Menggunakan Ilmu Pengetahuan untuk Menyelamatkan Planet: Wawancara dengan Dr. Vandava Shiva (dalam bahasa Hindi)  
email to friend  Kirim halaman ini buat teman   Jika anda ingin menambahkan video ini ke dalam blog atau website pribadi anda, silahkan klik link berikut untuk mendapatkan source code-nya.  ambil source code   Cetak
Play with flash player Play with windows media

Pemirsa pecinta Bumi, selamat berjumpa di Orang Baik, Karya Baik. Acara kami hari ini menampilkan Dr. Vandana Shiva.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Dr. Vandana Shiva dan Navdanya, silakan kunjungi www.navdanya.org

Seorang penduduk asli India, Dr. Shiva adalah seorang ahli lingkungan yang termasyhur yang telah bekerja tanpa lelah selama bertahun-tahun untuk membantu memelihara rumah planet kita. Ia telah dikenal secara internasional atas pencapaian lingkungannya yang meliputi Penghargaan Internasional Hari Bumi dari PBB dan Penghargaan Hak Mata Pencaharian yang juga dikenal sebagai “Hadiah Nobel Alternatif.” Beliau juga seorang penulis beberapa buku dengan penjualan terbaik seperti “Tanah Bukan Minyak (Soil Not Oil).” “Demokrasi Bumi (Earth Democracy),” dan “Tetap Hidup: Wanita, Lingkungan, dan Pembangunan (Staying Alive: Women, Ecology, and Development).” 

Pada tahun 1987, Dr. Shiva, yang juga seorang vegetarian, memulai Navdanya, sebuah organisasi yang mempromosikan perdamaian, harmoni, keadilan, dan ketahanan dengan mencoba untuk melindungi keanekaragaman ekosfer. Misi dari organisasi ini adalah: “Untuk melindungi alam dan hak masyarakat akan pengetahuan, keanekaragaman hayati, air, dan makanan.”

Dalam sebuah wawancara dengan Supreme Master Television di Delhi, India,

Dr. Shiva berbagi sudut pandangnya tentang pentingnya konservasi melalui praktik pertanian yang bertema lingkungan.

Dr. Shiva (P): Saya awalnya seorang fisikawan nuklir dan kemudian fisikawan kuantum. Tetapi selama 35 tahun terakhir, saya telah mendedikasikan hidup saya untuk melindungi Bumi.

Dr. Shiva (P): […] Saya memulai dua institusi. Pertama, badan penelitian yang berkaitan dengan publik yang bernama Yayasan Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Ekologi. Saya ingin ilmu pengetahuan bekerja bagi masyarakat dan bekerja untuk melindungi Bumi.  Jadi saya mendirikan badan penelitian ekologi yang mandiri ini. Pada tahun 1987, saya memulai Navdanya yang keduanya berarti “sembilan benih” juga “hadiah yang baru”. Sembilan benih memiliki kepentingan kosmik yang mendalam di India karena mereka berhubungan dengan keseimbangan planet, mananam sembilan tanaman panen di lahan Anda dan melihat bahwa Anda memiliki keanekaragaman hayati di ladang Anda, Anda melindungi Bumi. Tetapi keanekaragaman tanaman panen juga berarti keseimbangan nutrisi bagi tubuh kita. Jadi, semua yang ada di alam semesta termasuk tubuh kita, itu tergantung pada harmoni, kedamaian, dan keseimbangan. 

PEMBAWA ACARA: Selama lebih dari 29 tahun, keanggotaan Navdanya telah berkembang menjadi lebih dari 70.000 keluarga petani di tiga belas negara bagian India. Di negara bagian Uttarakhand sendiri, 60.000 petani telah beralih ke pertanian organik melalui usaha Navdanya. Hingga sekarang, Navdanya telah melatih lebih dari 200.000 petani tentang metode pertanian ini. Melalui bank benih, Navdanya telah mengawetkan lebih dari 2.000 ragam beras lokal, 50 tipe sayuran pribumi, juga banyak jenis spesies pohon dan tanaman obat yang berbeda.

Dr. Shiva (P): Saya mulai menyimpan benih pada tahun 1987 melalui Navdanya, karena saya melihat bagaimana ratusan dan ribuan keanekaragaman tanaman panen kita dirusak demi pertanian kimia, demi teknik genetika. Saya telah melihat bagaimana 200.000 jenis beras yang dimiliki India berkurang hingga segenggam tangan, bagaimana 1.500 jenis gandum yang biasa kita miliki berkurang menjadi satu atau dua jenis padi. Tidak di manapun juga di dunia ada warga yang benar-benar ingin memakan makanan yang diolah secara genetik yang memiliki gen bakteri dan gen virus serta gen kanker. Setiap orang menginginkan makanan sehat yang baik bagi pikiran dan tubuh kita. 2:55

Dr. Shiva (P): Saya melindungi keanekaragaman karena saya melihat kita sebagai satu bagian dalam keluarga Bumi. Mereka merupakan saudara kita. Tanaman, hewan, mikroba, mereka semua bagian dari keluarga besar Bumi.

