Halo, pemirsa yang baik hati, salam jumpa di Perjalanan Melalui Alam Estetis di Supreme Master Television. Filipina adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di Lingkar Pasifik Barat. Selama ribuan tahun, warga pulau yang bahagia dan pekerja keras ini telah mengembangkan sistem cocok tanam padi yang sangat maju, yang menyediakan makanan pokok bagi beragam luas populasi pribuminya. Masing-masing kebudayaan komunitas pribuminya memiliki keindahan unik. Hari ini, kita akan melihat tiga masyarakat unik yang berlokasi di Luzon, pulau terbesar di Filipina dan menjadi tempat ibu kota negara itu, Manila. Aeta dipercaya merupakan keturunan dari penduduk paling awal di kepulauan itu. Mereka tiba 30.000 tahun yang lalu melalui hubungan teritorial dengan Asia daratan. Kelompok nomadis tersebut masih memelihara tradisi asli dan sistem kepercayaannya.
Dominga Cabyong (P): Saya Dominga Cabyong dari suku Aeta di Mabalaot Pampanga.
Pertama-tama, terima kasih. Kami akan memperkenalkan kebudayaan kami. Pertama, bagaimana kami menikah. Dari sejak masa kanak-kanak, orangtua kami telah menentukan pasangan kami. Setelah menikah, orangtua kami akan mendapat mas kawin. Kami menyebutnya dari Tuhan atau Dewa. Kami menyebut dia Apo Namalyari. Dia adalah Tuhan kami.
SUPREME MASTER TV: Orang Aeta merayakan kasih mereka kepada Tuhan melalui tari dan musik yang gembira.
Selain Dewa Apo Namalyari, orang Aeta juga menghormati roh gunung, sungai, lautan, langit, dan tempat-tempat lainnya. Selama ribuan tahun, mereka telah hidup dalam keselarasan dengan alam. Perempuan Aeta terkenal akan pengetahuan obat herbal mereka. Barang kerajinan Aeta yang terkenal mencakup penampi, tikar, gelang, jas hujan daun palem, dan alat musik yang terbuat dari bambu. Di sini di Pampanga, penghidupan kami adalah membuat suling, peluit burung. Ini adalah simbol kemandirian kami dan kami bangga akan hal itu. Kami mewarisinya dari leluhur kami. Kami warisi dan terapkan. Kami meneruskannya kepada suku kami. Kami ajari anak-anak kami cara membuatnya agar mereka belajar pekerjaan yang kami lakukan dalam kebudayaan kami. Seperti bahasa kami, cara yang sama dengan cara hidup kami. Kami memberitahu mereka bahwa penting untuk melestarikan budaya kita.
Mari kita dengarkan musik suling dan peluit burung Aeta yang didedikasikan kepada sahabat hewan kita.
Dominga Cabyong (P): Saya kenalkan lagu kami... ini tentang menyampaikan syukur untuk memanggil burung-burung. Seperti ini... Kedua, peluit burung – teman-teman kami – atau katak di gunung. Begitulah, terima kasih.
SUPREME MASTER TV: Baju tradisional Aeta juga berhubungan erat dengan keyakinan spiritual mereka.
Dominga Cabyong (P): Kostum ini, atau yang kami pakai sehari-hari, berwarna merah karena ini menarik dewa. Dewa kami melindungi kami sehari-hari dan menyembuhkan anak-anak kami. Itu sebabnya kami memilih kostum ini.
Ini adalah saudara saya; namanya Loloy. Pakaiannya sama seperti pakaian saya. Alasan berwarna merah, itu juga untuk memanggil dewa dan leluhur kami yang mengawasi kami. Itu sebabnya warna merah. Itu tidak dapat tidak merah karena ini adalah tradisi kami.
Kalung ini, kami sebut “bangkan”. Kami dapatkan ini dari gunung, pohon yang tinggi.
SUPREME MASTER TV: Pengabdian dan rasa syukur orang Aeta sangat menyentuh hati! Berikutnya, mari kita lihat suku Kalinga, yang merupakan petani padi, pembuat tembikar, dan penenun. Baju tradisional Kalinga praktis dan penuh warna cerah.
Gemma (P): Saya Gemma, istri seorang Kalinga. Saya bersama putra saya, dan Salija. Mereka berdua Kalinga. Dan suku Kalinga dapat dijumpai di Cordillera. Kami sebut pakaian kami “tapis”. Kami membuatnya sendiri. Dan mereka memakai “bahag”.
SUPREME MASTER TV: Kalinga terkenal akan musik mereka yang penuh kasih dan damai. Orang Kalinga memiliki kekerabatan kuat dan identitas kesukuan. Melalui sistem yang disebut ‘Bodong’(dewan kedamaian), pemimpin-pemimpin regional mencapai konsensus yang melaluinya perbedaan pendapat diselaraskan. Ritus perdamaian diiringi dengan tari dan musik tradisional. tari dan musik tradisional.
Gemma (P): Salah satu kebanggaan Kalinga adalah tari mereka, yang mereka bawakan saat upacara pernikahan, pesta. Mereka sebut ini “tachok”.
