Sheila Waligora berasal dari Brasil,
seorang komunikator telepati hewan yang vegan, penulis, dan dokter hewan
yang mengkhususkan diri dalam perlakuan alami untuk satwa.
Negara terbesar di Amerika Selatan,
Brasil adalah rumah bagi lebih dari empat juta spesies tumbuhan dan
hewan serta sekitar 60% dari hutan hujan Amazon yang dikenal sebagai
“paru-paru Bumi,” mempunyai banyak makhluk yang tidak dapat ditemukan di
manapun di dunia.
Tumbuh dewasa di lingkungan yang
berlimpah ini, Ibu Waligora telah memiliki ikatan mendalam dengan hewan
dan alam sejak kecil.
Sheila Waligora (P): Ini adalah
sesuatu yang muncul dalam diri saya dan bahwa saya dapat
mengungkapkannya sesuai kemampuan yang saya miliki, suatu koneksi, saya
menyebutnya koneksi yang sangat erat dengan hewan.
PEMBAWA ACARA: Cinta Sheila terhadap
hewan membimbingnya menjadi seorang dokter hewan.
Sheila Waligora (P): Ketika saya
lulus dari sekolah kedokteran hewan, saya bekerja dengan ternak, dan di
sana ada anak lelaki, seorang ahli agronomi yang menemani saya. Dan dia
pernah memperingatkan kemampuan saya dan berkata, “Wah, bagaimana kamu
belajar melakukan ini? Bagaimana kamu melakukan ini? Karena saya belum
pernah melihat orang mendekati sapi seperti yang kamu lakukan.”
Karena sapi ada di sana, jadi bagi saya
untuk pergi ke sana dan menyentuhnya, pertama saya harus menyapanya dari
jauh dan meminta permisi untuk berbicara dengannya. Saya tidak bisa
tiba-tiba di sana dengan stetoskop untuk memeriksa hewan itu. Hewan itu
akan menjadi takut, benar? Dia akan berkata, “Wow saya tidak pernah
melihat ini. Hal ini sangat berbeda. Hal ini sangat istimewa.”
PEMBAWA ACARA: Semakin banyak ia
belajar, semakin banyak penyembuh hewan ini menjadi kuatir tentang
perbuatan kejam di industri peternakan Brasil, menyebabkan ia memikirkan
kembali bekerja sebagai dokter hewan peternakan.
Sheila Waligora (P): Saya merasa
ini benar-benar jelas bahwa saya tidak ingin menginvestasikan energi
saya dalam membantu membesarkan ternak karena saya tidak setuju dengan
hal ini, saya pikir itu tidak masuk akal.
Dan saya beritahu diri saya, “Manusia,
ini tidak benar, tidak benar. Saya tidak bisa melakukan apapun yang
tidak saya setujui.
PEMBAWA ACARA: Pada tahun 2000, dia
membaca “Percakapan Hewan”, kata pengantar untuk komunikasi hati ke hati
dengan hewan oleh komunikator telepati satwa Penelope Smith dari Amerika
Serikat.
Penelope (P):
Komunikasi hewan adalah bagian dari warisan kita, ia
bagian dari keberadaan kita dan ketika ia diambil dari kita, ketika kita
tidak bersosialisasi dengannya, kita kehilangan sesuatu. Kita menjadi
semakin terpisah dan kita kehilangan 1 bagian dari keseluruhan kita,
satu bagian cinta kita dan kegembiraan kita. Ketika kasih itu dipulihkan
dalam diri tiap-tiap orang, siapapun yang menginginkannya, ia dapat
membawa kembali kasih dan kesenangan dan damai yang ingin saya lihat
dalam diri setiap orang dan mempunyai kesempatan untuk memilikinya.
Sebagaimana hewan mengajari, hal yang terpenting adalah belas kasih
untuk semua kehidupan. Mereka memiliki belas kasih yang amat besar bagi
manusia. Saya telah melihatnya lagi dan lagi. Jadi itulah pesan dari
para hewan.
PEMBAWA ACARA: Sheila Waligora merasa
itu adalah misi dirinya saat praktik di Brasil, untuk menguatkan ikatan
kasih sayang antara manusia, hewan, dan alam. Jadi ia menerima pelatihan
dari Ibu Smith di Amerika Serikat dan Jerman. Saat ini Sheila memeriksa
hewan dari semua bentuk dan ukuran dan mengadakan lokakarya dan seminar
mengenai komunikasi telepati satwa di seluruh Brasil. Dia juga menulis
Buku “Aku Bicara, Kamu Bicara… Mereka Berbicara” dan memproduksi dua set
audio CD untuk membantu orang lebih memahami hewan. Sekarang Ibu
Waligora membahas apa inti untuk berkomunikasi telepati dengan satwa.
Sheila Waligora (P): Jika Anda
tertarik, ingin menyejahterakan hewan, ingin menjaga mereka, ingin
memperbaiki situasi dari makhluk apapun, semua bermuara pada kasih. Dan
kasih akan membuka pintu, benar? Jika saya melihat ke belakang, saya
melihat hubungan saya dengan hewan adalah kasih. Faktor yang mendorong
perkembangan ini adalah kasih.