food, livestock
production, energy, climate change, and health. The Lancet 370: 9594,
pp 1253 - 1263
If we look at the proportion of
greenhouse-gas emissions from different parts of livestock production,
a good part comes from deforestation and desertification, about 35.4%,
then the manure, both direct and indirect, because do remember that a
large part of food grain production goes into feeding animals that are
essentially used for meat.
And there’s enteric fermentation
which is also quite large, 25%, and other sources, all of which is
shown over here in broad terms.
Now producing 1kilogram of
beef, I believe, leads to emissions of greenhouse gases with a warming
potential equivalent to 36.4 kilogram of CO2, which releases
fertilizing compounds equivalent of 340 grams of sulfur dioxide, 59
grams of phosphate, which consumes 169 megajoules of energy.
And
one kilogram of beef is responsible for the equivalent of the amount of
CO2 emitted by the average European driver, per car, for every 250
kilometers and it burns enough energy to light a 100-watt bulb for 20
days.
Now again, let’s look at the inequity of the situation,
and I’ll say a little more about this later. There are 1.6-billion
people in this world who don’t have access to electricity, and have
never possessed a single light bulb in their homes. That to me is a
huge tragedy, placed as we are in the 21st century.
So I’m not
saying that a reduction in emissions over here will translate into
lighting of the homes of people who don’t have electricity today, but
it just brings out the stark contrast between the situation in
prosperous societies and those that are really deprived.
In
addition to requesting people reduce or eliminate meat consumption, Dr.
Pachauri is asking that the people of the developed world to reach out
to assist those 1.6 billion people on the planet that have no access to
electricity. The Indian non-profit The Energy and Resources Institute
(TERI), for which he serves as Director-General, is helping these
disadvantaged persons build better lives by making solar lanterns and
flashlights available through TERI’s Light a Billion Lives Campaign.
US
Dept Agriculture (USDA) Recommended Daily Amount (RDA) of meat is 5.5
to 6 ounces (170 g) pp per day. The World Cancer Research Fund report
(2007) recommends only 11 ounces (300gm) red meat a WEEK for a public
health goal and under 18 oz (500 gm) per week for personal goals.
Dr. Pachauri: Over
two thirds of the energy goes toward producing and transporting the
animals’ feed. Now this is a significant figure. And this clearly
points to the concept of factory farming of meat products. These are of
course additional sources of greenhouse gases from meat consumption.
Meat
typically requires cooking at high temperatures for long periods. You
can eat vegetables without cooking and sometimes it’s probably
healthier to do that because you retain all the nutrition that’s there
in vegetable products. And a large proportion of meat also becomes
waste products: bones, fat, past the date spoiled products and so on,
which are likely to end up on landfills and incinerated.
So
that’s an additional source of emissions that we need to take into
account. If we look at two types of equivalent meals, let us say you
compare a 6 ounce beefsteak [170 grams] with the meal that’s shown at
the top, one cup of broccoli. One cup eggplant, 4 ounces of
cauliflower, [113 grams] 8 ounces of rice. [226 grams] Now if you look
at what each of these two diets implies, one is associated with 0.4
pounds of CO2 [181 grams] equivalent emissions and the 6 ounce
beefsteak [170 grams] amounts to 10 pounds [4535 grams] of CO2
equivalent, which is almost 25 times as much.
The livestock
sector is by far the single largest anthropogenic user of land.
Livestock production accounts for 70% of all agricultural land and 30%
of the world’s surface land area. And 70% of previous forested land in
the Amazon is occupied by cattle pastures, and crops for animal feed
cover a large part of the remainder.
I was following the
Brazilian economy almost 15 to 20 years ago and you would recall that
there was a period in the 1980s when Brazil had a huge foreign debt,
something like US$120 billion dollars at that point of time. And one of
the means by which they decided to liquidate that and neutralize it was
by converting a large area of forest land into pasture land.
That’s
when the whole problem started, but it is continued. Brazil is not
alone; there are several other countries in the world that have done
the same. Twenty percent of pasture land is degraded because of
overgrazing, compaction, and erosion. So you know much of it then
becomes unfit for any kind of cultivation. Other environmental impacts
of livestock: amount of water needed to produce one kilogram of maize
is 900 liters, rice, 3000 liters, chicken, 3900 (liters), pork,
4900(liters), and beef a whopping 15,500 liters.
