Mengapa kita mencintai beberapa tipe
hewan dan memperlakukan mereka sebagai anggota keluarga, tapi di sisi
lain secara sengaja kita mengonsumsi daging dari hewan lainnya?
Dr. Melanie Joy adalah
ahli psikologi sosial, profesor di universitas dan vegan yang telah
menghabiskan hampir 1 dekade untuk mempelajari psikologi di balik sistem
kepercayaan yang dia sebut “karnisme” dimana kita dikondisikan untuk
memakan beberapa hewan tetapi bukan yang lainnya.
Dr. Joy memegang Gelar Master dari
Sekolah Pendidikan Sarjana Harvard, AS dan seorang Doktor dalam
Psikologi dari Sekolah Sarjana Saybrook, AS, dan sekarang adalah
profesor di Universitas Massachusetts, Boston, AS.
Dia telah menulis dalam hal psikologi,
pembelaan hewan, dan keadilan sosial, juga merupakan ahli terkemuka dari
ideologi di balik produksi dan konsumsi daging. Dalam buku terakhirnya,
“Mengapa Kita Mencintai Anjing, Memakan Babi, dan Memakai Sapi .Sebuah
Pengantar pada Karnisme,” Dr. Joy memeriksa hubungan mental dan
emosional yang tidak konsekuen, tidak logis antara manusia dengan para
satwa.
Tamu 1: Ini lezat, Bob. Terima kasih. Saya belum pernah
merasakan makanan selezat ini.
Tamu 2: Beritahu kami, bagaimana cara Anda membuatnya?
Bob: Pasti, pertama-tama, Anda mulai dengan tiga pon
daging anjing Golden Retriever, direndam bumbu dengan baik lalu Anda ambil....
Tamu 1: Apa? Anjing Golden Retriever?
Bob: Oh, saya lupa. Kalian orang Amerika sangat
mencintai anjing! Anda seperti sedang melihat hantu. Saya hanya
bercanda. Itu bukan apa-apa, itu hanya daging sapi tua. Ayolah, Anda tidak
mau memakannya lagi?
Tamu 1: Saya agak sulit menghilangkan gambaran itu dari
pikiran saya bahwa ada Golden Retriever, seekor anjing, seekor hewan di
piring saya. Itu memuakkan. Itu tidaklah normal.
PEMBAWA ACARA: Sebagai seorang pemudi, Dr. Joy memiliki pemahaman
mendalam tentang akibat dari pilihan makanannya.
Dr. Joy: Saya dilahirkan dalam keluarga yang makan daging.
Dan sebagian besar hidup saya, saya makan daging. Dan ketika saya
berusia 23 tahun, saya dibeberkan pada informasi tentang bagaimana
hewan-hewan berubah menjadi daging. Dan saya tahu bahwa saya pernah dibeberkan
pada informasi itu sebelumnya, tetapi karena alasan apa pun, belum
sepenuhnya mengena, belum sepenuhnya masuk. Dan saya putuskan berhenti
makan daging karena itu. Setelah itu saya terpesona dengan bagaimana kesadaran
saya berubah sama sekali, dimana sesuatu yang pernah mengundang
selera dan lezat bagi saya, kini menjadi sesuatu yang menjijikkan.
Saya menjadi vegetarian kira-kira 20 tahun lalu,
dan vegan sekitar 10 tahun lalu. Dan saya membuat pilihan berhenti makan
daging hewan-hewan karena soal etis. Saya tidak ingin menyumbang pada
penderitaan hewan. Ini telah menjadi pilihan sehat bukan hanya pada
hewan-hewan dan planet, tetapi juga untuk tubuh saya. Saya dapat katakan
bahwa hari ini di usia 43 saya merasa lebih sehat dari saya yang dulu, 20
tahun lalu di usia 23 tahun.
PEMBAWA ACARA: Heran dengan perubahan dalam kesadarannya, Melanie
Joy melakukan penelitian yang luas tentang makan daging dan vegetarisme
selama beberapa tahun.
Dr. Joy: Saya memutuskan bahwa saya ingin belajar tentang
fenomena, psikologi makan daging, apa yang telah terjadi pada saya, dan
mengapa seperti itu, ini memakan waktu begitu lama agar transformasi ini
terjadi pada saya ketika saya telah dibeberkan pada informasi tentang
kekejaman hewan sebelumnya, sehingga saya mendaftar dalam program doktor
untuk belajar psikologi sosial dan mewawancarai orang.
