Seberapa Pintarkah Simpanse? Tanyalah pada Dr. Tetsuro Matsuzawa! (Dalam Bahasa Jepang)   
Bagian ke 1 Play with windows media ( 41 MB )
Bagian ke 2 Play with windows media ( 50 MB )


Kami menjelajahi kecerdasan simpanse dan struktur sosial mereka yang canggih bersama Dr. Tetsuro Matsuzawa, direktur Lembaga Penelitian Primata Universitas Kyoto di Kota Inuyama, Jepang. Ia telah menghabiskan lebih dari tiga dekade mempelajari simpanse liar dan membuat penemuan signifikan tentang kemampuan dan keterampilan mereka. Ia telah menerbitkan banyak buku dan makalah berdasarkan penemuannya. Dr. Matsuzawa juga dikenal sebagai perintis penelitian bidang baru yang dinamakan “sains kognitif komparatif” yang melibatkan penelitian simpanse untuk petunjuk tentang bagaimana kecerdasan dan sifat manusia berubah dari waktu ke waktu.

Dr. Tetsuro Matsuzawa, direktur Lembaga Penelitian Primata Universitas Kyoto, Jepang: Simpanse adalah makhluk yang paling akrab, dan dapat disebut tetangga evolusioner bagi manusia. Jika kita dapat memahami simpanse dengan baik, kita juga dapat memahami hewan selain dari manusia.

Supreme Master TV: Untuk pekerjaan penelitiannya yang penting tentang simpanse, Dr. Matsuzawa menerima Penghargaan Sains Memorial Pangeran Chichibu tahun 1991, Penghargaan Jane Goodall tahun 2001, dan Medali dengan Pita Ungu dari pemerintah Jepang pada tahun 2004. Mari sekarang kita mengenal lebih jauh tentang studinya pada primata ini di Afrika.

Kami dengar bahwa Anda pergi ke Afrika setiap tahun. Dan Anda juga mempelajari perilaku sosial simpanse liar. Pertama-tama, mohon jelaskan kepada kami struktur keluarga mereka dan bagaimana mereka menjalani hidup di hutan.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Simpanse hanya hidup di Afrika. Mereka tidak ada di tempat lain selain hutan khatulistiwa Afrika dan daerah padang rumput yang dikelilingi oleh hutan-hutan ini. Habitat mereka tersebar luas dari Tanzania di timur sampai Guinea atau Senegal di barat. Keluarga mereka atau kumpulan mereka kebanyakan terdiri dari puluhan simpanse atau terkadang lebih dari seratus. Jadi, mereka hidup bersama dalam kelompok. Kelompok tersebut terdiri dari beberapa simpanse jantan dan betina dewasa, dan tentu juga anak-anak mereka. Bayi simpanse jantan tinggal di antara kelompok itu seluruh hidupnya. Tapi, simpanse betina meninggalkan kelompok atau pindah ke kelompok lain atau kelompok terdekat saat mereka dewasa atau memasuki masa puber dan siap untuk melahirkan. Kita menyebutnya masyarakat paternal artinya masyarakat yang berdasarkan pada ayah.

Supreme Master TV: Simpanse termasuk dalam keluarga Hominidae, bersama dengan gorila, manusia, dan orangutan. Saat berdiri tegak, simpanse jantan biasanya berkisar antara 1 dan 1,7 meter tingginya. Yang jantan memiliki berat antara 34 dan 70 kilogram. Simpanse perempuan memiliki tubuh yang relatif lebih kecil. Ciri luar biasa dari simpanse adalah panjang lengan mereka, yang sekitar 1,5 kali tinggi mereka saat dibentang sepenuhnya. Simpanse menghabiskan hidup mereka di pohon dan tanah, dan lengan mereka, yang jauh lebih kuat daripada kaki mereka, membantu mereka berayun di cabang pohon.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Kita adalah makhluk dengan 98,8% genom yang sama. Nenek moyang kita mungkin ada sekitar 6 juta tahun lalu. Tapi, sejak sekitar 6 juta tahun lalu, manusia berevolusi menjadi manusia dan simpanse berevolusi menjadi simpanse. Jika kita perhatikan persamaan kita, kita amat, sangat mirip, tapi jika kita fokus pada perbedaan kita, ada banyak perbedaan di antara kita. Sebagai contoh, simpanse berbulu, tapi kita tidak. Cara hidup kita sama: manusia tidur di tempat tidur kayu saat malam sementara simpanse tidur di atas pohon yang sangat tinggi.

