Hari ini kita akan menjumpai Yves Paccalet, penulis
jurnalis, filsuf, pencinta-lingkungan, fotografer dan penulis naskah
Prancis yang terkenal. Bpk. Paccalet adalah pengarang dari banyak buku
termasuk “Emergency Exit”. Selama bertahun-tahun, beliau telah
membaktikan diri untuk mengingatkan orang tentang pentingnya
melestarikan planet kita yang rentan ini dan telah sukses menginspirasi
banyak individu untuk mengubah gaya hidup mereka agar menjalani hidup
yang lebih hijau dan bahagia.
Bapak Paccalet: Saya dilahirkan di pegunungan, dekat Vvanoise,
taman nasional Vanoise yang amat terkenal belakangan ini. Saya
menghabiskan masa kecil saya di gunung, dekat dengan glasier, di dalam
hutan dengan bunga anggrek “Sepatu Venus” beserta bunga lili oranye.
Juga dengan sapi; saya mengurusi sapi saat saya kecil. Saya mempelajari
filsafat. Saya bingung memilih antara ilmu pengetahuan dan sastra, maka
saya agaknya berada di tengah-tengah.
Supreme Master TV: Saat ia tumbuh dewasa, Bpk. Paccalet tertarik
untuk berkeliling dan ingin melihat dunia yang indah dan menakjubkan
dengan mata kepalanya sendiri. Ia menghubungi penjelajah laut yang
terkenal di Prancis serta ahli kehidupan di laut Jacques-Yves Cousteau,
lalu memulai perjalanannya yang panjang dengan Kapten Cousteau dan awak
kapal beliau di laut yang berlangsung selama 15 tahun.
Bapak Paccalet: Saya adalah murid di saat itu. Kami merenungkan
bagaimana dunia akan berevolusi, apa yang perlu dilakukan untuk
membuatnya menjadi lebih baik. Kita menginginkan dunia menjadi tempat
yang lebih baik. Saya sebelumnya juga anak kecil yang senantiasa
berlari di pegunungan yang mencari bunga anggrek atau serangga,
mengejar kupu-kupu atau kambing gunung, dan saya ingin mengetahui dunia
ini, orang di dunia dan alam.
Saat saya memiliki kesempatan tersebut, saya menulis
kepada Cousteau. Saya memberitahukan bahwa saya ingin pergi dan ia
berkata, “Itu adalah waktu yang tepat, saya membutuhkan penulis.” Maka
kami setuju dan saya pun pergi dengan Calypso untuk melihat dunia.
Pertama kali saya melihat laut, saya berusia 10 tahun. Dan itu adalah
suatu momen yang gaib, menjumpai ikan paus besar, ikan hiu, ikan
lumba-lumba, juga bentuk, warna, tingkah laku yang luar biasa dari
terumbu karang dan hutan rumput laut. Itu adalah penemuan bagi saya,
orang dari dataran tinggi, itu adalah hal yang benar-benar penting.
Pada saat yang sama, kami menemukan orang, penduduk yang tinggal di
laut. Itu adalah suatu pembuka kepada dunia. Kita menjadi tahu seketika
tentang alam, orang, dan cara hidup mereka. Itu adalah ketakjuban murni
selama tahun permulaan.
Supreme Master TV: Selama perjalanannya dengan Kapten Jacques Cousteau, Bpk. Paccalet menyaksikan penurunan yang pesat dari lingkungan Bumi.
Bapak Paccalet: Sedikit demi sedikit, kami perhatikan bahwa ada
bahaya yang dekat mengancam semua hal yang indah itu yang kami saksikan
menghilang satu demi satu. Itu telah terjadi sebelumnya, tetapi hal itu
menjadi semakin cepat. Dan saya ingat akan wawancara pertama dengan
Cousteau, tepat pada saat dimana saya akan pergi dengannya. Itu terjadi
di tahun 1972, bukannya kemarin. Dan pada akhir dari wawancara itu, ia
berkata, “Yves, kita akan pergi untuk bekerja bersama, saya telah
melihat pemandangan dunia, terumbu karang, teluk, hutan yang tak akan
dilihat orang lagi, karena mereka telah dirusak, dihancurkan, dibakar,
dipotong, di aspal dan dibeton.” Dan ia menambahkan, “Saya harap bahwa
saat Anda mencapai usia saya, Anda tak akan harus mengatakan hal yang
sama terhadap generasi mendatang.”
