Acara ini mendiskusikan kemungkinan breatharisme, atau hidup tanpa mengonsumsi makanan, dan bukan instruksi yang lengkap. Demi keselamatan diri Anda, mohon tidak mencoba berhenti makan tanpa tuntunan memadai dari ahli. Demi keselamatan diri Anda, mohon tidak mencoba berhenti makan tanpa tuntunan memadai dari ahli.
Supreme Master TV: Dalam berbagai kitab suci, tubuh manusia sering disebut sebagai kuil Tuhan. Namun, sungguh suatu hak istimewa yang luar biasa bagi setiap jiwa untuk mencapai kediaman suci yang dihuni sang Ilahi, karena sungguh adalah suatu berkah untuk bisa terlahir sebagai manusia. Dalam beberapa kesempatan, Maha Guru Ching Hai telah berbicara tentang kelangkaan fenomena ini:
Maha Guru Ching Hai: Untuk bereinkarnasi ke dunia manusia amat sulit. Kita harus memiliki cukup Kualitas Manusia. Kita harus memiliki afinitas dengan orangtua dan dengan masyarakat, dengan orang-orang di sekitar tempat kita dilahirkan. Amat sulit. Untuk menjadi manusia, kita memerlukan sejumlah pahala. Kita telah melakukan sesuatu yang baik di masa lampau agar bisa memilih kelahiran sebagai manusia.
Supreme Master TV: Sebagai kuil hidup Tuhan, tubuh manusia dilengkapi sepenuhnya dengan keajaiban luar biasa yang bisa dibangkitkan dalam diri mereka yang sadar secara spiritual dan memiliki keyakinan penuh kepada Pencipta segala kehidupan. Inedia, bahasa Latin untuk “puasa”, adalah kemampuan manusia untuk hidup tanpa makanan. Sejak dahulu kala, telah ada individu-individu yang dapat menopang dirinya sendiri dengan prana, atau daya hidup vital. Melalui berkah dari sang Pemurah, para inediat, mereka yang mengikuti gaya hidup tanpa makanan, bisa mengambil energi dari alam untuk memberi makan diri mereka:
Maha Guru Ching Hai: Mereka hidup dari chi yang berasal dari tanah, atau dari hutan, dan dari matahari serta dari udara. Mereka memanfaatkan semua itu. Atau mereka hidup dari kasih, dari iman semata.
Supreme Master TV: Individu-individu tersebut dikenal sebagai breatharian (pranarian atau inediat), solarian, atau waterian, dan mereka berasal dari semua golongan, dari kebudayaan berbeda, dan dari semua sudut dunia. Sesungguhnya, kemungkinan dan keajaiban dalam hidup ini sebagaimana yang telah dirancang Pencipta kita yang murah-hati adalah tanpa batas; kita hanya perlu terhubung ke dalam untuk mengenali hadiah berlimpah kita sebagai anak-anak Tuhan. Maha Guru Ching Hai dengan penuh kasih merekomendasikan rangkaian acara mingguan dalam Supreme Master Television untuk memperkenalkan individu-individu ini di masa lalu dan masa sekarang yang telah memilih untuk hidup tanpa-makanan di Bumi. Semoga kisah spiritual mereka memikat Anda; semoga hati menjadi terbuka, dan wawasan berkembang.
Supreme Master TV: Selamat berjumpa, pemirsa yang tercerahkan. Hari ini kita menelusuri kondisi² dimana dua orang pengikut Tuhan yang berbakti menerima karunia inedia. Orang-orang inediat memperoleh kemampuan luar biasa untuk berpantang dari konsumsi makanan dan konsumsi cairan. Beberapa praktisi inediat beranggapan mengatasi hasrat untuk konsumsi makanan dan cairan sebagai kemajuan alami dari pertumbuhan spiritual mereka. Banyak orang memandang inediat sebagai teladan nyata dari orang yang menerima berkah-berkah Tuhan. Menurut Gereja Katolik, Inedia adalah berpantang dari semua makanan untuk jangka waktu panjang. Di antara para suci, karunia ini biasanya dimanifestasikan sebagai kemampuan hidup berbulan² atau bertahun-tahun tanpa makanan kecuali Komuni Suci.