SUPREME MASTER TV: Orang Kalinga yang berbakat juga memiliki beberapa alat musik yang sangat unik. Tongatong, balingbing, tongali, dan kullibaw adalah beberapa di antaranya.
Gemma (P): Yang mereka pegang ini adalah salah satu alat musik yang dipakai orang Kalinga saat mereka menari. Selain suara gong, mereka akan gunakan apa yang dinamakan “tongatong” dalam istilah Kalinga.
Alat musik lainnya adalah apa yang mereka namakan “kullibaw”. Inilah salah satu... Dia akan memainkannya.
SUPREME MASTER TV: Musik adalah bagian penting kehidupan orang Kalinga. Mari kita nikmati musik suling indah dan pertunjukan elegan seorang pemuda Kalinga yang mencintai wanita Kalinga.
Gemma (P): Ini adalah alat musik mereka yang lain, dinamakan “tongali”, yang dipakai saat merayu seorang wanita.
SUPREME MASTER TV: Dibandingkan dengan orang Kalinga yang artistik, orang Ifugao lebih berorientasi pada bidang teknik. Mereka telah membangun teras padi paling ekstensif di dunia. Nama “Ifugao” berasal dari “ipugo”, yang dalam bahasa asli mereka berarti “dari bukit”. Dihiasi dengan lengkungan indah tanah yang berundak-undak sempurna ditutupi dengan tanaman padi, Cordilleras Filipina yang hijau menarik banyak turis setiap tahun. Dipahat dengan tangan ke dalam lereng gunung yang curam atau dangkal, Teras padi Banaue yang berusia 2000 thn telah terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).
Alfredo (L): Kami adalah orang Ifugao, berani dan cekatan, berpikiran tajam. Industri kami adalah tani dan tenunan.
Leluhur kami adalah Balitok dan Bugan. Mereka adalah pencipta teras padi terkenal ini. Salah satu dari delapan keajaiban dunia.
Dewa kami adalah Dewa Padi. Dialah yang mengawasi ladang padi kami. Dewa kami lainnya adalah Dewa Lumbung, yang mengawasi lumbung kami.
SUPREME MASTER TV: Orang Ifugao memandang nasi sebagai makanan sakral. Tradisi pertanian organik sangat dihargai. Pada Maret 2009, bersama Walikota Banaue Yang Mulia Bapak Lino Madchiw, juru kampanye lokal Greenpeace, Bapak Daniel Ocampo, dan Direktur Eksekutif Yayasan Miss Earth Cathy Untalan, Yang Mulia Gubernur Teddy Baguilat Jr. menyatakan bahwa padi dari Ifugao bebas dari Organisme Hasil Rekayasa Genetika (GMO). Acara tersebut menandai langkah besar komunitas Ifugao untuk melindungi tradisi peduli-Bumi mereka dan lingkungan secara keseluruhan.
Dalam budaya Ifugao, panen musiman dirayakan dengan hajatan syukur besar dengan kue beras dan tari tradisional yang meriah.
Alfredo (L): Kami akan perlihatkan tarian kami, dari suku Ifugao. Aksi pertama artinya “selamat datang” kami kepada pengunjung kami. Yang kedua berarti “kebebasan” kami. Yang ketiga berarti “sukacita” kami.
Ini adalah tari budaya kami. Ini gong kami saat kami bawakan tari budaya kami.
SUPREME MASTER TV: Telah tinggal di hutan-hutan gunung selama ribuan tahun, orang Ifugao telah kembangkan cara menarik untuk membangun rumah mereka.
Alfredo (L): Rumah orang Ifugao, rumah Twali. Ini adalah yang asli. Berikutnya adalah rumah Ayangan. Itu juga asli dalam suku Ayangan. Yang lainnya adalah rumah Mayawyaw. Yang terakhir adalah rumah Lumbung.
Jika kita masuk ke dalam, kita angkat tangganya agar tak ada yang dapat masuk ke dalam ruang kami. Di bawah rumah kami, ada industri tenun. Dia sedang menenun. Di bawah sini, ada kursi antik. Kami duduk di ini saat perlu beristirahat.
Ini lumbung padi kami. Ia juga memiliki tangga yang dapat dipindah. Pada malam hari, tangga tersebut dimasukkan ke dalam rumah. Dan ini adalah Balitok dan Bugan yang menjaga kami.
SUPREME MASTER TV: Ungkapan Ifugao berbunyi, “Kita tidak dapat tidak melakukan apa yang diberitahu leluhur.” Budaya tradisional Ifugao menghargai perbuatan-perbuatan baik. Mantan Senator Yang Mulia Bapak Mar Roxas adalah anak angkat orang Ifugao. Dijuluki majalah populer Asiaweek sebagai “Pemimpin Politik Milenium Baru”, ia memulai serangkaian reformasi yang meningkatkan kehidupan banyak warga Filipina selama masa jabatannya. Kami sangat berterima kasih kepada saudara-saudara kami dari suku Aeta, Kalinga, dan Ifugao yang telah memperkenalkan kebudayaan tradisional pribumi Anda yang kaya. Semoga kebijaksanaan dari tradisi kuno ini membantu meningkatkan keseimbangan dan keberlanjutan orang Filipina yang menawan dan seluruh Bumi kita.