Cousteau berusia 35 tahun, lebih tua daripada saya dan
tahun lalu saya mencapai usia Cousteau di saat itu. Dan sungguh
disayangkan bahwa saya harus mengatakan hal yang persis sama sekarang:
bahwa saya telah melihat pemandangan dunia dimana orang tidak akan
pernah melihatnya lagi. Yang tidak akan dilihat oleh anak saya, yang
tidak akan dilihat oleh cucu saya, karena telah dirusak oleh orang pada
kecepatan yang luar biasa. Ia mengetahui bahwa manusia yang harus
bertanggung jawab terhadap penurunan ini adalah satu hal, tapi mereka
juga adalah sang korban. Kita hanya merusak planet ini yang sama sekali
bukan suatu dekorasi semata. Planet kita sama sekali bukan suatu teater
dimana kita bisa mempertunjukkan drama dan membongkar dekorasi lalu
melanjutkan berperan.
Supreme Master TV: Bpk. Paccalet sangat menyadari tentang
masalah perubahan iklim selama bertahun-tahun dan khawatir bahwa itu
akan membahayakan keberadaan manusia di masa mendatang.
Bapak Paccalet: Perubahan iklim adalah salah satu bahaya yang
besar yang mengancam manusia. Itu adalah suatu bahaya yang sekarang
benar-benar terlihat. 25 tahun yang lalu saya harus menuliskan artikel
pertama saya tentang “kelainan iklim” karena inilah cara yang
seharusnya dipakai untuk menyebutnya. Situasi itu bisa menjadi lebih
buruk.
Saat ini (skenario) terburuk adalah skenario yang kita
anggap bertingkat rendah di antara bahaya lain. 20 tahun yang lalu,
kita berpikir bahwa es yang berada di pegunungan Alpen sudah hampir
hilang. Dikatakan bahwa tidak akan ada lagi gletser di pegunungan Alpen
pada tahun 2100. Sekarang kita berkata bahwa tidak akan ada lagi
gletser di Himalaya pada tahun 2050, bukannya di pegunungan Alpen pada
tahun 2100. Segalanya menuju ke arah yang salah. Kita bayangkan akan
terjadi di sekitar tahun 2070 atau 2100 dimana tidak akan ada es di
Kutub Utara selama musim panas. Kita berpikir bahwa sesuatu yang
demikian serius bisa terjadi dalam waktu 70 tahun atau sekitarnya.
Tahun ini, hal itu bisa saja terjadi untuk pertama kalinya. Segalanya
berlangsung lebih cepat dari yang kita pikirkan. Segalanya menuju ke
arah yang sama. Saat es mencair di daerah kutub, daripada memiliki
permukaan putih yang memantulkan sinar matahari kembali angkasa, kita
memiliki permukaan biru tua, biru hitam yang menyerap sinar matahari.
Karena itu segalanya berlangsung cepat.
Supreme Master TV: Di sini, Bpk. Paccalet mendiskusikan tentang
metana, sebuah gas rumah kaca yang menciptakan ancaman langsung
terhadap dunia kita dan kebanyakan dari hal itu adalah hasil akhir
produksi ternak.
Bapak Paccalet: Sebuah masalah penting adalah, di negara kita
yang kaya, kita ingin makan semakin banyak daging. Maka, ini adalah
masalah pola makan yang besar. Aspek kesehatan ini mengkhawatirkan
penduduk di negara kaya, tetapi terdapat aspek lainnya yang
sesungguhnya benar-benar ekologis. Hewan ini memproduksi banyak gas
metana dengan bersendawa dan menghasilkan gas perut, ini berkontribusi
terhadap efek rumah kaca. Jadi itu juga kegilaan dari daging.
Hal itu menjelaskan mengapa kita menanam tanaman dalam
skala besar di negara miskin dan tanaman kedelai, jagung dan lainnya
yang berskala besar ini untuk dibuat sebagai burger, dan itu berarti
merampas makanan biasa dari mulut orang miskin.
