Tanggal 28 Februari, pecahnya beting es
Wilkins di Kutub Selatan ke lautan lepas, dengan luas 406 kilometer persegi,
menjadi berita utama di seluruh dunia.
Penemuan yang mengkhawatirkan ini dikemukakan
oleh Dr. Ted Scambos dengan menggunakan pencitraan satelit. Dr.Scambos adalah
ilmuwan peneliti senior di Pusat Data Salju dan Es Nasional di Universitas Colorado Amerika
Serikat.
Dr. Mark Serreze juga merupakan ilmuwan
peneliti senior di NSIDC dan seorang rekanan pada Institut Kerjasama untuk
Penelitian di Bidang Ilmu Lingkungan (CIRES). Beliau adalah anggota dari
Perkumpulan Badan Geofisika Amerika dan Perhimpunan Badan Meteorologi Amerika.
Dr. Serreze telah menerbitkan sejumlah laporan
dari penemuannya mengenai penyusutan lapisan es di Kutub Utara.
Terakhir ini, beliau mengkaji penyebab
penurunan es di lautan Kutub Utara.
Pada Planet Bumi hari ini: Rumah Tercinta
Kita, Drs. Scambos dan Serreze, berbagi pengetahuannya dalam wawancara dengan
Supreme Master Television.
Sekarang mari kita dengarkan dari Dr Serreze
mengenai penelitian beliau di bidang ilmu glasiologi, ilmu kutub dan dampak
dari penemuan mereka mengenai mencairnya es di lautan Kutub Utara dalam
kaitannya dengan perubahan iklim.
Supreme Master TV: Pertanyaan pertama kami adalah kenapa es Laut Kutub
Utara begitu penting untuk menjaga keseimbangan ekologi bumi?
Dr. Serreze: Kami memikirkan Kutub Utara, kami dapat
menganggapnya sebagi mesin pendingin bagi sistem iklim Belahan Bumi Utara.
Sekarang, tentu saja, sebagian dari pendingin itu terletak jauh di Utara
sehingga sinar matahari tidak mengenai daerah Khatulistiwa secara langsung.
Tetapi bagian lain dari Arktik adalah es laut yang menutupi lautan.
Es ini memantulkan cahaya sehingga sebagian
besar energi matahari yang mencapai permukaan itu akan dipantulkan kembali ke
luar angkasa, dan menjaga Kutub Utara tetap dingin. Tetapi sekarang kita
memanaskan sistem ini, dan kita mulai kehilangan es laut, yang memantulkan
sinar matahari.
Kita mengubah keadaan alami dari mesin
pendingin Kutub Utara. Masalahnya adalah segala sesuatu dalam sistem iklim
saling mempengaruhi. Akhirnya, apa yang terjadi di Kutub Utara mempengaruhi
wilayah lain di bawah sini; yang saya maksudkan misalnya di daerah garis
lintang bagian tengah seperti Amerika Serikat.
Supreme Master TV: Kapankah menurut Anda es di Arktik akan hilang,
apakah dampak terbesarnya?
Dr. Serreze: Ketika kami berpikir akan kehilangan es Kutub
Utara, kita dapat mempertimbangkan dua komponen dari es. Salah satunya adalah
es yang terletak di dalam lapisan es, dan yang kita bicarakan di sini adalah Greenland.
Sekarang ketika kita mulai mencairkan Greenland,
hal itu berdampak pada naiknya permukaan air laut dan terdapat bukti kuat bahwa
pada kenyataannya hal itu sedang terjadi sekarang ini. Dan komponen yang lain
dari es ini adalah apa yang kita sebut lingkungan air di Kutub Utara, yaitu es
di lautan.
Supreme Master TV: Saya memahaminya
Dr. Serreze: Sekarang mencairnya es di lautan, hilangnya es di
lautan itu tidak berdampak pada naiknya permukaan air laut. Karena es tersebut
memang mengapung di laut, sangat berbeda dengan Greenland.