Supreme Master TV: Dr. Frans de Waal, ahli primatologi dari Pusat Penelitian Primata Regional Yerkes di Universitas Emory, AS menemukan bahwa simpanse adalah hewan sosial yang bertanggung jawab atas sikap mereka dalam berbagai cara seperti manusia. Sebagai contoh, setelah perselisihan, simpanse dapat menyatakan keinginan untuk berdamai dengan mengulurkan tangan terbuka kepada yang lain, dan jika diterima, keduanya berciuman dan berpelukan. Simpanse juga telah diperlihatkan dapat menunjukkan empati, altruisme, dan kesadaran diri serta kerja sama dalam pemecahan masalah.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Simpanse juga merasakan simpati, tapi hanya sampai batas tertentu. Mereka merasakan simpati untuk orang di depan mereka, tapi tidak memiliki simpati pada orang yang tinggal di ujung dunia lainnya. Saya kira mereka tidak terus melekat pada masa lalu, juga tidak berpikir tentang masa depan 100 tahun dari sekarang. Mereka merencanakan untuk waktu dekat. Mereka menyiapkan alat-alat di muka, atau pergi ke bawah pohon palem dengan alat-alat batu, dan membuka kelapa. Jadi, mereka berpikir tentang masa depan jarak pendek, dan mungkin masa lalu yang baru saja lewat, tetapi pada dasarnya mereka hidup di masa sekarang. Pada dasarnya mereka hidup di sini dan sekarang. Jika demikian, dapat dipahami mengapa mereka dapat mengingat angka dengan baik. Mereka amat bagus dalam menghafal secara fotografis angka-angka yang ditunjukkan kepada mereka.

Supreme Master TV: Sama seperti manusia, simpanse yang hidup di daerah berbeda mungkin mengalami kondisi dan lingkungan yang unik dan dengan begitu memperoleh pengetahuan dan keahlian yang khusus atau berbeda. Ilmuwan juga percaya bahwa perkembangan beberapa kemampuan tidak berhubungan dengan lingkungan dan merupakan perilaku yang dipelajari secara kultural. Contohnya. simpanse yang hidup di Bossou, Guinea di Afrika Barat, seperti rekan-rekan mereka yang hidup di tempat lain, menggunakan daun untuk menghilangkan rasa haus dengan menaruhnya dalam lubang pohon dan membiarkannya menyerap air di dalam. Namun, hanya simpanse Bossou yang terlihat melipat daun dalam mulut mereka untuk membuat wadah kecil lalu menaruhnya ke dalam sumber air. Perilaku lainnya yang dipandang unik pada simpanse Bossou termasuk memakan ganggang dengan menyendoki permukaan kolam menggunakan batang pakis atau tanaman lain lalu menaruh batang tersebut di mulut mereka.

Kami dengar simpanse cukup pintar memakai alat-alat seperti manusia. Bisakah Anda jelaskan alat-alat macam apa yang mereka pakai dan untuk apa dengan contoh?

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Simpanse diketahui dapat menggunakan berbagai macam alat, tapi hal terpenting adalah mereka menggunakan alat yang unik berdasarkan warisan budaya mereka sendiri yang berbeda sesuai dengan daerah masing-masing. Sebagai contoh, apa yang telah saya pelajari adalah simpanse yang tinggal di desa kecil bernama Bossou di Guinea, Afrika Barat. Mereka menggunakan batu-batu: satu sebagai dasar dan yang lain sebagai palu untuk memecahkan biji kelapa yang keras. Ini adalah kelapa. Tekanlah sedikit, maukah Anda? (Ya) Keras, bukan? Kita tidak bisa makan seperti ini. Tapi ketika retak, terbuka, biji atau kacang-kacangan seperti almond ada di dalam. Simpanse meretakkan cangkangnya dengan palu dan alas lalu makan kacangnya. Ini adalah alat yang mereka pakai: palu dan sebuah alas. Mereka mengambil batu atau alas seperti ini. Ini adalah palu batu. Mereka telah menggunakannya terus-menerus generasi demi generasi, jadi ada lekuk di permukaannya. Batu ini berat. Periksalah beratnya.

Supreme Master TV: Oh, berat, bukan? Saya melihat lekuk di permukaannya.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Mereka meretakkan cangkang dan mengambil kacang ke luar dan memakannya. Ini adalah alat paling terkenal yang digunakan simpanse di Bossou.