Aspek yang lain adalah minyak-agro, ada yang masih
menyebutnya sebagai minyak-bio Jika kita menanam tanaman kedelai,
jagung, tebu dan lain-lain secara besar-besaran di negara miskin, agar
menjalankan mesin mobil kita di negara kaya, hal itu akan secara
besar-besaran menambah kelaparan di negara miskin.
Supreme Master TV: Selama tahun penelitiannya, Bpk. Paccalet menemukan
bahwa industri pertanian adalah salah satu sebab utama dari perusakan
lingkungan.
Bapak Paccalet: Kita ingin mengolah ladang yang lebih besar.
Untuk melakukan hal itu, kita membutuhkan minyak. Mesin pertanian
dioperasikan dengan minyak dan mengonsumsi banyak minyak. Pupuk kimia
diperlukan untuk menumbuhkan makanan dan tanaman yang berskala besar,
berasal dari minyak.
Karena itu kita akan kekurangan minyak; minyak akan
menjadi semakin mahal dan semakin tidak terjangkau. Industri pertanian
menciptakan masalah dalam dirinya sendiri. Selain pupuk kimia, nitrat
dan bahan kimia lainnya yang memberi polusi terhadap air; menyebarkan
jumlah pestisida dalam jumlah besar yang bukan hanya meracuni jamur,
serangga, tapi juga manusia!
Lagipula kita cenderung untuk berkata bahwa kita mampu
meningkatkan produksi pertanian. Yang kita perlukan hanyalah
menambahkan sedikit masukan. Kita memproduksi minyak dan pupuk dan kita
sering lupa bahwa terdapat faktor pembatas dalam pertanian, yaitu air!
Kita tidak memiliki cukup air. Tidak ada cukup air untuk setiap orang!
Supreme Master TV: Bpk. Paccalet menyarankan agar orang-orang
menjalani gaya hidup yang lebih hemat dan spiritual untuk membantu diri
mereka sendiri dan dunia.
Bapak Paccalet: Jika kita ingin menemukan solusi, kita harus
bertindak lebih cepat. Saya sendiri akan memilih sebuah solusi yang
penuh damai, masuk akal, cerdas dan berdasarkan pada berbagi kekayaan
dimana hal itu luput di Bumi ini. Saya mengembangkan filsafat
kerendahan hati dalam cara, namun adalah suatu filsafat berkelimpahan
dalam kaitannya dengan spirit, dalam kaitannya dengan hubungan sosial,
persahabatan, kasih, keindahan, kontemplasi hidup dan pada akhirnya
konsep hidup saya sendiri. Bagaimana saya berusaha hidup dengannya
berkontemplasi, melihatnya.
Supreme Master TV: Bpk. Paccalet merasa bahwa mengubah pandangan kita tentang hidup bisa membuat transnformasi pribadi yang luar biasa.
Bapak Paccalet: Gagasan saat saya menantang orang-orang adalah
untuk membuat masing-masing orang berpikir. Apakah kita butuh ini dan
itu? Tidakkah lebih baik bagi kita untuk mencari sebuah pertumbuhan
yang merupakan pertumbuhan dari hal yang tak berwujud; hal yang bisa
kita kembangkan tanpa akhir dari filsafat, dari ilmu pengetahuan, atau
hanya dari persahabatan dan kasih. Tidakkah lebih baik untuk melihat ke
arah itu daripada membiarkan diri kita benar-benar diperbudak oleh
ideologi konsumsi ini yang diberikan kepada kita sebagai ideologi
kebahagiaan.
Jika kita mampu menanyakan diri kita sendiri: “Apakah
arti dari hidup?” “Apakah kebahagiaan sejati? Saya paham tentang apakah
kebahagiaan sejati itu: yaitu mengendalikan keinginan dan bukannya
membiarkan hal itu mendominasi saya. Itu adalah suatu keharusan.
Supreme Master TV: Nampaknya jika filsafat Yves Paccalet diterapkan oleh banyak orang, kita akan memiliki dunia yang lebih hijau, baik,
dan lembut.