Saya wawancarai pemakan daging, tukang daging, dan
tukang jagal. Saya juga mewawancarai para vegan dan vegetarian.
Saya ingin memahami hubungan mereka dengan makan daging, bagaimana itu
mungkin bagi orang-orang yang penuh kasih untuk berpartisipasi dalam
praktik-praktik yang tidak manusiawi bahkan tanpa menyadari apa yang
mereka lakukan.
Apa yang saya temukan adalah ada sekumpulan
mekanisme psikologi dan sosial yang mencegah kita dari hubungan dengan
kebenaran atas pengalaman kita ketika kita makan daging. Mekanisme
pertahanan ini diatur pada dasarnya untuk merintangi empati kita,
merintangi pengetahuan kita atau kesadaran kita dan untuk merintangi
perasaan-perasaan kita ketika kita makan daging.
Ini tidak terjadi dalam suatu kekosongan. Ini bukan
hanya suatu fenomena yang sifatnya individual. Ini terjadi karena kita
hidup dalam sistem sosial yang berpengaruh, tersebar luas, sistem
keyakinan atau ideologi yang berurat berakar yang disosialisasikan pada
kita untuk melihat dunia dalam cara tertentu. Itu membentuk sikap kita
terhadap hewan-hewan dan daging yang kita makan. Dan saya sebut ideologi
ini “karnisme”.
Dr. Joy: Beberapa pertahanan yang dilakukan orang, termasuk,
sebagai contoh, penghindaran, “Jangan katakan itu padaku, Anda akan
merusak selera makanku." Atau, penolakan, ”Hewan tidak begitu menderita
ketika mereka dipelihara dan dibunuh untuk produksi daging”. Atau yang
saya hubungkan dalam buku saya sebagai “Tiga N” pembenaran, menemukan
alasan yang cukup baik untuk terlibat dalam suatu perilaku sehingga
tidak merasa bersalah melakukannya.
Sebenarnya Tiga N telah dipakai
untuk membenarkan oleh semua ideologi kekejaman dalam sejarah umat
manusia. Dalam kasus karnisme “Makan daging adalah normal,
alamiah (natural), dan perlu (necessary).”
Dr. Joy: Karnisme adalah mengapa kita tidak
membayangkan hewan tersebut ketika kita duduk, sebagai contoh, pada
sepiring daging sapi, ayam, atau babi. Itu juga mengapa kita tidak tahan
untuk membayangkan hewan ketika, sebagai contoh, kita disajikan dengan
Golden Retriever, angsa, atau marmut.
PEMBAWA ACARA: Melalui penelitiannya, Dr. Joy telah sampai
pada pemahaman mengapa manusia yang normal, welas asih, peduli,
dapat berpartisipasi dalam praktik makan daging yang tidak
berperikemanusiaan.
Dr. Joy: Karnisme pada dasarnya lawan dari veganisme. Kami
khususnya hanya menamai ideologi-ideologi tersebut yang jatuh di luar
norma. Vegetarisme pada awalnya dinamai pola makan Pythagoras, dari nama
ahli matematika dan ahli filsafat Pythagoras. Tetapi kami belum menamai
karnisme sampai sekarang.
PEMBAWA ACARA: Menurut Dr. Joy, ada perbedaan yang jelas
antara karnivora dan karnis.
Dr. Joy: Beberapa pemakan daging menyebut diri mereka
sebagai “karnivora.”
Karnivora adalah hewan, manusia atau bukan manusia,
yang perlu makan daging untuk bertahan hidup. Saya pikir ini benar-benar
penting untuk memahami bahwa makan daging bukanlah kebutuhan, itu adalah
suatu pilihan. Dan pilihan-pilihan selalu berasal dari kepercayaan.
Jadi, karnisme mencerminkan sistem keyakinan, ideologi.
PEMBAWA ACARA: Mengapa banyak orang yang tetap tidak sadar atas sistem
keyakinan tak masuk akal ini?
Dr. Joy: Satu dari cara utama bahwa sistim
seperti karnisme terus bertahan adalah karena ada praktik yang
tidak terlihat. Jadi korban-korban karnisme tidak terlihat; hewan-hewan
yang kita makan tersembunyi dari pandangan dan di luar pikiran. Dan
sistem itu sendiri tidak terlihat. Dan ia tetap tidak terlihat dengan
tidak dinamai.