Akan tetapi, yang kita bicarakan di sini adalah hilangnya daerah permukaan yang
sangat putih dan sangat luas, permukaan putih ini.
Albedo adalah kemampuan memantulkan cahaya dari sebuah permukaan. Salju
dan es jika Anda perhatikan memiliki albedo yang tinggi, [dan ketika] kita
kehilangan lapisan es di lautan itu, kita mengurangi albedo tersebut, kita
membuat permukaan itu menjadi lebih gelap, [jadi hal itu] menyerap energi
surya, maka Kutub Utara memanas.
Tetapi semua hal saling terkait, jadi jika
kita mengubah lapisan es lautan di Kutub Utara, kita juga mengubah pola
pemanasan ini, sirkulasi atmosfer bereaksi terhadap perubahan panas.
Jadi asumsinya adalah, Anda kehilangan lapisan
es itu, maka Anda mulai mempengaruhi hal lain seperti pola cuaca, pola-pola
lain yang terkait dengan Kutub Utara.
Kita kadang memikirkan Kutub Utara sebagai tempat yang sangat jauh, apa yang
terjadi di sana
bukanlah persoalan kita, tetapi kita mulai belajar bahwa hal tersebut
benar-benar menjadi masalah.
Supreme Master TV: Itulah sebabnya kenapa mereka berbicara mengenai
umpan balik dan semua hal berputar dalam sebuah siklus, seperti sebuah spiral
yang bergerak ke bawah.
Dr. Serreze: Tepat, ini adalah konsep umpan balik yang menyeluruh. Bahkan model
sirkulasi iklim kita yang terdahulu telah memperkirakan bahwa jika kita mulai
meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca, maka di Kutub Utaralah tempat
perubahan pertama kali terjadi dan di Kutub Utaralah yang akan terkena
dampaknya hingga berlipat ganda, dan sebagian besar dari sensitivitas ini
disebabkan oleh proses umpan balik ini.
Dasar pemikirannya adalah sekali Anda mengubah sistem dengan sesuatu, efeknya
akan berjalan seperti bola salju, dan umpan balik yang paling penting di Kutub
Utara berkaitan dengan perubahan dalam albedo ini, terutama kaitannya dengan
lapisan es ini.
Kita
menghangatkan iklim sedikit dengan menambahkan gas rumah kaca di atmosfer, maka
kita mencairkan sebagian salju dan lapisan es pemantul cahaya yang sangat baik
ini, yang berarti makin banyak energi matahari yang diserap, sebagai akibatnya
Kutub Utara menjadi lebih hangat, itu berarti semakin banyak salju dan lapisan
es yang mencair, Kutub Utara pun menjadi semakin panas, jadi bisa dikatakan ini
sebagai sebuah timbal balik, sebuah proses yang terus berputar dengan
sendirinya.
PEMBAWA
ACARA: Dr. Ted Scambos memiliki keahlian khusus dalam mempelajari gletser di
Kutub Selatan. Beliau yang pertama kali menemukan runtuhnya beting es Wilkins
di Kutub Selatan melalui pencitraan satelit dan memimpin sebuah tim ilmuwan
internasional untuk mempelajari daerah tersebut.
Dr. Scambos salah satu kontributor dari
laporan, Perubahan Iklim 2007: Dasar Ilmu Fisika untuk Penghargaan Nobel
Perdamaian PBB dari Panel Perubahan Iklim Antar Pemerintah (IPCC).
Beliau berbagi pengetahuan tentang peran
penting es di daerah kutub bersama Supreme Master Television.
Dr. Scambos: Satu-satunya komponen lain yang sedikit berbeda
adalah lubang ozon di Kutub Selatan, yang juga dihasilkan dari aktivitas
manusia, tetapi merupakan kejadian terpenting pada tahun 2002, saya pikir, yang
benar-benar menjadi titik balik. Hal ini merupakan suatu ikon untuk mengatakan
bahwa Bumi mengalami perubahan akibat pemanasan; sepotong kecil es runtuh, dan
hanyut ke laut.