So it’s also
intensive in the use of water if you take the entire cycle. Livestock
is responsible for 64% of ammonia emissions which contribute to acid
rain. Livestock is among the largest sectoral source of land and water
pollution with nitrates and phosphorous from sluddy and silage which
runs off and from the use of nitrogen fertilizers.
So if one
takes the sum total of all these impacts, then clearly, we have not
really accounted for all the environmental impacts of meat and its
production and consumption. Impacts of livestock on food availability.
Well, one third of the world’s cereal harvest and over 90% of soya is
used for animal feed, despite inherent inefficiencies.
Diperlukan
hampir 10 kilogram makanan ternak untuk menghasilkan 1 kilogram daging
sapi; 4 hingga 5,5 kilogram hasil panen untuk menghasilkan 1 kilogram
daging babi; dan 2,1 hingga 3 kilogram hasil panen untuk menghasilkan 1
kilogram daging unggas. Sekarang semua ini… benar-benar terjadi dalam
skala yang jauh lebih besar dari kasus yang ada, bahkan dua atau tiga
dekade yang lalu. Dan bahkan di negara saya, India, industri unggas
sangat laku. Banyak yang menggunakan padi-padian impor untuk makanan
unggasnya.
Saya pernah ke China selama beberapa tahun. Kunjungan
pertama saya adalah pada tahun 1981. Ketika itu saya merasa bahwa
sebagian besar warga China mengonsumsi daging babi dan hewan laut.
Tetapi sekarang China mengalami peningkatan yang tajam dalam konsumsi
daging. Jadi ini adalah ciri yang terjadi di seluruh dunia, dimana
pendapatan meningkat, orang-orang beralih dari protein nabati ke
protein hewani dan banyak mengonsumsi daging.
Sekarang, seorang
petani dapat menghasilkan makanan untuk 30 orang sepanjang tahun untuk
satu hektar lahan sayur-sayuran, buah-buahan, sereal, dan protein
nabati. Tapi jika lahan tersebut digunakan untuk produksi telur, susu,
atau daging, jumlah orang yang dapat diberi makan berkisar antara 5
hingga 10 orang. Jadi ada perbedaan yang signifikan di sana.
Dr. Pachauri : Jadi
ada peningkatan produksi daging dalam satu periode waktu. Di tahun
2006, petani menghasilkan 276 juta ton daging, jumlah ini 5 kali lebih
besar daripada tahun 1950-an. Jadi ini merupakan suatu peningkatan yang
sangat tajam.
Jika kita melihat negara-negara yang mengalami
peningkatan tajam seperti yang terlihat di sini, tentu itu bukan hanya
negara-negara ini saja, ada juga negara-negara lain, Anda dapat melihat
adanya perubahan yang signifikan dan peningkatan konsumsi di sini.
Semua itu memberi kontribusi bagi peningkatan yang terjadi. Data ini
diambil dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian).
Di tahun 2006, petani menghasilkan 276 juta ton daging Lima kali lebih besar daripada tahun 1950-an
Sumber: World Watch Institute, 2008
Di
tahun 2006 petani menghasilkan sekitar 276 juta ton daging ayam, babi,
sapi, dan daging lainnya – jumlahnya empat kali lebih besar daripada
tahun 1961. Jadi rata-rata setiap orang memakan daging dua kali lipat
daripada sebelumnya, sekitar 43 kilogram. ~Worldwatch Institute, State of the world 2008
Antara
tahun 1950 dan 2000, populasi dunia naik dua kali lipat dari 2,7
menjadi 6,7 miliar orang sementara produksi daging meningkat lima kali
lipat dari 45 menjadi 233 miliar kg per tahun. (1) Lancet, Food, livestock production, energy, climate change, and health, 2007. http://www.theaustralian.news.com.au/story/0,25197,22410650-12377,00.html
Jika
kita melihat perkiraan kecenderungan industri peternakan, produksi
daging global diperkirakan meningkat dua kali lipat hingga tahun 2050,
itu mungkin akan meningkat dari 229 juta ton di tahun 2001 menjadi 465
juta ton. Tentu saja ini berdasarkan data yang dikumpulkan oleh
Compassion in World Farming (Cinta Kasih dalam Peternakan Dunia), jadi
saya akan menerangkan ini dengan agak cepat karena saya yakin akan ada
sebuah diskusi tentang ini.