Supreme Master TV: Tim arkeolog yang dipimpin oleh Julio Mercader dari Universitas Calgary di Kanada menemukan palu batu digunakan oleh simpanse yang hidup 4.300 tahun lalu di daerah yang sekarang adalah bagian dari negara Pantai Gading di Afrika. Riset mereka menyimpulkan, praktik penggunaan alat-alat ini untuk meretakkan kacang bukan hasil dari meniru manusia, melainkan sesuatu yang ditemukan secara terpisah oleh primata, dan pengetahuan tersebut lalu diteruskan dari generasi ke generasi sampai saat ini.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Biji sawit ini tidak terlihat bisa dimakan. Tidak ada yang tahu kita bisa makan bagian dalamnya dan ada kacang-kacangan di dalam. Tapi, saat orangtua simpanse meretakkan cangkang itu, bayi simpanse melihatnya, dan pengetahuan bahwa “ada kacang di dalam biji ini, dan jika diretakkan menggunakan beberapa batu: sebuah palu dan alas, kacang di dalamnya dapat dimakan” dan tekniknya pun telah diteruskan kepada anak-anak dari orangtua mereka dari generasi ke generasi. Dan yang menarik adalah orangtua tidak mengajarkan, mereka hanya menunjukkan bagaimana melakukannya. Anak simpanse melihat dan belajar dengan memperhatikan. Kami menyebutnya “tanpa belajar” atau “belajar dengan melihat”. Dalam bahasa Inggris disebut “pendidikan dengan magang master”. Ini adalah cara belajar dimana seorang murid atau seorang magang melihat bagaimana ibu atau guru melakukan sesuatu untuk jangka waktu yang lama dan belajar dengan melihatnya.

Mengajar dengan aktif berarti mengajar menggunakan tangan dan mengarahkan dengan ucapan. Tidak ada mengajar aktif di antara simpanse. Jadi, saya kira dalam kasus meneruskan keterampilan tradisional untuk penerus atau untuk anak cucu, "pendidikan oleh guru" atau magang, apa yang dilakukan simpanse ini, mungkin adalah bentuk paling dasar dari meneruskan tradisi untuk anak cucu.

Supreme Master TV: Melalui penelitian ini, Dr. Matsuzawa juga menemukan bahwa simpanse liar yang hidup di Bassou telah belajar mengenal dan menonaktifkan perangkap jerat kompleks dari manusia tanpa cedera. Perilaku ini telah menjaga populasi Bassou relatif aman dari bahaya. Di komunitas simpanse lainnya yang tidak memiliki pengetahuan ini, sedihnya beberapa anggota telah terluka parah oleh perangkap itu.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Grup peneliti kami baru-baru ini melaporkan bahwa simpanse dapat membongkar perangkap yang dibuat manusia. Perangkapnya tidak dibuat untuk simpanse, tetapi untuk binatang yang lebih kecil seperti tikus. Ada perangkap jerat untuk menangkap mereka di seluruh Afrika. Sebuah kawat melingkar dililitkan pada ujung tongkat bengkok, dan saat hewan kecil menginjak tongkat, pegasnya membuat kawatnya mengikat erat-erat di sekeliling objek. Tangan atau kaki simpanse terperangkap oleh perangkap jerat seperti ini. Dan perangkap jerat dulunya dibuat dari tanaman menjalar, jadi sekalipun simpanse terperangkap, ia dapat melepaskan diri. Tapi sekarang terbuat dari kawat, sehingga tidak akan membusuk. Simpanse terus kehilangan jari tangan atau kaki karena perangkap yang mengikat erat. Kecelakaan ini telah terjadi di seluruh Afrika. Simpanse Bossou mengetahui bentuk dari perangkap jerat, dan simpanse dewasa menghancurkannya karena pengetahuan dan ketrampilan untuk melucuti perangkap telah diturunkan dari generasi ke generasi seperti dalam kasus meneruskan tradisi dan budaya. Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, tradisi budaya bervariasi menurut wilayah, dan seorang anak melihat dan meniru apa yang dilakukan orang tua. Anda dapat menganggap perilaku melucuti perangkap sebagai variasi penggunaan berbagai macam alat.