PEMBAWA ACARA:Perubahan iklim adalah kenyataan yang mempengaruhi kita semua dan dibutuhkan aksi yang tanggap untuk meredakan dampaknya. 

Dr. Shiva (P): Perhitungannya berasal dari Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim, bahwa bila kecenderungan saat ini terus berlanjut, maka pada tahun 2050, setengah dari spesies di planet ini akan musnah. Ini merupakan kepunahan yang sangat, sangat besar. Spesies mulai menghilang ketika laut semakin hangat. Ketika lautan bertambah asam, batuan koral sekarat. Saya sendiri melihat mangga kebun saya mati akibat musin dingin lalu yang ekstrem. Selain kita mengalami terlalu sedikit hujan atau terlalu banyak hujan, terlalu dingin atau terlalu panas, keanekaragaman hayati menderita. Planet ini, planet magis ini adalah planet yang dapat menampung kehidupan karena ada kemampuan untuk mengatur suhu dalam batas keseimbangan tertentu. Polusi kita melampaui zona dimana kehidupan tidak dapat bertahan di planet ini. Dan perubahan iklim tentu saja mengancam spesies di planet ini. Tetapi kita adalah satu di antara spesies yang keberadaannya juga terancam. 

PEMBAWA ACARA: Hutan hujan kita yang berharga ditebangi untuk menumbuhkan tanaman panen, khususnya untuk memberi makan ternak sapi, dengan hanya sedikit petimbangan tentang konsekuensi akhirnya. 

Dr. Shiva (P): Hewan ternak dibiakkan dengan menebang hutan Amazon, ia tumbuh dengan menebang hutan hujan di Indonesia dan Malaysia. Tidak hanya menyebabkan emisi sekitar 18 persen karena hutan yang mereka bakar, mereka menciptakan gas rumah kaca tambahan, tetapi permasalahan terbesar dari ini adalah paru-paru planet kita. Hutan ini adalah sumber penyerapan karbondioksida tertinggi. Hutan adalah pengatur suhu iklim, curah hujan, angin, dan pola iklim. Dan bila Amazon tiada, kita tidak akan memiliki paru-paru, kita tidak akan memiliki hati, kita tidak akan memiliki jantung kita. Ada fakta lain dimana makanan berhubungan dengan perubahan iklim. Dalam hitungan saya, industri pertanian secara global berkontribusi sekitar 25% terhadap perubahan iklim. Dan sebagai gantinya, ia memberikan kita makanan yang buruk.

Kita hanya dapat mengatasi krisis pangan dengan memproduksi makanan yang berkelanjutan, memproduksi makanan secara lokal, dan memastikan bahwa masyarakat dan demokrasi memiliki kendali terhadap sistem pangan.

Dr. Shiva (P): Ketika membicarakan perubahan iklim, masyarakat biasanya hanya berpikir tentang gas yang dikeluarkan oleh mobil atau pembangkit listrik. Tetapi banyak bagian dari perubahan iklim berhubungan dengan cara kita mengembangkan pangan saat ini. Industri pangan, pertumbuhan pangan dengan penyubur kimia yang diperoleh dari bahan bakar fosil, mereka menggunakan minyak untuk memproduksinya. Kemudian mereka mencampurnya dengan tanah, dinitrogen oksida berpindah ke atmosfer dan menciptakan perubahan iklim, karena ia 300 kali lebih berbahaya dibandingkan karbondioksida. Kita menciptakan perubahan iklim dari pertanian kita sendiri. Ini berarti bahwa pangan yang saat ini kita kembangkan, seharusnya tidak boleh dikembangkan.

PEMBAWA ACARA:Mengembangkan  makanan organik memiliki manfaat yang tak terhingga terhadap Bumi kita dan membuat kesehatan masyarakat kita menjadi lebih baik.

Dr. Shiva (P): makanan yang terbaik adalah makanan yang tumbuh secara organik; makanan terbaik adalah makanan yang tumbuh secara lokal, sesuai dengan rasa dan kebudayaan kita, dan makanan terbaik adalah makanan yang tumbuh tanpa bahan bakar fosil. Bila kita menggerakan pertanian menuju pertanian organik secara ekologi, ini merupakan satu-satunya jalan untuk mengembangkan makanan yaitu makanan yang suci bagi tubuh kita yang kudus. Bila kita beralih ke cara mengembangkan jenis pangan yang pantas kita terima sebagai umat manusia, kita dapat mengurangi emisi perubahan iklim hingga 25% sambil melindungi para petani, sambil melindungi keanekaragaman, dan sambil melindungi kesehatan kita.

