Nilai dari ekosistem laut.
Kehidupan laut di dunia semakin rentan terhadap berbagai macam ancaman. Pemanasan global mempercepat terjadinya gangguan dan kemerosotan pada ekosistem laut. Laut menjadi asam karena terlalu banyak menyerap karbon dioksida, dan suhu udara yang panas memaksa hewan-hewan pindah ke habitat yang baru. Yang disebut dengan “zona mati” tanpa kehidupan sama sekali dapat ditemukan di area-area yang terbentang sejauh sepuluh ribu mil persegi. Hal ini disebabkan oleh polusi dan juga penangkapan ikan yang berlebihan.
Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa telah melaporkan bahwa 80 persen spesies ikan sekarang ini hampir punah. Pemasangan jala secara besar-besaran yang digunakan dalam penangkapan ikan tuna mempengaruhi ratusan spesies lainnya juga. Selama konferensi video baru-baru ini dengan para anggota Asosiasi kami di Jerman, Maha Guru Ching Hai menanggapi pertanyaan terkait mengenai mengapa manusia harus meninggalkan eksploitasi terhadap ikan.
Konferensi Video dengan Maha Guru Ching Hai
dengan Center Hamburg, Jerman – 19 Juli 2008
Maha Guru Ching Hai: Karena penangkapan ikan juga menghabiskan ekosistem planet kita. Mereka telah membuktikan bahwa penangkapan ikan sarden yang berlebihan telah mengakibatkan munculnya banyak zona mati. Mereka ada di sana mungkin untuk mengoksidasi lautan, memberi kehidupan bagi beberapa jenis spesies lain, atau membersihkan lingkungan. Spesies apapun yang diciptakan Tuhan di planet ini, mereka memiliki pekerjaan yang harus mereka lakukan. Persis seperti manusia, kita punya pekerjaan yang harus kita lakukan. Hewan, mereka punya pekerjaan yang harus mereka lakukan.
Bahkan ikan kecil seperti ikan sarden, mereka punya pekerjaan yang harus mereka lakukan. Cuma manusianya saja yang berpikir ikan sarden hanya sebuah ikan kecil; mereka pikir tidak berguna sehingga mereka menangkap dan memakannya. Tetapi ikan sarden sangat, sangat berguna bagi ekosistem dan kesehatan planet kita, dan pada gilirannya, bagi kesehatan manusia serta semua makhluk di dalamnya.
SUARA : Kami memberikan penghargaan kami kepada Maha Guru Ching Hai atas wawasannya mengenai pentingnya ekosistem kita. Semoga kita menghargai nilai dan peran yang diberikan Tuhan pada setiap hewan sesama penghuni Bumi.
Silakan saksikan Antara Guru dan Murid di Supreme Master Television pada hari mendatang untuk siaran konferensi video dengan Maha Guru Ching Hai ini dengan teks dalam berbagai bahasa.
http://disc.gsfc.nasa.gov/oceancolor/scifocus/oceanColor/dead_zones.shtml
http://www.sfgate.com/cgi-bin/article.cgi?f=/c/a/2008/07/04/BA9011IG0Q.DTL
http://rawstory.com/news/afp/Over_80_percent_of_fisheries_overfi_05262008.html
Hampir Separuh Spesies Hewan Filipina Dianggap dalam Bahaya.
Banyak dari spesies yang hampir punah di Filipina hanya dapat dijumpai di pulau-pulau negara itu, seperti Elang Filipina dan Burung Enggang Sulu. Mengenai masa depan fauna di negaranya, Dinas Perlindungan Cagar Alam dan Margasatwa (PAWB), Direktur Mundita Lim mengatakan bahwa tanpa tindakan perlindungan yang tepat, satwa-satwa itu bisa punah selamanya dalam waktu 10 hingga 20 tahun ke depan dan mendesak semua orang untuk mengambil tindakan membantu menyelamatkan kehidupan satwa di negara itu.
Terima kasih PAWB dan pemerintah Filipina, karena telah menyerukan perhatian setiap orang terhadap situasi yang membahayakan ini. Doa kami bagi semua penduduk untuk mengambil tindakan cepat untuk menyelamatkan semua kehidupan spesies melalui hidup hijau dan diet tanpa daging.
http://www.gmanews.tv/story/108594/50-of-RP-animal-species-are-endangered---wildlife-group
Para Ilmuwan Mengukur Gas Emisi Rumah Kaca Dari Sapi.
Untuk menghitung dengan tepat berapa banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan hewan ternak, para ilmuwan Argentina mengikat sebuah tangki plastik ke punggung lebih dari 10 sapi dan dengan hati-hati mengumpulkan sendawa mereka melalu tabung pipa yang disambungkan ke dalam perut sapi. Guillermo Berra, seorang peneliti di Institut Nasional Teknologi Pertanian mengatakan, “Ketika kami mendapat hasil tes pertama, kami terkejut. Tiga puluh persen dari total emisi gas rumah kaca di Argentina bisa dihasilkan oleh ternak sapi”. Para peneliti itu menerangkan bahwa sistem pencernaan sapi yang lamban menyebabkan keluarnya metana dalam jumlah besar. Akan tetapi, mereka tidak menyangka kalau sapi mengeluarkan 800 hingga 1.000 liter gas metana per harinya. Metana adalah gas rumah kaca yang kuat, di mana rata-rata lebih dari 20 tahun, diketahui menangkap panas 72 kali lebih banyak dari CO2 di atmosfer.
Penghargaan kami yang dalam kepada para ilmuwan Argentina atas penelitian Anda yang inovatif dan membuka pikiran. Kami berdoa agar semua orang memperhatikan temuan ini dan beralih ke diet vegetarian yang menyelamatkan planet untuk memulihkan kembali Bumi kita.