Supreme Master TV: Dalam penjelajahannya tentang kecerdasan simpanse, Dr. Matsuzawa bekerja secara ekstensif dengan dua simpanse – Ai dan anaknya, Ayumu.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Dua tugas utama diberikan kepada mereka. Tugas pertama adalah untuk belajar angka. Mereka memahami angka atau angka Arab. 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7, 8, 9. Awalnya kami ajarkan angka 1 sampai 9. Dan sekarang kami berusaha mengajarinya 1 sampai 19. Jika saya tidak salah, hari ini adalah belajar 1 sampai 13 atau seterusnya. Dan kadang-kadang angka 18 dan 19 juga tampil di layar. Tadi kita lihat bagaimana Ai dan Ayumu belajar angka 1 sampai 19 dengan cukup baik. Puncak penelitian ini adalah pemakaian angka dalam penelitian tentang daya ingat.

Supreme Master TV: Siapa yang lebih baik dalam hal mengingat angka-angka – manusia atau simpanse? Perlu beberapa saat bagi mata manusia untuk membaca angka pada layar komputer, simpanse sanggup dengan cepat mengingat angka-angka dan lokasinya dengan keakuratan lebih tinggi daripada manusia.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Penelitian kami mengungkap bahwa simpanse memiliki daya ingat lebih baik daripada manusia. Agar lebih tepat, tujuh angka muncul di layar komputer. Seperti 1, 2, 4, 5, 7, 8, 9. 3 dan 6 dilompati. Kami menunjukkan angka antara 1 sampai 9, dengan dua angka dilompati, dan membiarkan mereka menyentuh angka terkecil, misalnya angka 1. Kemudian enam angka lain berubah menjadi segi empat putih.

Hal ini cukup sulit. Perlu waktu sekitar 0,6 detik bagi Ayumu untuk menyentuh yang pertama setelah diberitahu, “Tolong beri saya jawabannya.” Itu berarti bahwa dengan segera dia mengingat angka yang muncul di layar hanya selama 0,6 detik dan di mana angka itu berada. Anda harus menyadari bahwa simpanse memiliki daya ingat yang sangat baik karena kita telah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Benar? Saya pikir penelitian ini mungkin contoh pertama di dunia yang terbukti secara ilmiah dan secara objektif memperlihatkan bahwa bayi simpanse memiliki daya ingat lebih baik daripada anak manusia.

Supreme Master TV: Selain memahami angka, Dr. Matsuzawa menemukan bahwa simpanse sanggup belajar membaca.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Pelajaran lainnya untuk Ai dan Ayumu yang kami tunjukkan adalah mereka mempelajari warna dan huruf China. Pelajaran ini untuk memilih huruf China yang menandakan warna yang dilihat di antara 10 huruf. Misalnya, jika mereka melihat merah, mereka harus memilih huruf China yang berarti merah. Demikian juga sebaliknya jika melihat huruf China yang berarti warna biru, mereka harus memilih biru di antara 10 warna yang berbeda. Ini juga sebuah pelajaran menggunakan komputer. Telah ditunjukkan bahwa simpanse bisa belajar dan mengidentifikasi warna dalam hal huruf dan membaca huruf dan memahami maknanya.

Supreme Master TV: Selama bertahun-tahun Dr. Matsuzawa telah menghabiskan banyak waktu bersama simpanse, dan telah mengembangkan ikatan mendalam dengan makhluk penuh kasih ini. Dia sanggup menyampaikan ide kepada mereka dan menjelaskan respons mereka.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Kami berkomunikasi dengan dua cara berikut ini. Saat kami memasuki ruang simpanse, kami berbicara kepadanya dengan cara manusia. Misal, saya berkata “Duduk” dan “Buka mulutmu” dengan isyarat tangan dan tanda. Saya mungkin menggunakan bahasa isyarat Jepang, atau bahasa isyarat Amerika. Selanjutnya, saya mungkin memakai bahasa tuturan. Jadi, saya gunakan metode komunikasi yang lengkap. Tapi, semuanya dilakukan dengan komunikasi cara manusia. Saya komunikasikan maksud saya dengan isyarat atau suara atau tuturan. Dan cara lain adalah ekspresi dan bahasa simpanse. Maka dari itu, saya ucapkan "Ah Ah Ah Ah Ah" untuk sampaikan kegembiraan saya. Suara mereka “Oh ho Oh ho Oh ho Oh ho” adalah berkata “Hei!” Saat ada keributan di luar di antara para simpanse, saya berteriak “Oh ho!” kepada simpanse-simpanse yang ada di luar, dan Ai menanggapi saya. Dengan berkomunikasi dengan cara mereka, saya menjadi simpanse. Kadang-kadang saya berkomunikasi dengan simpanse lewat berpikir dan bertindak seperti simpanse. Singkatnya, saya mungkin berkomunikasi dengan simpanse dengan cara seperti manusia atau mungkin saya menjadi simpanse dan berkomunikasi dengan cara seperti simpanse. Jika ingin memelihara hubungan dekat, kita terpaksa harus membangun komunikasi seperti ini dari hari ke hari. Saat bertemu simpanse setiap hari, dan terus berlanjut selama satu bulan, satu tahun, 10 tahun, dan kemudian 30 tahun, cukup alami untuk menjadi dekat dengan mereka

