Pengungsi
iklim terpaksa meninggalkan rumah mereka
Sekitar 800 dari 2700 wargayang masih ada di Kepulauan Carteret di
Pasifik Selatan telah mulai berpindah ke Bougainville,
pulau terdekat yang terbesar di Papua Nugini. Dengan rumah-rumah dan mata
pencaharian mereka rusak karena banjir dan naiknya permukaan laut, para warga
kepulauan Pasifik meminta bantuan dari pemerintah Australia menjelang KTT Forum
Pulau-Pulau Pasifik yang akan datang.
Mantan anggota staf Oxfam dan saat ini adalah
kepala upaya evakuasi pulau-pulau tersebut, Ursula Rakova dari Kepulauan
Carteret berkata, “Bagi kami yang lahir di sini, kami kehilangan segalanya:
identitas kami, budaya kami, hubungan dengan pulau-pulau itu, seluruh hidup
kami.”
Rafael
Hagis - Kepala Suku Pulau Carteret (dalam bahasa Halia): Remaja dan anak-anak
harus pergi. Orang-orang yang lebih tua seperti saya harus memutuskan apa
mereka mau tetap tinggal. Tetapi secara pribadi saya percaya semua orang harus
pergi karena kita tidak bisa hidup lagi pada apa yang tersedia di sini.
2.700 warga Kepulaun Carteret hanyalah sebagian
dari mereka yang terkena dampak naiknya permukaan air laut. Dalam waktu 4
dasawarsa, sedikitnya 150 juta orang diperkirakan akan mengungsi karena
perubahan iklim, setengahnya bisa berasal dari wilayah Asia-Pasifik.
Kami berdoa bagi warga kepulauan tersebut yang
menanggung kesulitan ini dan pindah permanen dari kediaman leluhur mereka. Mari
kita dengan cepat bersatu meredakan perubahan iklim dan melestarikan lokasi
yang unik ini dan kebudayaannya. Sedih karena kondisi yang mereka harus alami,
Maha guru Ching Hai menyinggung situasi menyinggung situasi pengungsi
lingkungan selama wawancara pada bulan November 2008 dengan Radio East Coast FM
di Irlandia.
Maha Guru
Ching Hai: Jika kita tak mengalami pemanasan global, maka takkan ada lagi
pengungsi iklim, bukankah begitu? Saya minta setiap orang mulai dari pemerintah
hingga masyarakat untuk tolong membayangkan seandainya Anda sendiri pada
situasi pengungsi, mengalami semua permasalahan ini – rasa tidak aman,
kelaparan, kehilangan rasa nyaman, penghinaan, situasi tidak terhormat,
ketidakpastian hari esok akan masa depan Anda dan masa depan anak-anak Anda
yang tak berdaya. Bayangkan saja itu. Lalu, cobalah pecahkan tragedi ini dengan
membantu melalui berbagai cara yang kita bisa.
Di atas semua itu, dan yang paling mendesak,
jadilah vegetarian, bertindaklah hijau, untuk selamatkan planet ini, untuk
mencegah trauma seperti itu, dan membangun masa depan yang cerah bagi dunia,
untuk sesama kita.
Presiden
Obama menandatangani pendanaan US$2 miliar “Uang Tunai untuk Mobil Tua”
Menyusul persetujuan kongres, presiden AS
menandatangani RUU pada hari Jumat yang perpanjang program awal. “Uang Tunai
untuk Mobil Tua” memberikan pembeli mobil potongan harga US$3500-$4500 jika
mereka menukarkan kendaraan tua dengan model yang lebih modern dan ramah
lingkungan.
Program tersebut terbukti begitu populer sehingga
ia melampaui cadangan awalnya sebesar US$1 miliar di minggu pertama operasi
karena orang-orang menukarkan mobil yang dikenal “rakus bensin” untuk membeli
yang berdaya tempuh lebih baik. Presiden Obama mengatakan, “Sekarang, lebih
banyak konsumen Amerika akan berkesempatan untuk membeli mobil yang lebih baru,
efisien bahan bakar dan ekonomi Amerika akan terus mendapat dorongan yang
diperlukan.”
Presiden
Barack Obama: Terima kasih atas respon cepat dari kedua belah pihak partai, kita
sekarang melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk melanjutkan program ini
dan terus membantu para konsumen dan industri otomotif menyumbang pemulihan
(ekonomi) kita.
Terima kasih banyak, Yang Mulia dan KongresAS
yang mendukung, telah mendorong para warga beralih ke kendaraan yang lebih
efisien bahan bakar yang akan menguntungkan lingkungan dan ekonomi. lingkungan
dan ekonomi. Kami menantikan kontribusi mereka bagi Bumi yang lebih bersih dan
hijau.
Aktivitas
kehidupan sehari-hari salah satu faktor dalam adaptasi pemanasan global
Penelitian bersama yang terbaru Penelitian
bersama yang terbaru yang diterbitkan di jurnal “Biological Reviews” oleh
ilmuwan Inggris Profesor Robin Dunbar dari Universitas Oxford, Dr. Amanda
Korstjens dari Universitas Bournemouth, dan Dr. Julia Lehmann dari Universitas
Roehampton, menyatakan bahwa waktu untuk kegiatan penting lainnya selain
mencari makanan adalah faktor penting dalam seberapa baik hewan dapat bertahan
hidup dari perubahan iklim.
Misalnya, spesies seperti gajah, kuda, dolfin,
dan paus saling berinteraksi untuk memelihara komunitas mereka. Ini berarti
berkurangnya waktu untuk mencari makanan yang mungkin lebih sulit didapat
karena pemanasan planet ini. karena pemanasan planet ini.
Terima kasih kami, Profesor Dunbar, Dr. Lehmann,
Dr. Korstjens, dan rekan-rekan, atas fakta yang penuh wawasan ini yang
menunjukkan bagaimana hewan berusaha beradaptasi terhadap perubahan iklim dalam
keterbatasan waktu. Mari kita membantu memastikan kelangsungan hidup mereka
dengan mempercepat upaya kita untuk lebih peduli terhadap rumah planet kita
bersama.
Pemerintah Peru di Amerika Selatan menggandakan
jumlah yang dibayar kepada komunitas pribumi untuk setiap hektar hutan hujan
yang mereka bantu lestarikan, yang mereka bantu lestarikan, sebuah upaya yang
diharapkan dapat mendukung lingkungan dan perekonomian mereka.
Ilmuwan di bidang yang baru muncul, biogeokimia,
yang fokus pada siklus substansi seperti karbon atau air, bertemu di New
Mexico, AS dan mengatakan bahwa proses alami Bumi sangat buruk keseimbangannya
akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
India mengalokasikan US$200
juta untuk rencana menangani perubahan iklim dengan memulihkan tumbuh-tumbuhan
unik dan meningkatkan luas hutan dari 65 juta menjadi 71 juta hektar dalam enam
tahun.