Salam sejahtera, pemirsa yang penuh kebajikan. Hari ini kami ingin memperkenalkan Pendeta Dr. Rainer Hagencord, seorang ahli teologi, ilmuwan alam, dan salah satu pendiri Lembaga Zoologi Teologis di Muenster, Jerman. Lembaga Zoologi Teologis adalah satu-satunya organisasi semacam ini yang secara ilmiah melakukan pendekatan terhadap apresiasi untuk hewan di dalam bidang teologi.
Supreme Master TV: Dr. Hagencord, Anda adalah ahli teologi dan biologi. Apa yang membawa pada kombinasi ini?
Dr. Rainer Hagencord: Awalnya, saya belajar teologi dan kemudian bekerja dalam komunitas ini sebagai seorang pendeta. Dan setelah ini, saya mencari orientasi baru untuk saya dan kembali ke minat lama saya, bidang biologi. Dan saya benar-benar mengamati, relevansi apa yang dimiliki biologi perilaku, temuan-temuan yang dimiliki biologi perilaku, untuk pertimbangan teologi terhadap manusia, terhadap peranan manusia dalam penciptaan ini. Pertanyaan besar: Apa yang dimiliki manusia, apa yang tidak dimiliki hewan? Oleh karenanya, saya melihat lagi literatur teologis untuk memastikan: Apakah hewan ada disebutkan? Atau apakah teologi masih berargumen seperti manusia yang jatuh dari langit.. meskipun ada klarifikasi dari biologi perilaku bahwa pemikiran, perasaan, kesadaran diri, kemampuan membangun suatu budaya, semua itu, ada dalam kerajaan hewan. Charles Darwin berkata: Perbedaan antara manusia dan hewan adalah kuantitatif, tetapi tidak kualitatif. Dan bagi saya, ini pada dasarnya salah satu pandangan terbesar yang relevan dengan antropologi, tetapi tentu juga dengan etika. Bagi saya, sebagai ahli teologi, sebagai pendeta gereja, ini adalah dua bidang penting yang di dalamnya saya melihat kebutuhan besar untuk tindakan, juga di dalam gereja.
Supreme Master TV: Pada tahun 2004, tesis Rev. Dr. Hagencord, “Hewan: Tantangan bagi Antropologi Kristen – Argumen untuk Perubahan Perspektif dari Pandangan Teologis dan Biologi Perilaku”, diterima oleh fakultas Teologi Katolik Roma di Universitas Westphalian Wilhelm di Muenster. Tesis ini telah diterbitkan dalam edisi keempat sebagai sebuah buku dengan judul, “Di Sisi Eden Ini: Argumen untuk Perspektif Baru mengenai Hewan dari Sudut Pandang Teologi dan Biologi Perilaku”. Ini menunjukkan popularitas dan keterbaruan pemikiran Dr. Hagencord. Dr. Hagencord menjembatani celah di antara pandangan-pandangan terbaru dari biologi perilaku berkenaan dengan pemikiran, perasaan, dan tindakan hewan dalam kitab suci. Pada waktu yang sama, bagi dia ini adalah mengenai hakikat sejati hewan dan peran manusia di dunia ini. Apa artinya istilah “zoologi teologis”?
Dr. Rainer Hagencord: Mengenai artinya, mungkin menjadi jelas bahwa ini mengenai apresiasi teologis terhadap hewan. Itu adalah tujuannya. Apa yang kita bisa, sebagai ahli teologi, katakan tentang martabat hewan, mengenai kerajaan hewan, ilmu hewan? Dengan istilah ini saya juga punya kiasan dalam pikiran, karena kebanyakan orang pasti mengenal istilah “antropologi teologis”. “antropologi teologis”. Jadi, manusia adalah mahkota ciptaan, atau manusia adalah citra Tuhan atau memiliki jiwa abadi – apa saja. Karena saya berpikir teologi mempunyai banyak hal berkenaan dengan apresiasi biblikal pada hewan, juga berkenaan dengan pengakuan pada hewan. Minat saya adalah, juga untuk memandang serius temuan ilmu hewan dan memasuki dialog lintas-disiplin dengan teologi, etika, antropologi, meletakkan dasar ilmiah yang baik bagi proyek apresiasi terhadap hewan ini.
Alkitab mengatakan, Tuhan memberkati kita melalui ciptaan, juga melalui hewan. Karena itu, jika kita memberkati hewan, ini juga merupakan ekspresi fakta bahwa kita manusia ingin menjadi suatu berkat bagi hewan. Dan kemudian, tidak mungkin memberkati yang satu dan melemparkan yang lain ke barbekyu... Jadi, ini tidak mungkin. Di sini adalah penting bagi saya untuk mengatakan, jika berkat berarti saya benar-benar mengambil tanggung jawab sebagai manusia – saya ingin menjadi berkat bagi hewan – maka saya bisa setuju dengan itu, dan bisa mendukung itu.