Jika kita tidak menamainya, kita tidak dapat
membicarakannya, jika kita tidak membicarakannya, kita tidak dapat
menantangnya. Jadi “Kenapa Kita Mencintai Anjing” bukan hanya sebuah buku
tentang mengapa kita seharusnya tidak makan daging, tetapi tentang
mengapa kita makan daging. Apakah itu yang terjadi secara sosial dan
secara psikologi yang memungkinkan orang-orang yang rasional
berpartisipasi dalam kelakuan yang tidak logis atau orang-orang yang
penyayang untuk mendukung praktik-praktik kejam bahkan tanpa menyadari
apa yang mereka lakukan.
Dr. Joy: Tujuan buku saya adalah untuk membuat yang tidak
nampak jadi nampak, itu untuk melepaskan topeng dari sistem ini. Sistem
tersebut perlu tetap tersembunyi untuk meyakinkan dukungan terus menerus
dari orang-orang yang sepertinya akan memilih tidak mendukungnya jika
mereka menyadari apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Dalam buku saya, saya menjelaskan mekanisme
pertahanan yang spesifik, mekanisme pertahanan psikologi dan mekanisme
pertahanan sosial yang dipakai dalam karnisme, sehingga kita dapat
menjadi sadar atas cara-cara yang telah diajarkan pada kita secara
harfiah untuk berpikir atau merasakan, lebih penting lagi diajarkan
tidak merasakan ketika sampai pada makan daging.
Supreme Master TV: Dalam buku Anda, Anda berbicara tentang otak kita
terpasang untuk empati. Dapatkah Anda berikan sebuah contoh itu pada
kami?
Dr. Joy: Para ilmuwan baru-baru ini telah menemukan
saraf-saraf cermin. Dan saraf-saraf cermin adalah saraf-saraf di dalam
otak yang diaktifkan ketika kita melihat orang lain melakukan suatu
kegiatan. Dan mereka menemukan bahwa ini adalah saraf-saraf yang sama
yang diaktifkan jika kita melakukan aktivitas tersebut oleh kita
sendiri.
Dan mereka menemukan bahwa orang-orang yang
menyaksikan serangga merayap ke kaki orang lain, mereka yang
melihat ada orang yang mengalami kesakitan, bagian-bagian dari otak mereka mungkin telah diaktifkan.
Ketika kita berempati dengan
orang lain, kita secara harfiah merasakan apa yang orang lain rasakan.
PEMBAWA ACARA: Mengapa kita tidak memiliki perasaan empati yang
sama ketika mengkonsumsi daging hewan yang sangat menderita dalam pabrik
peternakan dan kemudian dibunuh dengan kejam?
Dr. Joy: Karnisme ada untuk merintangi penyaksian belas
kasih. Untuk merintangi empati kita dengan hewan-hewan yang kita makan,
ketika kita memakan mereka. Dan jika kita, kenyataannya, dihubungkan
untuk peduli, jika empati adalah proses biologi atau proses alami
manusia, maka karnisme merintangi kita untuk berbuat yang sesuai dengan
sifat alami kita.
PEMBAWA ACARA: Berdasarkan penelitian, Dr. Joy menyadari bahwa
makan daging menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi miliaran hewan sahabat kita dan secara
berarti mengubah pandangan seseorang tentang hidup.
Dr. Joy: Salah satu alasan mengapa orang-orang tidak
sadar terhadap penderitaan hewan adalah karena itu menyakitkan.
Karena dunia Anda berubah secara dramatis, kenyataan Anda tidak pernah
sama ketika Anda mengizinkan diri sendiri sungguh-sungguh berhubungan
dengan kenyataan atas apa yang terjadi terhadap begitu banyak makhluk
hidup lainnya di dunia.
Dan sampai pada tingkat tertentu hidup menjadi
lebih sulit ketika Anda harus membawa sejumlah kesakitan tertentu dalam
kesadaran Anda. Tetapi hidup juga menjadi lebih memberi kekuatan, karena
Anda punya kesempatan membuat pilihan. Dan ada sesuatu yang sangat
memberi kekuatan tentang memilih melakukan yang terbaik untuk hidup
sesuai dengan sistem nilai Anda.
