Pembawa Acara: Pemirsa yang budiman, salam jumpa di Perjalanan Melalui Alam Estetis
di Supreme Master Television. Hari ini, kita akan berkunjung ke negara Afrika,
Malawi, yang indah dan melihat sekilas kehidupan desa tradisionalnya.
Republik Malawi terletak di bagian tenggara Afrika,
berbatasan dengan Zambia, Tanzania, dan Mozambik. Danau Malawi yang terkenal
di sepanjang utara ke selatan melalui dua pertiga dari
negara ini. Taman Nasional Danau Malawi dan Wilayah Seni Batu Chongoni tercatat
sebagai Situs Warisan Dunia Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan PBB (UNESCO). Malawi juga terkenal atas tarian, pahatan kayu, dan
lukisan cat minyak aslinya. Selama berabad-abad, penduduk di pedesaan Malawi
hidup selaras dengan alam. Dalam upaya mengembalikan tradisi berkelanjutan ini,
sebuah pusat kebudayaan telah didirikan di Lilongwe. Mari kita temui tuan rumah
setempat kami, Bapak Shombi Banda, yang mengenalkan kami kehidupan sehari-hari
suku tradisional Malawi.
Bpk Shombi Banda:
Hai, saya Shombi Banda dari Malawi, pemimpin desa di sini. Apabila Anda melihat
di sini, Anda bisa melihat bahwa ada hutan besar di sini, dan desa ini telah
dirancang dengan cara yang berbeda. Inilah sebabnya Malawi terlihat seperti
seratus tahun yang lalu. Dan apa yang kami coba untuk mengingatkan kembali
rakyat Malawi, bahwa di zaman itu, semua orang, mereka hidup secara sederhana,
tetapi itu kehidupan yang menyenangkan. Mereka menjalani kehidupan bahagia dan
menyenangkan; itu alami.
Bpk Shombi Banda: Kami mencoba menjaga budaya kami pada
tempatnya. Karena itu, kami coba meletakkan semua pada tempatnya, sehingga
anak-anak kami bisa datang ke sini dan melihat seperti apa di sini. Di sini
menyenangkan.
Pembawa Acara: Berakar kuat dalam adat istiadat Malawi adalah rasa
hormat mereka terhadap alam. Apakah sebatang kayu, atau
segenggam tanah, segalanya sangat dihargai dan sedikit mungkin
mengganggunya.
Bpk Shombi Banda: Alasan utama kami di sini adalah melestarikan sumber daya alam. Salah
satunya adalah pohon.
Bpk Shombi Banda: Para ilmuwan mengatakan bahwa bila Anda ingin mendapatkan hujan yang baik, harus punya banyak pohon. Jadi, apabila Anda
melihat sekeliling di sini, kami tidak memotong pohon di sini. Kami membangun
rumah dimana ada ruang untuk membangunnya. Kami hanya potong pendek daunnya,
membiarkan pohonnya tetap hidup, jadi cuaca di sini, Anda bisa membedakan dari
kota, di sini sejuk, hanya karena kami memiliki beberapa sumber daya alam di
sekitar kami di sini.
Bpk Shombi Banda: Jika Anda lihat, rumah kami dibangun dengan pohon. Semuanya dari
pohon mati; kami tidak memotong pohon hidup. Kami memakai rumput untuk membuat
atap. Dan bahkan dinding dibuat dari alang-alang. Apabila Anda masuk ke dalam,
rasanya sejuk dan nyaman. Inilah keadaan Malawi ratusan tahun lalu.
Bpk Shombi Banda: Jadi, dari sini Anda bisa lihat bahkan lemarinya dibuat dari
alang-alang. Bahkan dindingnya dibuat dari alang-alang dan bambu. Lantainya,
tidak ada semen; lantainya terbuat dari lumpur yang berasal dari sungai. Jadi,
kaum Malawi bisa membangun rumah bagus dari sumber daya yang mereka miliki di
dekat rumah mereka.
Bpk Shombi Banda: Tempat yang disapu lebih kecil daripada tempat dimana kami membuang
daun. Ini seperti kami mencoba membiarkan alam membantu diri sendiri. Sewaktu
daun-daun itu jatuh, mereka membuat pupuk bagi pohon-pohon ini.