Saya melewati angka ini. Dan ini
juga dari organisasi yang sama, Compassion for World Farming. Di
sebelah kiri adalah daftar hal-hal yang dilakukan untuk meningkatkan
produksi daging. Di sebelah kanan adalah daftar beberapa implikasi dari
apa yang ia lakukan, baik terhadap hewan-hewan maupun terhadap diri
Anda sendiri, apa yang terjadi di masyarakat secara luas. Sekarang yang
ingin saya katakan adalah kita perlu mengubah pola makan kita.
Alasan
saya mengatakan ini mungkin karena mengurangi konsumsi daging dapat
dilakukan oleh setiap orang. Seringkali ketika seseorang membicarakan
perubahan iklim di depan hadirin, ada yang bertanya “Ok, saya setuju
dengan semua ini, tapi apa yang bisa saya lakukan dalam kehidupan
pribadi saya?”
Anda bisa menyuruh mereka untuk mengganti lampu
bohlam dengan lampu neon yang kecil, mematikan lampu saat Anda pindah
ruangan, berjalan kaki kapan saja Anda bisa daripada naik mobil,
mengatur alat pemanas pada tingkat dimana Anda cukup memakai cardigan
daripada duduk mengenakan T-Shirt di puncak musim dingin, di ruang
kerja atau di rumah Anda, dan sebagainya.
Tetapi saya yakin bahwa yang bisa kita lakukan tanpa terlalu banyak usaha adalah mengurangi konsumsi daging.
Saya
rasa itu merupakan perubahan gaya hidup dimana kita semua bisa
melakukannya. Mengurangi jumlah industri peternakan dengan mengurangi
konsumsi daging adalah cara yang paling efektif untuk memangkas emisi
gas rumah kaca.
Jadi, rumah tangga di Inggris dan AS
memboroskan sekitar 1/3 makanan yang mereka beli. Perubahan pola
konsumsi diperlukan untuk mencapai masyarakat yang rendah karbon dan
berkelanjutan. Sekarang kekuatan konsumen Inggris ada berapa banyak
jumlahnya? Rata-rata rumah tangga bisa mengurangi emisi CO2 lebih
banyak jika mereka mengurangi konsumsi daging, lebih besar daripada
mereka mengurangi setengah penggunaan mobilnya.
Jadi ini adalah
fakta yang penting. Sebuah keluarga 4 orang masing-masing makan burger
sapi seperempat pon, bertanggung jawab atas emisi CO2 yang setara
dengan mengendarai mobil dari London ke Cambridge, 16 kilogram emisi
CO2.
Jadi ini adalah beberapa fakta yang menjadi alasan
penting dan impliksi dari pengurangan konsumsi daging. Jika ada emisi
karbon dioksida yang dihasilkan sebagai dampak dari siklus produksi
daging secara keseluruhan, maka saya pikir kerugian pada masyarakat
harus dimasukkan, harus ada pajak atau hal lainnya.
Saya
menyebutkan sebelumnya bahwa ada 1,6 miliar orang di dunia yang tidak
memiliki akses listrik. Sekarang kita boleh mendirikan pembangkit
listrik termal dan membakar batubara atau apapun untuk menghasilkan
listrik tersebut jika kita menghentikan konsumsi daging.
Bahkan
jika kita harus melakukannya, banyak di antaranya tidak mampu
mendapatkan sambungan listrik ke rumahnya. Jadi lembaga kami telah
meluncurkan program utama yang kami sebut Linghting a Billion Lives
(Menerangki Miliaran Kehidupan). Pada intinya hal itu berdasarkan
penggunaan teknologi fotovoltaik.
Kami menggunakan lentera dan
obor surya, yang secara kebetulan sudah biasa digunakan di daerah
pedesaan miskin. Saya pikir secara menyeluruh apa yang dikatakan Gandhi
adalah relevan dalam setiap tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
perubahan iklim. “Terjadilah perubahan yang ingin Anda lihat dari dunia ini.”
PEMBAWA ACARA: Kami
senang bisa berbagi dengan Anda kutipan-kutipan presentasi penting dari
Dr. Rajendra Pachauri yang membuktikan bagaimana produksi dan konsumsi
produk hewani dapat menyulut perubahan iklim di acara Planet Bumi:
Rumah Tercinta Kita.