PEMBAWA ACARA: Apa yang terjadi ketika kita mulai menantang
keyakinan-keyakinan kita tentang konsumsi daging? Apa yang membantu kita
merasakan empati terhadap semua hewan? Apakah kekejaman yang dialami
seorang pegawai setiap hari dalam rumah jagal memiliki akibat psikologi
negatif pada kehidupannya?
Dr Joy: Saya selalu peduli
dengan satwa. Saat saya menjadi semakin sadar dengan betapa buruknya
dunia ini bagi begitu banyak satwa, saya menemukan bahwa satu-satunya
cara bagi saya untuk mengatasi kesedihan yang datang dari hal itu
adalah dengan mengetahui bahwa saya telah melakukan sesuatu untuk
membantu mengurangi penderitaannya.
Dr Joy: Saya memulai buku saya
dengan suatu skenario.
Bayangkan saat Anda pergi ke pesta
makan malam dan duduk, kemudian tuan rumah keluar menghidangkan daging
rebus. Pada saat Anda memakannya Anda meminta resepnya. Dan dia berkata,
“Tentu, saya dengan senang berbagi resepnya. Siapkan tiga pon daging
anjing Golden Retriever, yang diasinkan dengan baik...”
Setelah mendengar itu, sebagian besar
orang akan berhenti pada titik ini, dan mereka sedikit terkejut, mereka
merasa tidak nyaman dengan ide memakan Golden Retriever, atau anjing.
Paling tidak di dunia barat, orang-orang sangat tidak nyaman dengan hal
ini. Dan inilah salah satu contoh dari karnisme. Karnisme adalah sistem
kepercayaan yang mempertimbangkan etika untuk memakan satwa tertentu.
Dr Joy: Sungguh aneh apa yang
sebelumnya dianggap “enak” mendadak menjadi menjijikkan. Tidak ada yang
berubah. Tidak dari daging itu sendiri yang berubah. Itu adalah daging
yang sama, baunya sama, tekstur yang sama, rasa yang sama.
Apa yang berubah adalah persepsi
manusia tentang apa yang dimakannya. Jadi kita menyayangi anjing tapi
kita memakan sapi, itu sungguh tanpa alasan karena kita hidup dalam
sistem dominan di dunia ini yang mengajarkan kita bahwa anjing untuk
disayangi dan sapi untuk dimakan. Itulah suatu contoh dari karnisme.
PEMBAWA ACARA: Apakah penyebab yang
melazimkan sistem kepercayaan yang kejam dan bertentangan ini? Mengapa
orang-orang menyayangi beberapa jenis satwa tapi tanpa perasaan memakan
daging satwa yang lainnya?
Dr Joy: Jalur itu adalah jalur
norma. Inilah jalur yang kita ambil, atau pikiran, perasaan, perilaku
yang kita libatkan, terutama saat kita dituntun secara otomatis.
Jadi saat kita terlahir dalam sistem
seperti karnisme, jalur dengan sedikit pertentangan adalah makan daging,
dan tidak ada pertanyaan untuk itu. Jadi itulah mengapa lebih mudah
untuk menyesuaikan diri pada norma karnisme, mayoritas karnistik. Anda
bisa mencari produk makanan ini dengan lebih mudah. Anda tidak perlu
khawatir dikucilkan oleh teman dan keluarga. Hidup Anda, kenyataannya,
lebih mudah dalam banyak hal jika Anda memilih makan daging dibanding
dengan memilih melawan norma yakni tidak makan daging.
Tetapi jalan yang sedikit
pertentangannya juga menghalangi kita dari pemahaman bahwa: pertama, ini
bukanlah jalur pilihan kita sendiri. Dan kedua, kenyataannya ada jalur
alternatif yang bisa kita ikuti.
Dr Joy: Harapan saya adalah agar
buku saya membantu orang menyadari apa yang telah diajarkan kepada kita
untuk berpikir menurut kehendak bebas atau kebebasan memilih. Berkenaan
dengan makan daging, kenyataannya itu tidak mencerminkan suatu perilaku
yang dipilih secara bebas. Kebebasan memilih memerlukan kesadaran.
PEMBAWA ACARA: Dr. Joy percaya bahwa
karnisme merintangi evolusi manusia menuju suatu tingkat kesadaran yang
lebih tinggi.
