Pengecer katakan “tidak” kepada daging sapi yang membabat ilegal hutan Amazon
Supermarket besar Wal-Mart bersama dengan pengecer besar lainnya seperti Carrefour dan Pão de Açúcar mengumumkan bahwa mereka tidak mau lagi menjual daging di toko-toko mereka yang berasal dari pemasok yang telah membabat hutan lindung Amazon di Brasil untuk membiakkan ternak sapi. Pengumuman dibuat pada pertemuan dengan Asosiasi Supermarket Brasil (Abras) segera setelah grup lingkungan Greenpeace mengeluarkan laporan yang menunjukkan bagaimana aktivitas perusahaan-perusahaan makanan yang terkenal secara internasional telah melakukan pembabatan hutan Amazon untuk tanah penggembalaan. Sementara itu, segera setelah laporan Greenpeace, seorang jaksa pemerintah federal Brasil menuntut miliaran dollar secara hukum terhadap industri daging sapi karena telah merusak Amazon.
Sungguh berita yang memberi harapan! Terima kasih dan selamat kepada Greenpeace atas laporan penelitian Anda yang cermat tentang pembiakan ternak yang menghabiskan hutan hujan di Brasil. Kami juga berterima kasih kepada Wal-Mart, Carrefour, Pão de Açúcar dan toko lain yang menanggapi keinginan publik untuk melindungi cagar alam penting ini. Dengan tindakan kerja sama seperti ini dan peningkatan kesadaran manusia untuk menghentikan konsumsi daging, planet kita pasti akan menapaki pemulihan menjadi keadaan yang hijau dan berlimpah kembali.
Referensi
http://news.mongabay.com/2009/0612-abras_beef_wal-mart.html
http://www.alertnet.org/thenews/newsdesk/N12272317.htm
'Eksodus Iklim' segera terjadi
Menurut sebuah studi kolaboratif baru yang disusun oleh para ahli dari Universitas Columbia di New York bersama dengan Universitas Perserikatan Bangsa Bangsa dan organisasi non-pemerintah CARE Internasional; migrasi dan perpindahan manusia akan segera berlangsung dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya jika masalah perubahan iklim tidak diatasi. Laporan itu berjudul "Mencari Naungan (In Search of Shelter)" yang memberi isyarat bahwa pemanasan global sudah menyebabkan migrasi manusia dan bahwa dalam dasawarsa mendatang dapat diperkirakan terdapat 200 juta orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Hal ini terutama berdampak pada beberapa wilayah termasuk Meksiko tengah, dimana puluhan juta orang menghadapi kekeringan dan Asia Selatan, dimana gletser yang menghilang membahayakan produksi pertanian dari salah satu wilayah yang paling padat penduduknya di dunia.
Terima kasih tulus kami, para ahli dari Universitas Columbia, Universitas Perserikatan Bangsa Bangsa, dan CARE International, atas penelitian yang penuh arti ini yang menyoroti tren yang begitu menggelisahkan. Mari kita semua meningkatkan ketetapan hati kita yang kukuh untuk bertindak melindungi keseimbangan planet kita. Dalam konverensi video di bulan April 2009 di Seoul, Korea Selatan, Maha Guru Ching Hai yang sering mengilhami harapan di saat yang diperlukan membicarakan keadaan menyedihkan yang dihadapi dunia kita, dan menawarkan solusi-solusi yang efektif.
Referensi
http://www.therenewableplanet.com/blogs/the_daily_green/archive/2009/06/10/climate-change-to-cause-mass-human-migration.aspx,
http://www.france24.com/en/20090610-water-stress-ocean-levels-unleash-climate-exodus
http://www.ciesin.columbia.edu/binaries/global/news/2009/clim-migr-report-june09_final.pdf
http://www.lemonde.fr/planete/article/2009/06/10/region-par-region-les-migrations-liees-au-rechauffement-climatique_1205069_3244.html#ens_id=1099506,
http://www.google.com/hostednews/ap/article/ALeqM5jojz
http://www.ehs.unu.edu/article:223 http://we.care.org/Charles7
http://www.care-international.org/Contact-Us
http://www.columbia.edu/~amd155/
http://www.ldeo.columbia.edu/directory/susanaadamo
ASEAN bertemu untuk mendiskusikan peranan hutan terhadap perubahan iklim
Sekitar 30 perwakilan dari Asosiasi Negara Asia Tenggara (ASEAN) bertemu untuk Jaringan Kehutanan Sosial ASEAN ketiga (ASFN) di Freeport, Filipina. Pertemuan lima hari dimulai dengan para ahli hutan dari Brunei, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Thailand, Laos, dan Filipina untuk berbicara tentang peranan penting dari proyek kehutanan masyarakat dalam mengurangi efek dari pemanasan global. Mereka mengatakan bahwa kehutanan sosial yang bertanggung jawab tidak hanya membantu lingkungan saja, tapi juga meningkatkan kondisi ekonomi dan status petani yang ada di pegunungan. Sagita Arhidani, pejabat sekretariat ASEAN dari Indonesia berkata, “Harapan kami adalah agar negara-negara anggota saling belajar dari pengalaman yang lain dalam mengatasi isu perubahan iklim yang penting ini. Bersama-sama, kebijakan dari negara-negara ASEAN akan memberi dampak yang dramatis bagi perubahan iklim di seluruh dunia.”
Para anggota dari Asosiasi Negara Asia Tenggara, kami memuji kepedulian dan komitmen kerja sama Anda untuk persoalan penting di zaman kita ini. Semoga berkah Surga terus menaungi usaha Anda dalam memudahkan solusi berarti bagi perubahan iklim.
Referensi
http://newsinfo.inquirer.net/inquirerheadlines/regions/view/20090613-210228/
Asean-execs-meet-on-climate-change
http://www.mb.com.ph/articles/206817/asean-meet-tackles-climate
http://forestry.denr.gov.ph/ASFN.htm
Penelitian baru-baru ini mengungkapkan besarnya jejak karbon dari daging dan alkohol, Komite Perubahan Iklim dari Inggris merekomendasikan peralihan menuju buah-buahan, sayuran dan minuman tanpa alkohol untuk tetap berada pada jalur komitmen negara itu untuk mengurangi gas rumah kaca hingga 80 persen di tahun 2050.
Referensi
http://www.telegraph.co.uk/earth/environment/climatechange/5377780/Stop-eating-lamb-and-drinking-beer-if-you-want-to-save-the-planet.html
http://www.freerepublic.com/focus/news/2257103/posts?page=1
http://www.digitaljournal.com/article/273040