Hal ini menjadi ikon; yang sudah digunakan
ratusan kali oleh koran, buku, artikel majalah.
Supreme
Master Television: Terdapat pecahan beting es yang lebih besar dari itu, dulu,
pada tahun 1955 atau sekitar tahun tersebut, saya kira.
Dr. Scambos: Pada tahun 1955, terdapat gunung es yang terlihat
yang diperkirakan lebih besar daripada gunung es terbesar yang telah dipetakan
saat ini.
Saya melihat pada berita koran dan saya
melihat beberapa beting es. Hal itu normal, dan Kutub Selatan telah mengalami
seperti itu dalam kurun waktu jutaan tahun.
Yang tidak normal adalah melihat bagian yang
mencair membentuk kolam di permukaannya, tidak ada lapisan es di depan tepi
beting es, dan tiba-tiba pecah, bukan cuma satu pecahan besar, tetapi hancur,
terpecah belah, betul-betul hancur sendiri hanya dalam beberapa minggu. Hal
lainnya adalah beting es itu tidak kembali ke bentuk semula.
Tidak ada pertumbuhan lagi; tidak ada beting
baru yang mulai bertambah besar setelah mengalami kejadian ini.
Pembawa
Acara: Perubahan dramatis di dalam pencairan laut es Kutub Utara merupakan
tanda adanya percepatan pemanasan global. Dr. Ted Scambos selanjutnya akan
menjelaskan perubahan lain yang ditemukanpada beting es di daerah kutub ketika Planet Bumi: Rumah Tercinta Kita
kembali. Silakan tetap bersama Supreme Master Television.
Dr.
Ted Scambos, ilmuwan peneliti senior di Universitas Colorado Pusat Data Salju
dan Es Nasional dan ilmuwan terkemuka yang menemukan runtuhnya beting es
Wilkins baru-baru ini berbincang-bincang dengan Supreme Master Televisi.
Supreme Master TV: Apakah Anda melihat ancaman lain pada beting es
sekarang?
Bukankah beting es Larsen A telah runtuh? Dan Larsen B akhir-akhir ini
juga runtuh? Apakah selanjutnya C?
Dr. Scambos: Ya, C, dan ada rencana untuk mengunjunginya sebagai
bagian dari Tahun Kutub Internasional.
Ada dua upaya besar, salah satunya dari Inggris Raya dan gabungan upaya
antara Chili dan AS untuk mengunjungi Larsen C dan menentukan ukurannya
sehingga kami tahu seperti apa keadaannya sebelum ia betul-betul mulai mengecil
karena pemanasan global. Kami mengira satu-satunya sebab beting es lenyap
adalah sebagian karena pemanasan global, tetapi satu-satunya sebab beting es
itu lenyap adalah melalui proses peretakan dan pencairan permukaan yang sangat
lambat.
Anda harus menunggu panas mencapai titik dimana pencairan dari bawah oleh
lautan dan pencairan dari atas karena udara, kedua hal tersebut bergabung untuk
menipiskan beting es hingga habis.
Tetapi
kita tidak menyadari bahwa ada proses peretakan es yang terus-menerus terjadi
sekali bagian atas es diresapi oleh air, air sesungguhnya berperan dalam
mengikis beting es. Bukan dengan tekanan dingin, hal ini yang biasanya
diketahui oleh penduduk utara, batu dapat terbelah oleh selapis tipis air yang
masuk ke dalam retakan batu.
Prosesnya
kira-kira tidak sama. (Oke.)
Jika
ada kolom air yang tinggi, maka akan terdapat tekanan yang agak besar di bagian
bawahnya. Dan karena es kurang padat dibandingkan air atau es mengapung di atas
air, es tidak memiliki tekanan yang sama dengan air; kepadatannya tidak sama.