PEMBAWA ACARA:Tanaman panen, pada saat mereka ditanam, sangat rentan terhadap perubahan iklim. Pertanian organik membawa stabilitas terhadap ekosistem.

Dr. Shiva (P):
Satu persoalan terakhir menghubungkan antara makanan dan perubahan iklim. Sistem yang berkontribusi terhadap perubahan iklim juga rentan terhadap perubahan iklim. Bila Anda mengalami satu badai, Anda dapat mengalami gangguan keseluruhan penyediaan makanan. Bila Anda mengalami musim kemarau, bila tanah dipupuki dengan pupuk kimia, mereka tidak dapat bertahan di dalam musim kemarau. Itulah mengapa kita membutuhkan keanekaragaman hayati, itulah mengapa kita membutuhkan pertanian organik, keduanya mengurangi dampak pada perubahan iklim dan dapat beradaptasi terhadapnya dengan baik. Tetapi hal yang luar biasa adalah, ia secara simultan mengatasi krisis makanan.         

PEMBAWA ACARA: Dr. Shiva sangat menyukai benih tradisional dan makanan lokal. Dia merasa organisme yang dimodifikasi secara genetik merusak keseimbangan alam. Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri pembentuk spora, gen yang diperkenalkan di dalam beberapa tanaman penen seperti jagung, tomat, dan kapas dengan tujuan menangkal serangga. 

Dr. Shiva (P): Toksin Bt adalah racun. Tanaman dengan toksin Bt tidak menghasilkan panen lebih banyak. Ini merupakan tanaman penghasil racun. Tanaman yang resisten terhadap herbisida, sehingga Anda cenderung menyirami mereka dengan glifosfat dosis tinggi. Itu berarti lebih banyak racun di dalam ladang kita, bukan lebih banyak makanan. Hingga saat ini, tidak ada GMO (organisme yang dimodifikasi secara genetik) satupun yang telah menghasilkan makanan lebih banyak daripada  tanaman pembanding.

Dr. Shiva (P): Benih yang dikerjakan secara genetik tidak menyelesaikan masalah kelaparan. Mereka tidak membawa kesejahteraan di dalam pertanian kita. Dan pertanian tanpa GMO adalah pertanian yang damai. Pertanian bebas GMO adalah pertanian yang makmur. Pertanian bebas GMO adalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh oleh umat manusia.

PEMBAWA ACARA: Dampak berbahaya dari pola makan berbasis daging terhadap lingkungan kita dan makhluk lain sangat besar.

Dr. Shiva (P):Saya sendiri seorang vegetarian. Saya hanya berpikir hal ini lebih penuh cita rasa. Kita tahu dari semua gambaran bahwa makan lebih sedikit daging atau tidak memakan daging menciptakan lebih sedikit jejak di planet kita. Tujuh puluh persen padi-padian saat ini tidak dimakan oleh manusia, ia dimakan oleh hewan ternak. Kita akan membebaskan hewan-hewan di pabrik itu dari penyiksaan, dan kita akan menghemat padi demi memberi makan mereka yang kelaparan.

PEMBAWA ACARA: Bumi kita sangat unik dan merupakan satu-satunya planet yang kita miliki. Kesadaran akan keadaannya yang rentan saat ini adalah kunci untuk membuat keputusan yang tepat untuk menjamin keberadaan planet kita bagi generasi mendatang.

Dr. Shiva (P): Saya rasa setiap orang memiliki perannya masing-masing dalam melindungi planet. Kita tidak terpisah darinya. Kita merupakan bagian darinya. Kita adalah anak-anaknya. Kita adalah anak-anak dari ibunda Bumi, Terra Madre. Di dalam semua kebudayaan kita, kita telah memandang Bumi kita sebagai ibu kita yang telah merawat kita. Kita harus mengingat kembali bahwa ibunda ini, yang telah kita lupakan, abaikan, salah gunakan, kotori, sedang membutuhkan perawatan kita, membutuhkan pelukan kita, membutuhkan perhatian kita. Mari kita memberinya perhatian dalam setiap hal yang kita kerjakan, makanan apa yang kita makan, bagaimana kita bergerak, mobil apa yang kita kendarai, bagaimana kita hidup.

PEMBAWA ACARA:Terima kasih kami yang tulus Dr. Shiva atas karya perlindungan yang terus menerus untuk mempromosikan keanekaragaman hayati, pertanian organik, dan lingkungan yang lebih bersih. Semoga semua orang di planet ini selalu memiliki cukup makanan melalui pertanian yang berkelanjutan dan pola makan yang bebas daging.


Untuk lebih detil mengenai Dr. Vandana Shiva, organisasi Navdanya miliknya, dan publikasinya, silakan kunjungi: 
www.navdanya.org

Buku oleh Dr. Vandana Shiva:
Tanah bukan Minyak
Demokrasi Bumi
Tetap hidup: Wanita, Ekologi, dan Pembangunan
Tersedia di: www.navdanya.org