Supreme Master TV: Saat Dr. Rainer Hagencord, bersama dengan koleganya, Dr. Anton Rotzetter, mendirikan Lembaga Zoologi Teologis di Jerman, perayaan pembukaan berlangsung pada Desember 2009. Di antara tamu adalah Dr. Dame Jane Goodall, primatolog terkemuka dan Duta Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dr. Hagencord sangat terinspirasi dengan tokoh luar biasa ini dan merasa terhubung dengan pekerjaannya, terutama perihal meningkatkan kesadaran bagi sesama penghuni kita di planet ini.
Dr. Rainer Hagencord: Ada banyak spesies di planet ini, yang masih ada hanya karena Jane Goodall. Jane Goodall adalah salah satu wanita hebat di masa kini. Dia mendirikan Lembaga Jane Goodall 30 tahun yang lalu. Dia telah menghidupkan proyek Akar dan Tunas. Proyek ini berjalan di 90 negara di seluruh dunia. Akar dan Tunas, dalam proyek ini, anak-anak, kaum muda, murid-murid bisa terlibat dalam suatu proyek tertentu, dan untuk itu, mereka didukung oleh Lembaga Jane Goodall. Dan Jane Goodall menyadari, pertama: mengenai pendidikan, mengenai perubahan kesadaran pada planet ini, untuk menyelamatkan habitat bagi hewan, untuk melindungi mereka. Dan yang kedua: Jane Goodall memiliki harapan besar bahwa kekuatan rohani dan orang yang berpikiran rohani dari kepercayaan apa pun masih bisa membuat perbedaan pada planet ini. Itu menyatukan kami. Dan sering kali Jane Goodall mengatakan pada saat ceramah, beberapa hal yang saya katakan yang dia belum dengar dalam cara itu, dan dia mengatakan sungguh baik bahwa cara saya memiliki suatu dampak pada gereja, untuk menyelesaikannya di sana, mencoba memulai proyek percobaan, cara sama yang dia lakukan di dalam konteksnya. Dan begitulah kenapa kami sangat terhubungkan.
Supreme Master TV: Dr. Hagencord ingin menunjukkan hubungan manusia dengan hewan, dan dengan melakukan itu dia ingin mengatasi antroposentrisme, yang dia temukan tidak dapat dipertahankan secara alkitabiah. Manusia, seperti hewan, adalah bagian dari ciptaan dan punya tempat yang dialokasikan oleh Pencipta. Ini membebankan tanggung jawab pada mereka bagi sesama makhluk hidup.
Dr. Rainer Hagencord: Untuk penulis kitab suci, pembagian manusia sebagai yang berjiwa dan hewan sebagai tanpa jiwa benar-benar tidak lazim. Ada sebuah pesan kuat yang juga telah didengar yang juga telah didengar dalam beberapa abad terakhir, karena selalu dikatakan hewan tidak akan memiliki jiwa, hanya manusia yang memiliki jiwa dan itulah sebabnya hewan adalah mesin tanpa jiwa. Alkitab mengatakan sangat jelas bahwa manusia dan hewan adalah jiwa-jiwa hidup. Itu berarti hewan seperti setiap makhluk hidup dan, seperti manusia, makhluk dari tangan Tuhan, dan jiwa adalah apa yang menyatukan kita semua. Bahasa itu masih membuatnya jelas, paling tidak Latin lama, karena” animal (hewan)”- hewan, dan “anima”- jiwa, berkaitan, berarti hewan mengingatkan saya, manusia, akan jiwa saya, akan batin saya, akan diri saya yang diciptakan. Kadang kala yang kita katakan mengenai hewan dalam negara-negara industri bahkan diamankan oleh filosofi, teologi. “Hewan tidak akan memiliki jiwa” – ini adalah penghinaan pada kitab suci, pada pernyataan Yahudi-Kristen mengenai manusia dan hewan.
Biologi perilaku modern mencengangkan orang dengan pandangan menakjubkan mengenai sahabat hewan kita. Katakan paling tidak, mereka memiliki ide tentang habitat mereka, memakai alat, dan sadar akan diri mereka sendiri. Tetapi selain dari itu, kita juga menemukan dalam mereka pola perilaku seperti, sebagai contoh, altruisme dan kasih sayang.