Jadi,
di bagian bawah sebuah retakan, mulai terisi air karena di sana tidak ada air di permukaannya. Di dasar
retakan itu, Anda akan sampai pada suatu titik dimana tekanannya begitu tinggi
sehingga berat dari air di dalam es yang lebih ringan sudah cukup untuk
meretakkan es bahkan sampai ke bagian bawah. Hal ini telah menjadi topik
pembicaraan mengenai beberapa gletser, tetapi tidak pernah - tidak ada orang
yang pernah berpikir hal ini akan terjadi dalam skala besar yang begitu
tiba-tiba seperti pada beting es. Sekarang, hal itu masih menjadi model
terbaik.
Ada hal lain;
masyarakat telah membicarakan bagaimana lautan
menjadi semakin hangat, menipiskan es dari bagian bawah, bagaimana beting es,
karena dia menipis, tidak lagi menempel dengan garis pantai, mulai terlepas
dari pantai.
Tetapi, mengenai kejadian pada bulan Maret 2002 dan di awal tahun 1995 bagi
Larsen A, terjadi karena air secara tiba-tiba meretakkan es pada satu musim
panas yang terik. Jadi, jika ada satu musim panas yang benar-benar terik antara
sekarang ini dan tahun 2020, maka kita akan melihat kejadian yang sama akan
terjadi pada Larsen C.
Dr. Scambos: Yang telah kita lihat adalah bahwa beting-beting es
merupakan indikator perubahan iklim yang baik karena mereka tidak hanya
bereaksi terhadap suhu udara di permukaan, dimana lapisan es lainnya pun
bereaksi juga pada hal itu, tetapi juga pada pemanasan di lautan bagian bawah.
Ia mulai menipiskannya dari bagian bawah, jadi mereka bereaksi dengan sangat
cepat. Berita buruknya adalah beting-beting es ini disuplai oleh
gletser-gletser yang terlepas dari lapisan es yang besar.
Ketika beting es terpecah, terpisah, maka
semua gletser itu melaju dengan cepat, mengalir ke lautan, melepaskan es dengan
sangat cepat, dan menyeret es yang berada di daratan benua menuju ke lautan.
Terdapat kasus lain dimana ahli gletser
terkejut di luar bayangan mereka mengenai seberapa cepat sistem ini mampu
bereaksi. Kami datang dari empat gletser yang mensuplai Larsen B yang mengalir
sekitar satu meter per hari, mengisinya enam sampai delapan meter per hari,
dalam waktu satu tahun, satu setengah tahun, setelah hilangnya beting Larsen B
tersebut.
Jika hal ini terjadi di tempat lain di Kutub Selatan dimana gletsernya lebih
besar, kita akan melihat tingkat permukaan air laut naik dengan sangat cepat.
Dr. Scambos:
Jelas bahwa pemanasan lautan di sepanjang selatan pantai Greenland dan juga di
sisi barat Greenland, bagian yang dekat Kanada, gletser bereaksi dengan sangat
cepat, mereka bereaksi secara khusus pada permukaan yang mencair dan laut yang
lebih panas.
Pemicu di Greenland tampaknya berasal dari lautan yang lebih panas, kemudian
mencairnya permukaan itu kelihatannya mempercepat alirannya ke dalam laut, dari
hal yang dipicu oleh lautan yang lebih panas.
Saat
ini di Kutub Selatan, di semenanjungnya, terlihat sepertinya suhu udara yang
menyebabkannya, tetapi di tempat lain di Kutub Selatan, suhu laut merambat naik
mulai dari bagian bawah laut, karena air permukaan di Kutub Selatan dan es
permukaan di Kutub Selatan masih cukup dingin. Tetapi di bawah lapisan dingin
tersebut, air hangat dari tempat lain di seluruh dunia, aliran air dari daerah
beriklim sedang menyusup masuk, dan bila ada lapisan es yang sangat jauh di
bawah menyentuh lautan, es tersebut akan mencair dan hancur dan dipercepat,
walaupun sejauh ini Kutub Selatan tetap masih cukup dingin.
Jadi, di kutub, siapapun yang bekerja pada ilmu kutub, tidak ada yang bertanya
apakah benar kita dalam masalah, dunia yang memanas, karena kami melihatnya
dalam bidang kerja kami setiap tahunnya.