Ganggang racun terkait dengan kepunahan masal
Salah satu kepunahan terbesar di planet ini di sepanjang sejarah Bumi,
ilmuwan AS menemukan peningkatan jumlah ganggang di planet ini pada
masa-masa itu. Dengan mempelajari beberapa catatan kehidupan laut tertua di
Bumi, para periset menemukan bahwa perkembangan ganggang beracun mungkin
bertanggung jawab atas tak terhitungnya kematian kehidupan laut karena
mereka meracuni laut dan akar tanaman dalam tanah, yang kemudian dikonsumsi
oleh hewan.
Ilmuwan utama James Castle dan John Rodgers menyatakan bahwa kondisi
pemanasan global saat ini menyebabkan ganggang beracun yang sama bermigrasi
ke utara di Amerika Serikat, melalui jalan air pedalaman dan sepanjang
pantai. Mereka memperingatkan bahwa penyebaran ini akan menyulitkan ikan,
satwa liar, dan manusia karena perkembangannya menambah pencemaran waduk dan
sumber air minum lainnya. Pembentukan ganggang yang dikaitkan dengan
perubahan iklim dan buangan yang berhubungan dengan produksi peternakan ini
telah menimbulkan kematian pada hewan serta manusia,
seperti di Britania, Prancis; Wales di Inggris; dan Wisconsin, AS.
Dr. Castle, Dr. Rodgers dan para kolega, terima kasih tulus kami atas fakta
tentang sejarah Bumi yang sangat relevan dengan masa sekarang ini. Mari kita
cepat kembali ke gaya hidup harmonis untuk menghentikan tren membahayakan
seperti ini dan memulihkan Bumi kita yang berharga.
Maha Guru Ching Hai telah sering kali memperingatkan efek berbahaya dari
pemanasan global, seperti pada konferensi video Mei 2009 di Togo, dan juga
menyampaikan sebuah solusi berkelanjutan yang menenteramkan hati.
Maha Guru Ching Hai: Ekosistem laut telah berada dalam masalah yang
besar saat ini akibat dampak dari pemanasan global. Jika ikan itu semua
habis, kita juga akan melihat bencana besar karena hilangnya spesies lautan.
Ekosistem pantai juga akan sangat terpengaruh oleh penyakit dan kumpulan
ganggang yang melepaskan racun. Lautan adalah pendaur ulang yang menakjubkan
yang dapat memurnikan air dan membuat nutrisi serta mengubah karbon dioksida
menjadi oksigen, dan sebagainya. Lautan adalah keajaiban. Kita harus
mempedulikan lautan jika kita ingin bertahan hidup, dan semua kehidupan yang
ada di dalamnya, termasuk ikan. Tanpa produk hewani sama sekali; itulah cara
terbaik. Kita harus menjadi vegan.
Referensihttp://www.sciencedaily.com/releases/2009/10/091019134716.htm http://blog.taragana.com/n/killer-algae-is-key-player-in-mass-extinction-200578/ http://www.clemson.edu/ http://en.wikipedia.org/wiki/Stromatolites http://www.clemson.edu/ces/departments/eees/people/facultydirectory/castle.htmlShanghai salah satu kota yang paling berisiko
Di antara puluhan kota terkemuka dunia yang berisiko terhadap kenaikan air
laut, Shanghai adalah kota terbesar di China yang hanya berada 3 meter di
atas permukaan air laut dan salah satu kota yang paling berisiko.
Dr. Stefan Rahmstorf, seorang ahli di Institut Potsdam Jerman yang
mengkhususkan studinya di bidang fisika lautan memperkirakan bahwa
sedikitnya kenaikan 1 m akan terjadi dalam ratusan tahun mendatang dengan
jauh lebih banyak di abad mendatang.
Walaupun Shanghai mempunyai dinding penghalang yang besar, naiknya air laut
telah mencemari air tanah dan mengikis humus berharga yang merupakan dasar
bagi pertanian negara itu. Kota China lain di sepanjang kawasan Delta Sungai
Yangtze, rumah bagi sekitar 80 juta orang juga terancam oleh kenaikan air.