Pembawa Acara: Orang
suci tercerahkan yang agung, Guru Lao Tzu, pernah berkata, ”Puaslah dengan apa
yang engkau miliki, berbahagia dengan segala sesuatu yang berjalan apa adanya.
Sewaktu engkau menyadari tidak ada sesuatu pun yang kurang, seluruh dunia adalah
milikmu.” Tentu saja, kehidupan yang sederhana dan alami penuh dengan kepuasan
dan kebahagiaan.
Bpk Shombi Banda: Di
zaman itu orang-orang punya berbagai tipe rumah.
Bpk Shombi Banda: Rumah itu dibuat dari alang-alang, dan yang ini dibuat dari lumpur.
Batu bata ini terbuat dari lumpur. Sederhana saja, kami mengambil tanah,
menaruhnya ke dalam cetakan, mengeluarkan batu bata, dan kami membangun ini.
Kami tidak pergi ke mana-mana untuk membeli ini kami membuatnya dari sini. Dan
kami tidak merusak apa pun, kami membuatnya dari sumber daya alam. Anda bisa
lihat bahwa rumah itu ada empat sudut, yang ini bulat.
Bpk Shombi Banda: Di
zaman itu, orang-orang di desa, khususnya yang lanjut usia, seperti nenek,
kakek, mereka biasa tidur di rumah bulat seperti yang ini. Dan selalu ada api di
tengahnya. Para orang tua, mereka biasa mengobrol dengan anak-anak di malam
hari, jadi mereka duduk di sekeliling dinding, menaruh api di tengah,
menceritakan kisah bagus, dongeng, berbagi ide, melakukan ini dan itu. Itulah
alasan mereka punya rumah yang bulat.
Bpk Shombi Banda: Mari lestarikan budaya kita, mari lestarikan sumber daya kita
sehingga di masa depan mereka bisa hidup baik sebagaimana orangtua kita lakukan
dahulu.
Bpk Shombi Banda: Jadi, di dalam tradisi lokal desa kami, Anda bisa menemukan puisi,
keramik, bangunan, dan tenunan. Segalanya ada di sana; itulah sebabnya ada
barter. Penukaran barang dengan barang. Saya akan mengajak Anda
berkeliling.
Bpk Shombi Banda: Di
zaman itu, hampir setiap malam ada permainan tambur, bertepuk tangan,
menyanyikan lagu-lagu indah, menarikan tarian-tarian indah. Jadi, Anda bisa
melihat kami memisahkan akomodasi dan wilayah industri. Sebagian besar waktu,
banyak keceriaan di sini. Jadi, kami memisahkan
akomodasi dan wilayah industri untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk tidur lelap di sana, bukan untuk mendengar suara bising.
Bpk Shombi Banda: Ini adalah toko galeri kami. Seperti saya katakan tadi, sebuah desa
di zaman itu, penduduknya hidup bersama, jadi mereka tidak memerlukan seseorang
yang melakukan sesuatu untuk mereka. Di antara mereka ada pelukis, pembuat
barang tembikar, pemahat. Jadi, kami mencoba meneruskan kebiasaan itu, bahwa
mereka tidak perlu berpergian jarak jauh untuk mencari sesuatu. Mereka selalu
menemukan sesuatu di sekitar mereka.
Jadi, ini adalah galeri kami. Gambar ini dibuat
oleh seniman yang berbeda. Pada setiap hari minggu, anak-anak kecil diberikan
pelajaran untuk belajar bagaimana melukis gambar ini, jadi kami bisa melanjutkan
apa yang dilakukan orangtua kami, berkreasi.
Bpk Shombi Banda: Ini adalah toko tenun. Dan di sini kami juga melakukan hal yang sama,
setiap hari minggu, kami memberikan anak-anak pelajaran cara membuat meja,
keranjang, cara menenun gajah, mengerjakan ini dan itu.