Supreme Master TV: Simpanse yang cerdas adalah makhluk yang sangat sosial dan penuh kasih yang menjaga keluarga dan sahabatnya dengan penuh kasih. Walaupun simpanse hidup dalam masyarakat paternal, hubungan ibu-anak sangatlah dekat dan emosi mendalam seperti perhatian dan simpati dengan jelas teramati oleh para periset.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Salah satu hal paling mengesankan yang melekat dalam pikiran saya adalah ikatan antara induk dan anak sangatlah kuat. Mengenai membesarkan anak, induk simpanse dengan sepenuh hati membesarkan anaknya sampai si anak berusia lima atau enam tahun, kemudian mulai melahirkan anak berikutnya. Karena itu, saya rasa ikatan antara orangtua dan anaknya sangatlah kuat. Induk simpanse tak pernah memarahi anaknya. Dia tidak pernah marah, tidak memukul, tidak mengabaikan anaknya, tidak kasar pada anaknya. Anaknya tidak bisa hidup terus jika diperlakukan begitu. Atas dasar keamanan atau kebebasan, si anak bisa perlahan-lahan berpisah dari induknya, dan menjadi dekat dengan teman-teman dari grup lain. Dasar yang aman untuk menjelajahi dunia luar – adalah peran dari si induk. Saya pikir bahwa itulah bagaimana si induk menunjukkan kasihnya terhadap si anak, dan bagaimana cinta tumbuh antara induk dan anaknya. Saya rasa ini benar-benar mengagumkan dan indah.

Supreme Master TV: Banyak tradisi spiritual mengajarkan bahwa yang terbaik adalah hidup pada saat sekarang dan tidak berkonsentrasi pada masa lalu atau masa depan karena bisa menciptakan kecemasan atau ketidakbahagiaan. Dari penelitiannya, Dr. Matsuzawa menemukan bahwa simpanse bisa beradaptasi pada situasi yang sangat berat dan masih menjaga sikap untuk fokus pada saat ini.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Simpanse tak pernah berubah saat sehat maupun sakit. Tentu saja mereka bisa sakit, jadi mereka mungkin terkadang menderita. Ada simpanse yang saat ini punggungnya menjadi datar. Berat badan simpanse ini telah turun, dan tak sanggup mengubah posisi, yang menyebabkan luka baring. Saya tidak sanggup menahannya bila menjadi simpanse ini pada situasi seperti itu. Tapi, dia terlihat tidak depresi. Simpanse ini nakal saat masih kecil, dan biasa meminum air lalu menyemburkannya. Perilaku nakal ini tidak berubah. Dalam hal ini, saya pikir simpanse benar-benar tidak tertekan mengenai esok hari. Terlebih lagi, mereka tidak berpikir tentang minggu depan atau bagaimana jadinya kehidupan masa depannya, mereka hanya menempatkan kepentingan pada kenyataan yang dijalani di sini dan sekarang. Saya pikir simpanse adalah makhluk yang alami. Mereka adalah siapa dirinya. Simpanse tidak pernah putus asa. Karena mereka hanya hidup di sini dan sekarang.