Dr Joy: Sebagian besar disiplin
spiritual di seluruh dunia, dan di banyak mazhab, pemikiran dalam
psikologi, tujuan evolusi manusia atau perkembangan manusia adalah
penyatuan. Penyatuan berarti menjadi semakin terhubung. Menjadi semakin
terhubung dengan diri sendiri, menjadi lebih terhubung dengan yang lain,
menjadi lebih terhubung dengan perasaan sejati, dengan empati, menjadi
lebih peduli, menjadi lebih sadar.
Kesatuan memerlukan kualitas dan
perilaku yang sangat berlawanan dengan yang diperlukan oleh karnisme.
Karnisme didasarkan pada kerahasiaan, penipuan, dan paksaan, serta
kekerasan.
Penyatuan memerlukan kejujuran dan
transparansi, keaslian, empati, kasih sayang, serta tanpa kekerasan
sepenuhnya. Jadi masuk akal bahwa saat kita berkembang dengan sadar kita
akan berkembang keluar dari sistem dimana menganggap pantas untuk
memakan makhluk lain hanya karena kita suka dengan cita rasanya.
Dr Joy: Harapan saya adalah
dengan menyoroti sistem karnisme dapat membantu orang lain menyadari
mekanisme khusus yang digunakannya, orang dapat membebaskan pikiran
mereka dan mereka dapat membuat pilihan yang lebih tepat sebagai warga
dan konsumen, serta berpikir untuk diri sendiri, dan terhubung dengan
sistem nilai mereka yang lebih dalam.
Dr Joy: Saya Dr. Melanie Joy.
Saya penulis dari “Mengapa Kita Mencintai Anjing, Memakan Babi, dan
Memakai Sapi: Suatu Perkenalan pada Karnisme.”
Dr Joy: Saya mengajar di suatu
universitas umum. Saya senang melihat pelajar saya sebagai sarana untuk
meningkatkan kesadaran tentang masalah kritik sosial yang mempengaruhi
manusia termasuk makhluk non-manusia.
PEMBAWA ACARA: Sebagai guru besar
psikologi dan sosiologi, Dr. Joy menantang para siswanya untuk menyadari
dengan hati-hati asumsi dasar mereka dan pandangan tentang satwa sesama
penghuni kita.
Dr Joy: Setiap semester, saya
berusaha menggunakan satu kelas untuk meneliti perilakunya terhadap
satwa. Dan saya mengharuskan siswa saya melakukan satu latihan. Saya
menulis di papan tulis “anjing” dan “babi”. Saya meminta para siswa
menulis daftar kata yang melukiskan anjing, kemudian serangkaian kata
yang melukiskan babi. Dan secara umum daftar kata yang melukiskan anjing
lebih menyenangkan dibandingkan daftar yang melukiskan babi. Biasanya
orang-orang akan mengatakan anjing itu manis, bulunya sangat lembut,
mereka bersahabat, mereka setia, mereka penuh cinta. Dan babi itu kotor,
menjijikkan, gemuk dan bodoh.
Kemudian saya mulai menanyai mereka
dengan pertanyaan: “Mengapa kamu mengatakan ini tentang anjing dan
mengatakan ini tentang babi? Dari mana informasi ini berasal?” Dan
akhirnya apa yang kami temukan adalah informasi yang orang terima
tentang babi berasal dari media massa. Hal ini tidak datang dari
pengalaman pribadi secara langsung, dan mencerminkan perilaku
konvensional mengenai babi. Banyak dari siswa saya memiliki pengalaman
pribadi yang dekat dengan anjing jadi mereka jauh lebih sadar atas
kenyataan bahwa anjing memiliki kepribadian sendiri.
Tapi akhirnya saya bertanya ke mereka
“Apakah menurut Anda babi, seperti anjing, dapat merasakan sesuatu?” Dan
mereka berkata tentu saja bisa. “Apakah menurut Anda babi memiliki emosi?”
Ya “Apa Anda pikir babi adalah makhluk hidup dan mereka dapat merasa
senang dan sakit?” Yah, ya tentu saja mereka bisa. Lalu saya tanyai
siswa saya, “Mengapa kita makan babi?” Dan akhirnya mereka berkata,
“Baiklah, hal ini karena sudah begitu adanya.” Inilah contoh bagus
mengenai cara karnisme berfungsi.
