Mengadaptasi pertanian untuk mengurangi perubahan iklim. Dari kekeringan di Meksiko sampai banjir di Pakistan dan
panas mematikan di AS, peristiwa cuaca ekstrem semakin meningkat akibat
pemanasan global. Para ahli telah menyatakan keprihatinan bahwa hal ini
bisa mengarah ke ketidakstabilan pasar pertanian global dan bahkan
konflik akan makanan, serupa dengan apa yang terlihat di tahun 2007 dan
2008.
Dalam
laporan baru ini, Bank Dunia mempelajari secara mendalam dampak
perubahan iklim terhadap negara Mozambik, Ethiopia, Ghana, Bangladesh,
Âu Lạc (Vietnam), Samoa, dan Bolivia, dan memperkirakan bahwa biaya
untuk semua negara yang paling rentan untuk beradaptasi dengan
perubahan iklim akan sebesar US$70-100 miliar per tahun hingga tahun
2050.
Warren Evans – Direktur Departemen Lingkungan Bank Dunia:
Kenyataannya adalah perubahan iklim merupakan persoalan pembangunan.
Yang termiskin dari yang miskin cenderung menjadi yang paling rentan
terhadap dampak perubahan iklim, seperti naiknya permukaan laut,
kekeringan, banjir. Mereka juga menjadi yang paling tak tahan goncangan
karena keadaan mereka yang miskin.
Supreme Master TV:
Penelitian baru Bank Dunia dipresentasikan oleh Direktur Departemen
Lingkungan Warren Evans, yang menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi
adalah metode adaptasi perubahan iklim yang paling hemat biaya. Secara
khusus, pembangunan pertanian yang berkelanjutan akan mengefisienkan
adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim, suatu tema yang ditegaskan
satu penelitian Belanda tahun 2009 yang menemukan bahwa peralihan
global ke pola makan vegan organik akan membuat pemerintah dunia
menghemat 80% biaya mitigasi perubahan iklim pada tahun 2050, atau
menghemat US$32 miliar.
Bapak Evans:
Pertanian adalah salah satu kesempatan untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca. Ada sejumlah karbon yang sangat banyak yang tersimpan di dalam
tanah dan di rumput dan sebagainya. Sekarang ini, itu bukan bagian dari
hitungan terkait perolehan dana untuk negara-negara berkembang untuk
mengurangi emisi mereka, tetapi ada kesempatan besar untuk mengubah
praktik-praktik pertanian, agar karbon tersimpan.
Supreme Master TV: Dan praktik semacam apa yang sedang Anda bicarakan?
Bapak Evans:
Salah satu yang simpel adalah pertanian tanpa olah-tanah, dimana Anda
mengurangi jumlah pemaparan tanah pada udara atau ke atmosfer. Anda
mempertahankan komposisi organik dan pertumbuhan vegetasi di atas tanah
pada tingkat yang lebih tinggi, terbukti berulang kali menjadi sistem
produksi yang sangat efektif. Sistem lain mencakup pengubahan cara
pengelolaan air, dan dalam beberapa hal ini adalah soal mengganti jenis
tanaman pangan.
Supreme Master TV:
Penghargaan kami Direktur Evans dan Bank Dunia karena menunjukkan
cara-cara untuk membantu negara-negara yang paling terpengaruh dalam
mitigasi pemanasan global. Semoga semua negara membantu membuat
perubahan cepat dan efektif untuk menyetop perubahan iklim lebih jauh.
Pada
konferensi video bulan Mei 2009 di Togo, Maha Guru Ching Hai
mendiskusikan praktik pertanian vegan organik dan manfaatnya bagi
planet pada masa genting ini.
Maha Guru Ching Hai:
Pertanian organik mengawetkan humus dan menjaga badan air tetap bersih,
dan jika digunakan di seluruh dunia, akan berpotensi menyerap dan
menyimpan kira-kira 40% dari seluruh emisi CO2 sekarang ini setiap
tahunnya. Aspek lain dari pertanian vegan organik yang bermanfaat
termasuk hal-hal seperti pergiliran tanaman, pemberian jerami dan
rumput, serta pupuk alami. Metode lain seperti pemberian jerami dan
rumput, bahkan metode baru yang disebut pertanian organik tanpa
olah-tanah membantu mempertahankan kelembaban dan amat mengurangi erosi
tanah. Jadi, secara umum, pertanian vegan organik mengikuti filsafat
hidup harmonis dengan alam dan perlindungan bagi planet dan semua
makhluk. Saya sangat menganjurkan Anda untuk mengikuti metode pertanian
vegan organik, jika memungkinkan. Tentu saja ini mungkin. Harus mungkin
demi kelangsungan hidup kita. Pola makan vegan adalah kunci yang
sebenarnya dan intisari dari perubahan yang dibutuhkan untuk
menyelamatkan planet kita.
http://uk.reuters.com/article/idUKTRE67B3XT20100812 http://beta.worldbank.org/content/economics-adaptation-climate-change-study-homepage Berita TambahanKura-kura punggung kulit langka bernama Ratu Rantau Abang kembali
setelah 32 tahun absen dari tempat bertelurnya di Terengganu, Malaysia,
satu-satunya tempat bertelur kura-kura punggung kulit di negara
tersebut, memperbesar harapan mereka kembali lebih banyak ke wilayah
itu.
http://newsinfo.inquirer.net/breakingnews/world/view/20100813-286561/Rare-princess-turtle-returns-to-Malaysia-after-32-yearsUntuk tingkatkan kesadaran tentang erosi dan kerusakan tanah terkait
iklim, Perserikatan Bangsa-Bangsa meluncurkan “Dasawarsa bagi Gurun dan
Melawan Penggurunan”, dengan harapan memperbaiki pengelolaan
tanah-tanah kering di dunia.
http://www.reliefweb.int/rw/rwb.nsf/db900SID/MDCS-88DJ9Z?OpenDocumenthttp://english.cri.cn/6966/2010/08/17/2021s588936.htm Di “Jurnal Biogeografi”, para peneliti AS melaporkan bahwa meningkatnya
temperatur di sepanjang pantai Timur negara tersebut telah membuat
menyusutnya habitat remis biru, kerang yang berperan penting dalam
ekosistim laut dan membantu membersihkan air laut.
http://www.sciencedaily.com/releases/2010/08/100816110404.htmhttp://www.physorg.com/news201172170.html