Bpk Shombi Banda: Ini adalah toko ukiran kami. Kami membawa berbagai seniman dari
wilayah berbeda untuk melakukan pekerjaan mereka di sini, sehingga anak-anak
kami bisa melihat mereka. Bapak Gomez, pemilik toko ini, bisa menjelaskan lebih
jauh mengenai toko ini.
Bpk Gomez: Tentu
saja, kami mengukir kayu di sini. Ukiran adalah sesuatu yang dimulai sejak dulu
di Malawi, dan adalah karir yang diwariskan; tidak ada sekolah resmi untuk mengukir, tetapi anak-anak, orang-orang belajar satu sama lain
mengerjakan karya seni ini. Seni adalah bagian dari budaya Malawi untuk
menunjukkan apa yang dilakukan rakyat Malawi dan Afrika. Mereka mengungkapkan
apa yang mereka lihat dan ketahui, dan apa yang terjadi di luar sana melalui
seni seperti ukiran kayu. Itulah sebabnya Anda mungkin saja melihat beberapa
ukiran wanita mengetuk, memukul drum; jadi kami benar-benar mengukir apa yang
kami lihat di sini.
Bpk Shombi Banda: Itu toko tembikar kami. Ini mesin untuk membuat panci; Anda bisa
melihat ada panci di atas sana, yang mereka baru saja buat. Jadi, setelah
membuat panci seperti ini, mereka biarkan kering selama 7 hari. Setelah kering,
ada satu oven besar, dimana mereka memasukkan semua panci, menutup pintu, dan
menaruh api untuk membakarnya, untuk membuatnya keras. Mereka membuat monyet,
orang, panci kecil, panci besar, berbagai ukuran dan desain. Beberapa dari panci
ini, seperti panci ini, Anda bisa melihatnya di sini, mereka bekerja seperti
lemari es. Anda bisa menyimpan air di sini, airnya akan dingin bahkan selama
bulan Oktober. Oktober di sini sangat panas. Tetapi
mereka tetap dingin di dalam sini.
Bpk Shombi Banda: Jadi, Anda bisa lihat, mereka membuat segala sesuatu dari tanah liat,
bahkan piring-piring. Di zaman itu, orang-orang kami yang tua, mereka tidak
pergi ke toko untuk membeli piring. Mereka membuat semuanya, dari sini, dari
sumber daya setempat mereka, seperti ini.
Pembawa Acara: Seni
dan barang-barang kerajinan Malawi mencerminkan warisan kebudayaan yang harmonis
yang membuat rakyatnya yang berhati murni merasa bangga. Bagi Bapak Banda,
Malawi adalah hadiah dari Surga, dan rakyat Malawi bekerja giat melestarikannya
untuk generasi masa depan mereka.
Bpk Shombi Banda: Tradisi Malawi sangat kaya.
Bpk Shombi Banda: Malawi sangat indah dan kaya dalam hal budaya, lingkungan, pohon,
danau, pegunungan, dan bahkan, Anda bisa melihat langit, biru di sini, itu
berarti kami diberkati. Saya memberitahu Anda bahwa kami
diberkati.
Bpk Shombi Banda: Di
Malawi, kami percaya dalam mendiskusikan hal-hal dan jika ada sesuatu yang
salah, kami selalu duduk dan mendiskusikan hal itu.
Rakyat Malawi cinta damai dan kami tak pernah melihat rakyat Malawi
berkelahi.
Bpk Shombi Banda: Masa depan Malawi sangat cerah. Kini kami melestarikan hutan ini.
Kini kami tahu pentingnya pohon, pentingnya mempraktikkan metode pertanian yang
baik. Banyak hal berubah, itu berarti Malawi memiliki masa depan yang cemerlang.
Malawi menyenangkan.
Bpk Shombi Banda: Malawi adalah sebuah negara kecil, dengan hanya 13 juta orang, tetapi
indah, permai, dan pencinta perdamaian. Anda bisa menghirup udara alami. Dan
saya menyerukan kepada Anda, semua orang dari luar Malawi, untuk datang dan
mengunjungi kami, dan kami akan memberikan Anda kasih. Kami adalah pencinta
perdamaian. Ya. Kunjungilah kami. Kami menunggu Anda. Terima kasih.