Supreme Master TV: Dokumentasi tentang individu² bebas makanan dimulai sejak Abad Pertengahan, dan kebanyakan tentang wanita inediat. Dalam “Perjamuan Suci dan Puasa Suci”, Caroline Walker Bynum mengutip beberapa contoh inediat yang hidup semata-mata dari Ekaristi. Sebagai contoh, pada tahun 1225, Roger dari Wendover dan Matthew Paris melaporkan: “Pada tahun yang sama di kota Leicester pertapa tertentu wafat, yang selama tujuh tahun sebelum wafat, ia tak pernah mencicipi makanan kecuali bahwa ia menerima tubuh dan darah dari Tuhan dalam komuni pada hari Minggu. Ketika uskup dari Lincoln, Hugh dari Lincoln, mendengar keajaiban ini, ia tidak mempercayainya. Sepenuhnya tidak percaya, oleh karena itu ia meminta agar wanita itu dikawal selama lima belas hari oleh para pastor dan padri hingga dipastikan ia sungguh² tidak mengonsumsi makanan untuk tubuhnya selama waktu itu. Dan kulit wajahnya selalu lebih putih daripada bunga bakung tapi dengan semburat kemerah-merahan, sebagai tanda kemurnian dan kesederhanaannya.”
Supreme Master TV: Sama halnya, penulis lain, Roger Bacon, memberi penjelasan tentang seorang wanita di Norwich “yang tidak makan selama dua tahun; dan ia gemuk serta berperawakan bagus, tidak mengeluarkan kotoran dari tubuhnya, di mana uskup membuktikan dengan penyelidikan cermat.” Kepercayaan umum adalah tubuh manusia memerlukan makanan untuk hidup, jadi bagaimana mungkin beberapa orang bisa hidup tanpa konsumsi makanan untuk memelihara kesehatan tubuhnya? Joachim M. Werdin, seorang mantan breatharian dari Polandia mencatat dalam buku elektroniknya, “Gaya Hidup tanpa Makanan”, bahwa saat seorang praktisi rohani mencapai tingkat tertentu dari kebaktian kepada Tuhan, ia tahu secara intuisi bahwa ia tidak lagi mengandalkan makanan dan cairan untuk memiliki “tubuh yang bekerja secara sempurna”. “Intuisi adalah penasihat terbaik. Jika Anda bisa mendengarnya dengan baik, Anda tak butuh nasihat². Jika Anda belum bisa, maka penilaian adalah penasihat terbaik Anda.”
Supreme Master TV: Kita sekarang menyelidiki kehidupan dua wanita yang mengikuti intuisi mereka dan menjadi bebas-makanan, tetapi bukanlah sebelum pertumbuhan spiritual mereka menjamin transisi alami menuju gaya hidup seorang inediat. Keduanya kebetulan berlatih di bawah tradisi Katolik, akan tetapi, tidak semua inediat berlatih keyakinan yang sama, juga tidak perlu berlatih agama tertentu untuk menjadi bebas-makanan. Pertama-tama, kita akan telusuri kehidupan Yang Terberkahi Helen Enselmini dari Arcella lalu kita akan telusuri kehidupan Elizabeth Yang Baik. Pada tanggal 29 Oktober 1695, Yang Terberkahi Helen Enselmini dari Arcella dibeatifikasi oleh Paus Katolik Innosensius XII karena hidup sebagai inediat, ia memberi teladan pengorbanan tanpa pamrih untuk memberi manfaat bagi komunitasnya. “Kata inedia pertama kali dipakai untuk menjelaskan gaya hidup berbasis puasa dalam tradisi Katolik, yang menganggap bahwa orang-orang suci tertentu mampu hidup dalam periode lebih panjang tanpa makanan atau minuman selain Ekaristi.”
Supreme Master TV: Yang Terberkahi Helen Enselmini lahir di Padua, Italia, pada tahun 1200. Pada usia 12 tahun, ia mengunjungi gereja Saint George pada waktu menjelang Paskah. Sang pengkhotbah, Santo Fransiskus dari Assisi, membicarakan kemiskinan mutlak dan semangat beramal dengan begitu jelas, mengilhami dia mendedikasikan hidupnya kepada Tuhan. Yang Terberkahi Helen Enselmini ingin mengikuti teladannya untuk hidup tanpa kenyamanan duniawi demi perbaikan kemanusiaan. Santo Fransiskus percaya, adalah saleh bagi manusia untuk hidup dalam kemiskinan berdasar pada satu khotbah dengan mengikuti pesan Alkitab berikut ini: “Murid-murid Yesus tidak memiliki emas atau perak, maupun uang darurat untuk perjalanan mereka, atau dua jaket atau sepatu, maupun tongkat... dan memberitakan Kerajaan Allah.”