Supreme Master TV: Sayangnya simpanse adalah spesies yang terancam punah karena tindakan manusia yang merusak telah menyebabkan jumlahnya menurun drastis akhir-akhir ini.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Diperkirakan bahwa paling sedikit sejuta simpanse hidup di Afrika sekitar 100 tahun lalu. Jumlah satu juta dihitung dengan menggunakan statistik kepadatan habitat: berapa simpanse menempati berapa luas wilayah, dan seluas apa sisa hutannya. Seperti yang bisa dipahami, masalah mendasarnya adalah bahwa rumah mereka yaitu hutan-hutan telah menghilang hari demi hari. Karena itu, habitat mereka telah semakin menyusut, dan sekarang mereka hanya berjumlah 0,2 juta simpanse. Masalah terbesarnya adalah penyusutan hutan. Salah satu alasannya adalah manusia menebangi pohon-pohon. Kita menebang pohon untuk menghasilkan kertas. Yang lain adalah untuk membuat tanah pertanian dengan menebangi pepohonan di hutan. Saat populasi bertambah, pertanian tebang dan bakar juga meningkat. Selain itu, inilah masalah terbesar penyebab penebangan hutan. Masalah kedua adalah perburuan liar. Orang-orang yang tinggal di hutan tropis Afrika berburu hewan dengan senapan demi makanan dan simpanse adalah makanan mereka. Masalah ketiga adalah penyakit. Misalnya, penyakit seperti polio, Ebola, dan AIDS terjadi di antara manusia dan simpanse lewat rute infeksi masing-masing. Jadi, penyakit manusia bisa menginfeksi simpanse dan bisa menjadi fatal. Singkatnya, penebangan hutan, perburuan liar, dan penyakit: semua tindakan manusia membuat jumlah simpanse liar menurun.

Supreme Master TV: Untuk membantu menyelamatkan hilangnya primata ini, Dr. Matsuzawa sangat berharap agar penelitiannya mengubah hati orang-orang agar umat manusia mengenali bahwa semua makhluk adalah keluarga dan layak kita lindungi.

Dr. Tetsuro Matsuzawa: Mari hentikan pembedaan manusia dan hewan. Sudah terbukti bahwa manusia bukanlah tumbuhan, tapi adalah jenis hewan. Tidak ada jenis hewan khusus bernama manusia, tetapi kita adalah sejenis hewan. Setiap hewan menjalani kehidupan secara berbeda. Kita harus memahami bahwa semua makhluk hidup tercipta dari kode genetik yang tersusun dari empat dasar A, T, G, C: adenina, timina, guanina, dan sitosina. Hanya dalam 10 tahun sejak hal ini ditemukan. Yang mengejutkan bagi para peneliti dan ilmuwan adalah penemuan bahwa 40% gen padi adalah sama dengan gen manusia. Sebenarnya, gen kita tidak lebih banyak dibanding dengan makhluk lain. Gen kita juga tidak terlalu kompleks. Gen manusia sepenuhnya terlihat seperti gen pada makhluk lain dan simpanse dan bahkan padi. Maka dari itu, telah beberapa tahun sejak kita menjadi benar-benar memahami kenyataan pertalian dalam hidup dan dasar ilmiah. Seperti ada semacam pemahaman tentang manusia seperti “Kita semua adalah makhluk yang sama, atau manusia yang sama”, mirip seperti itu ada pemahaman bahwa “Setiap makhluk hidup saling terhubung satu sama lain”. “Untuk memahami makhluk hidup selain dari pandangan dunia yang berpusat pada manusia” mungkin merupakan pesan paling penting dari penelitian tentang simpanse ini.

Supreme Master TV: Terima kasih banyak, Profesor Tetsuro Matsuzawa, karena telah menunjukkan kepada dunia bahwa ada begitu banyak persamaan mendasar antara manusia dan simpanse. Kami berdoa agar dengan menyadari akan tingginya kecerdasan sepupu primata kita, manusia akan segera menghargai dan menjaga hidup simpanse termasuk semua makhluk lain yang luar biasa di Bumi kita. yang luar biasa di Bumi kita.

Untuk detail lebih lanjut tentang Dr. Matsuzawa, silakan kunjungi www.PRI.kyoto-u.ac.jp


Link yang Berhubungan
 
Inteligensi Hewan: Bersenang-Senang dengan Peralatan
Play with flash player Play with windows media
 
Hewan Bekecerdasan Tinggi
trackback : http://suprememastertv.tv/bbs/tb.php/featured_ina/781

 
 
Konferensi Perubahan Iklim bersama Maha Guru Ching Hai
Maha Guru Ching Hai tentang Lingkungan
Konferensi video antara Maha Guru Ching Hai dengan staf TV
Ceramah dari Pertemuan Internasional di Tahun 2008 dan 2009
Masakan Sederhana dan Bergizi Bersama Maha Guru Ching Hai
Udaratarian - Hidup Tanpa Makanan
The King & Co.
Lembar Kata Mutiara
Daftar Penghargaan Bulanan
Daftar Konstruktif
Perdamaian dan Kebebasan
Puisi Maha Guru Ching Hai
Penghargaan Kepemimpinan Cemerlang Dunia