Supreme Master TV: Dalam buku Anda, “Di Sisi Eden Ini”, sebuah contoh disebutkan mengenai altruisme di antara hewan. Anda berbicara mengenai Burung Pelanduk Arab. Bisakah Anda beritahu kami sesuatu mengenai burung luar biasa ini?
Dr. Rainer Hagencord: Ya, fenomena altruisme adalah satu satu yang paling menarik dalam biologi, dalam biologi perilaku. Burung Pelanduk Arab itu, boleh dikatakan, diciptakan menjadi penjaga. Orang tahu mengenainya juga dari hewan lain yang hidup secara sosial, sebagai contoh, angsa. Jika Anda melihat sekumpulan greylag di padang rumput, Anda akan memperhatikan bahwa satu atau dua melihat-lihat, jadi menjadi penjaga, bukan penemuan kita, tetapi juga eksis di kerajaan hewan, Burung Pelanduk Arab juga memilikinya. Tetapi, orang seharusnya mengingat bahwa hewan-hewan itu tentu saja terekspos pada bahaya, karena penjaga ini akan ditangkap paling sering. Altruisme. Burung Pelanduk Arab ini melakukan ini secara sadar, memiliki sikap batin, “Kini saya berdiri di sini sebagai penjaga dan untuk rekan spesies saya, saya menjaga.” Dan kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan Burung Pelanduk Arab itu. Tetapi, apa menjadi jelas adalah di dalam hewan yang hidup dalam komunitas sosial, ada pembagian tugas seperti itu dan juga ada individualitas. Setiap hewan memiliki sebuah peran unik, punya suatu peran dalam sistem sosial dan ia pelajari peranan ini.
Supreme Master TV: Bolehkah saya menambahkan kutipan dari buku Anda, berikutnya: “Tentu saja, di mana anak-anak dan hewan memenuhi pertemuan itu memiliki karakter lain, yang di luar dari kategori intelektual dan menerangkan fungsinya sebagai model peranan yang anak-anak miliki dalam khotbah Yesus; dan dalam arti bahwa mereka menjadi sebuah prototipe dari mereka yang kembali.” Apa yang kita bisa pelajari dari anak-anak ini?
Dr. Rainer Hagencord: Anak-anak dan hewan memiliki sesuatu yang kita orang dewasa sudah hilang. Saya akan merujuk lagi pada gambar “Di Sisi Eden Ini”, kehidupan ini di taman Eden. Dan saya akan mengutip seseorang - orang tidak akan memikirkan di sini – Friedrich Nietzsche. Friedrich Nietzsche mengatakan dalam satu teks, melihat serombongan sapi, bahwa” hewan hidup tanpa sejarah. Lihatlah sekumpulan ini, merumput dan beristirahat, tidak bertanya hari esok atau kemarin, sapi ini diikat pada situasi saat ini”, Nietzsche berkata. Jika saya tanyakan diri saya, “Bagaimana kerohanian saya? Bagaimana saya ingin hidup?” Maka, saya sadari saya ingin hidup sebagai orang dewasa, saya ingin mengambil tanggung jawab, saya ingin merencanakan untuk hari esok, dan lain-lain. Tetapi, saya masih selalu menginginkan tempat, saat, dimana saya tidak harus melakukan ini, tetapi memiliki kepercayaan. Dan dengan itu, anak-anak dan hewan membantu saya. Setiap pagi saya pergi berjalan-jalan melewati desa ini dan saya gembira, jika seekor sapi muncul, atau seekor kuda seperti di sana atau jika saya menemukan hanya satu burung hitam. Saya masih ingat mendengar burung chaffinch pertama tahun ini dan robin, bagaimana jiwa saya gembira, hewan-hewan kembali. Dan mereka memiliki itu yang saya harus perjuangkan lagi dan lagi, kepercayaan ini, wujud ini ada pada saat ini, wujud sederhana di sini. Saya ingin belajar lebih banyak dan banyak lagi dan itulah sebabnya anak-anak dan hewan adalah model peranan bagi saya. Dan saya semakin mengerti apa yang Yesus ingin katakan dalam khotbahnya, menempatkan anak di pusat berkata: “Jika kamu tidak bisa menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak bisa masuk Kerajaan Surga.” Dan pada waktu yang sama Yesus menunjuk kepada burung-burung di langit dan bunga lili di padang mengatakan:”Belajarlah dari burung-burung di langit!” Tentang itulah sesungguhnya.
Buku Rev. Dr. Rainer Hagencord Di Sisi Eden Ini tersedia di
www.Amazon.deUntuk informasi lebih banyak mengenai Lembaga Zoologi Teologis, silakan kunjungi
www.Theologische-Zoologie.de