Terima kasih kami Dr. Rahmstorf dan para profesional Institut Potsdam lain,
atas penemuan berharga Anda yang mengusik ini. Dengan risiko miliaran orang
yang akan terkena dampak oleh kenaikan air laut yang tidak terkendali, kami
berdoa agar semua orang melangkah serentak menuju gaya hidup berkelanjutan
untuk melindungi ekosfer kita.
Seperti pada banyak kesempatan sebelumnya, Maha Guru Ching Hai menyatakan
kepeduliannya tentang keadaan Bumi kita yang sedang bahaya pada konferensi
video Puasa Jus untuk Perdamaian Maret 2009 di Kalifornia, AS.
Maha Guru Ching Hai: Ke mana kita akan pergi dengan kenaikan
permukaan air laut seperti ini? Meskipun kita menggali lubang… Sekarang ini,
mereka memiliki sesuatu seperti 'tabung' siap pakai, seperti sebuah ruangan,
lalu Anda dapat meletakkan itu di dalam Bumi untuk melindungi diri Anda dari
perubahan iklim, dari gas dan semuanya itu, tetapi bagaimana kita dapat
melindungi diri kita jika permukaan laut naik 70 meter dan mengubur segala
sesuatu dalam luapan arusnya? Dan tidak ada makanan lagi, tidak ada
pertanian lagi, tak ada apa pun! Tidak ada hewan untuk dimakan. Meskipun
kita ingin makan daging pun, sudah tidak ada yang tertinggal untuk kita.
Kita harus beralih ke pola makan vegetarian, pola makan non-hewani. Industri
hewan harus dihilangkan. Itu saja.
Referensihttp://www.pik-potsdam.de/~stefan/ http://en.wikipedia.org/wiki/Stefan_Rahmstorf http://www.google.com/hostednews/ap/article/ALeqM5gTPv6G9k7vm82sEgxaNbatnRKzDwD9BDJFOG0Universitas AS mengubah produk sampingan industri menjadi semen hijau
Ditampilkan pada Konferensi Sistem Energi 5 November di Pusat Transfer
Teknologi di Shreveport, Louisiana, para peneliti dari Louisiana Tech
University mengungkapkan pengembangan terbaru dalam industri bangunan yang
ramah lingkungan.
Dengan memakai ‘abu terbang’, hasil sampingan dari pembangkit listrik tenaga
batu bara, semen geopolimer yang baru itu tidak hanya mengurangi limbah
industri, tapi juga 90 persen CO2 atmosferik yang dihasilkan oleh industri
beton. Dibandingkan dengan semen konvensional Portland, beton ini juga lebih
tahan korosi, api, dan gempa bumi, serta memiliki jangka hidup yang dapat
mencapai ratusan tahun daripada puluhan tahun.
Pengembangan hijau yang sungguh menakjubkan! Banyak terima kasih, para
peneliti Louisiana Tech University, atas upaya Anda, dan kami ingin segera
melihat material ini dalam bangunan di mana-mana.
Referensihttp://www.mnn.com/technology/research-innovations/stories/new-cement-cuts-greenhouse-gases-by-90 http://www.rdmag.com/Materials-New-Geopolymer-Concrete-Technology-Created/Berita Tambahan
Para peneliti AS menemukan bahwa bintang laut mencerna sekitar 7 liter air
laut yang dingin untuk menahan panas sinar matahari saat laut surut, ini
merupakan suatu mekanisme pengatur yang dipengaruhi oleh pemanasan laut
akibat perubahan iklim.
http://news.bbc.co.uk/earth/hi/earth_news/newsid_8328000/8328311.stm Yvo de Boer, Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk
Perubahan Iklim (UNFCCC) mengumumkan bahwa 40 pemimpin sejauh ini telah
komit untuk menghadiri pertemuan perubahan iklim di Kopenhagen, Denmark,
pada bulan Desember.
http://english.aljazeera.net/news/europe/2009/11/200911741650511736.html