Berdiri di puncak dunia, Lhasa, ibukota Tibet, seseorang
dapat merasakan menyentuh langit yang cerah dan mendengar di atas awan.
Di sini, di antara pegunungan bersalju, terdapat bangunan besar kuno
yang mistis di atas Gunung Merah. Inilah kediaman para Dalai Lama
sebagai pusat spiritual warga Tibet: Istana Potala.
Istana
Potala didirikan pertama kali pada abad ke-7 oleh Songtsan Gampo, raja
dari Kerajaan Tubo. Dia seorang yang luwes dan berani yang menyatukan
kerajaan. Dengan kepemimpinan yang bijak, Kerajaan Tubo menikmati
kemakmuran yang damai. Untuk memperkuat negara, Raja Songtsan Gampo
berniat mengenalkan budaya yang maju dan teknologi dari China. Lalu,
dia menawarkan lamaran pernikahan kepada Kaisar Taizong dari Dinasti
Tang.
Pada saat itu, banyak kerajaan tetangga dari
China juga berniat menjalin hubungan pernikahan dengan China. Kemudian
Kaisar Taizong mengadakan kontes di antara banyak utusan untuk memilih
seorang suami bagi kemenakan raja. Akhirnya, utusan yang pintar dan
sopan yang dikirim oleh Raja Songtsan Gampo memenangkan lomba. Oleh
sebab itu, pada tahun 641, Putri Wencheng dari Dinasti Tang menikah
dengan Raja Songtsan Gampo. Dia tidak hanya membawa ke Tibet kemajuan
teknologi, budaya, obat, kalender, yang paling penting, dia mengenalkan
Buddhisme kepada warga Tibet, sebab dia penganut Buddha yang taat. Atas
kontribusinya bagi Tibet, Putri Wencheng dipuja sebagai inkarnasi Tara
Putih, dewi welas-asih, dan Raja Songtsan Gampo sebagai inkarnasi dari
Quan Yin Boddhisattva, atau Avalokitesvara Boddhisattva.
Untuk
menyambut pengantin wanita, Raja Songtsan Gampo memerintahkan membangun
istana dengan 999 ruang di Gunung Merah; inilah fase pertama dari
Istana Potala. “Potala” berarti “tempat suci Buddhisme” atau “kediaman
Avalokitesvara Boddhisattva.” Istana tersebut bernama Potala, tidak
hanya karena pernah didiami Raja Songtsan Gampo, tapi juga karena rasa
hormat warga Tibet kepada Avalokitesvara Boddhisattva.
Nyatanya,
menurut legenda, warga Tibet adalah keturunan kera yang dikirim
Avalokitesvara Boddhisattva ke Tibet untuk berlatih spiritual. Bukit
dimana Potala berdiri melambangkan Avalokitesvara. Bukit menuju arah
selatan melambangkan Bodhisattva Vajrapani, dan bukit yang lain
melambangkan Bodhisatwa Manjushri. Bersama, mereka membentuk “Tiga
Pelindung Tibet.”
Pada
abad ke-9, istana yang dibangun oleh Raja Songtsan Gampo hampir habis
terbakar karena disambar petir. Istana Potala yang sekarang dibangun
atas perintah Yang Mulia Dalai Lama Ke-5, Lobsang Gyatso pada akhir
abad ke-17. Dalai Lama ke-5 pindah ke istana ini pada tahun 1640. Sejak
itu, Istana Potala yang luas selalu menjadi pusat politik dan spiritual
di Tibet, dan sebagai tempat tinggal para Dalai Lama.
Dibangun
pada ketinggian 3.700 meter, Istana Potala adalah istana tertinggi di
dunia. Istana ini tingginya 117 meter dengan 13 tingkat. Istana Potala
bisa diakses melalui dua tangga panjang dengan angin sepoi-sepoi di
depan. Ini melambangkan perjalanan spiritual yang panjang untuk bertemu
Tuhan. Tangga menuju gerbang timur bernama “Jalan Kesempurnaan,”
ditujukan untuk peziarah, dan yang menuju gerbang barat, bernama “Jalan
Pembebasan,” untuk para biksu.
Istana Potala pada
dasarnya terdiri dari tiga warna: merah, putih dan kuning. Warna merah
melambangkan keagungan dan kekuatan, putih menunjukkan damai dan
kebaikan, dan kuning adalah warna tradisi Gelug dalam Buddhisme, yang
menunjukkan berkat tak terbatas.
Di bawah fondasinya
di lereng gunung ini, di lereng gunung ini, ada ratusan terowongan
bawah tanah, yang mengijinkan udara mengalir dan bersirkulasi. Seluruh
konstruksi tidak memakai inti kerangka baja. Temboknya dibangun dengan
batu, tanah, dan kayu, dengan ketebalan berkisar dua hingga lima meter.
Tembok yang tebal membantu bangunan tersebut tetap sejuk di musim panas
dan tetap hangat di musim dingin.
Rancangan cerdas
lainnya yang dimasukkan dalam arsitektur Istana Potala adalah sistem
perlindungan cahaya. Pada titik tertinggi bangunan tersebut terdapat
atap dan pilar sutera yang dibuat dari emas dan kuningan sebagai
konduktor listrik yang sangat bagus. Di bawah atap, ada pipa tembaga
yang punya dua fungsi: satu untuk mengalirkan air hujan ke bawah dari
atap, yang lain untuk untuk mengalirkan listrik ke tanah. Beberapa
bagian tembok diperkuat dengan leburan tembaga, yang juga membantu
mengalirkan listrik. Tentu saja, sistem pencegahan sambaran petir
memberikan perlindungan yang baik di sekeliling bangunan tersebut.