Kita sering menghabiskan waktu lebih
banyak untuk memikirkan jenis sikat gigi apa untuk dibeli daripada
memikirkan jenis satwa apa yang kita makan dan kenapa.
Di Amerika Serikat sendiri, sebagai
konsumen, kita mendukung suatu industri yang membunuh sepuluh miliar
hewan darat setahun. Dan hal ini sangat mencengangkan bagaimana kita
membuat pilihan lagi dan lagi dan lagi, sekali lagi, kadang beberapa
kali sehari... Kita membuat pilihan ini tanpa menyadari bahwa kita
membuat pilihan ini hanya karena “Memang begitu adanya.”
PEMBAWA ACARA: Dr. Joy mengatakan bahwa
mereka yang memilih "kekejaman", "tidak manusiawi" saat memakan daging
dari makhluk lain, mereka mengembangkan kondisi yang disebut “Teori
ketidaksesuaian moral”. Beliau menjelaskan tiga cara agar kondisinya
dapat diringankan.
Dr Joy: Teori ketidaksesuaian
moral adalah ketidaknyamanan pribadi, ketidaknyamanan moral, seseorang
merasakan saat nilai mereka dan kebiasaan mereka tidak sesuai atau dalam
konflik.
Sebagian besar sistem nilai orang tidak
mendukung kekejaman yang tidak perlu terhadap satwa. Namun sebagian
besar orang itu makan daging. Jadi pertentangan ini menyebabkan
ketidaknyamanan moral internal.
Dalam rangka mengurangi atau meredakan,
meringankan ketidaksesuaian ini, kita memiliki tiga pilihan. Kita dapat
mengubah kebiasaan kita, dalam kasus ini berarti berhenti memakan satwa.
Kita dapat mengubah nilai-nilai kita,
dalam kasus ini kita harus mulai menilai kekejaman tidak beralasan
terhadap makhluk hidup lain. Dan sebagian besar orang tidak akan
melakukannya.
Atau kita bisa mengubah sudut pandang
tentang kebiasaan kita. Dan itu adalah di antara ketiga pilihan ini
dimana karnisme dibentuk.
PEMBAWA ACARA: Konsumsi daging tidak
hanya menyebabkan penderitaan tidak terungkap dan kematian tragis
miliaran satwa tak berdaya, tetapi juga menyebabkan kerusakan psikologis
hebat bagi mereka yang bekerja dalam industri daging.
Dr Joy: Buku yang berjudul
“Rumah Jagal” oleh Gail Eisnitz adalah buku yang sangat sulit dibaca
tetapi buku itu sangat berbobot. Buku itu menyelidiki sejumlah rumah
jagal yang berbeda-beda dan menulis tentang itu.
Dia juga mewawancarai orang yang
bekerja di dalam pabrik pemrosesan daging. Dan di samping karyanya, ada
orang seperti Eric Schlosser, yang telah mendokumentasikan
kondisi-kondisi orang yang bekerja dalam pabrik pengepakan daging dan
rumah-rumah jagal.
Dampak psikologis bagi orang-orang yang
bekerja dalam lingkungan yang penuh hawa kematian sepanjang hari adalah
hebat sekali. Pekerja-pekerja rumah jagal memiliki peringkat tertinggi
dalam mengembangkan kecanduan. Perilaku kekerasan terhadap satwa dan
manusia lain menjadi tidak asing lagi.
Ini merupakan sekumpulan pertanyaan
tentang jenis industri apa yang membuat orang mengembangkan perilaku
anti-sosial, perilaku kekerasan, perilaku yang membuat orang trauma,
apakah itu kekerasan terhadap manusia atau kekerasan terhadap satwa.
PEMBAWA ACARA: Sebagai penutup, Dr. Joy
memiliki pemikiran tentang bagaimana setiap orang dapat membuat dunia
ini menjadi lebih baik.
Dr Joy: Saya rasa orang perlu
mengikuti hati mereka sendiri. Hal terbaik yang bisa kita lakukan,
menurut saya, adalah menjadi lebih menyatu dengan diri sendiri, menjadi
lebih sadar, lebih mendewasakan diri kita sendiri secara emosional. Dan
seperti perkataan Gandhi “Jadilah perubahan dari dunia yang Anda
harapkan.”
Jadilah Vegan, Bertindaklah Hijau, dan
Selamatkan Bumi.