Supreme Master TV: Gaya hidup seperti ini termasuk hidup di gubuk buatan sendiri di samping gereja dan mengenakan jubah wol kasar milik para petani termiskin. Saat ia belajar lebih banyak tentang keidealan mulia Santo Fransiskus, Helen sangat ingin mengikuti praktik pertobatan, kasih persaudaraan, dan perdamaian. Yang juga tergerak oleh khotbah Santo Fransiskus ini adalah Clara, seorang pewaris berusia 18 tahun di Assisi dan teman dari Yang Terberkahi Helen Enselmini. Clara memohon Santo Fransiskus untuk mengizinkan dia menjadi muridnya. Dengan persetujuannya, Clara, Yang Terberkahi Helen Enselmini dan teman gadis ketiga, meninggalkan rumah mereka dan memulai jalan hidup yang didedikasikan untuk Tuhan dan pelayanan tanpa pamrih bagi manusia. Sebuah prosesi biarawan membawa obor menemui tiga gadis ini dan membawa mereka ke gereja San Nicola Arcella di mana Santo Fransiskus menunggu. Santo Fransiskus memotong rambut mereka, memakaikan pakaian biarawati dan menerima mereka sebagai putri spiritualnya ke dalam kehidupan miskin, pertobatan, dan pengasingan. Yang Terberkahi Helen Enselmini menerima cadar dari Santo Fransiskus dan menjadi Suster Elena Elsimi. Santo Fransiskus memberikan sebuah tempat tinggal bagi para gadis saleh ini di sebuah kapel bersebelahan dengan Santo Damian yang telah dia bangun. Ini menjadi biara wanita pertama dan yang kedua dari Ordo Fransiskan untuk Wanita Miskin, yang mana kemudian dikenal sebagai Claris Miskin, Para Wanita Miskin atau para Suster dari Santa Clara. Seperti yang dilakukan oleh Claris Miskin, Yang Terberkahi Helen Enselmini melatih kontemplasi melalui penderitaan, doa dan meditasi. Atas permintaan Santa Clara, Paus Innosensius III memberikan perintah untuk Claris Miskin agar menjalani kehidupan yang benar-benar miskin, bagi masyarakat maupun bagi individu, berdasarkan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Santo Benediktus yang percaya bahwa benar adanya untuk hidup dalam kemiskinan dan sebagai vegetarian, makan tidak lebih dari yang diperlukan untuk kekuatan yang diperlukan demi melayani orang lain. Seperti kebanyakan biarawati Katolik, Yang Terberkahi Helen Enselmini memilih melakukan pengabdian selangkah lebih jauh dengan menolak dorongan makan dan minum. Carolyn Walker Bynum menjelaskan: "Bagi orang kudus itu sendiri, puasa, meditasi, dan pengabdian Ekaristi sering semata-mata merupakan langkah menuju Allah, bagian dari persiapan untuk kontemplasi."
Supreme Master TV: Praktisi spiritual yang sangat berkembang kadang hidup bebas-makanan demi kepentingan orang lain. Itu adalah pemenuhan batin dan perkembangan spiritual pribadi yang dicari oleh Yang Terberkahi Helen Enselmini selama hidupnya. Ia dan Claris Miskin lainnya percaya bahwa perkembangan spiritual dapat dicapai dengan mengikuti Peraturan Santo Fransiskus. Menurut Perintah Pertama dan Kedua dari Santo Fransiskus ia mengikrarkan tiga sumpah ketaatan, kemiskinan absolut, dan kesucian. Santo Fransiskus menganggap hidup miskin menjadi karakter yang paling penting bagi murid-muridnya. Yang Terberkahi Helen Enselmini juga mematuhi Perintah Ketiga tentang pertobatan, dimana ia menghormati semua keyakinan agama. Akhirnya, kehidupannya yang murni dan dedikasinya untuk membantu orang lain membuatnya berhenti makan untuk hidup sebagai seorang breatharian yang menghidupi diri dengan kasih ilahi dan pengabdian kepada Tuhan. Bagaimana mungkin bahwa puasa dalam waktu singkat mendorong tubuh untuk hidup tanpa makanan dan cairan dalam keadaan inedia? Menurut Joachim M. Werdin, tubuh bukan hanya menjadi bersih selama puasa atau keadaan bebas-makanan, tapi pikiran juga bersih. Kejelasan tubuh dan pikiran meningkatkan kesadaran para praktisi spiritual untuk beberapa alasan: ".... Racun keluar ke permukaan dan penyumbatan terbuka... pembersihan pikiran ini menjadikan orang tersebut merasakan hal-hal sebagaimana adanya. Itulah mengapa orang tersebut. dapat menyadari arti hidup sebenarnya...."
Supreme Master TV: Sebagai seorang Claris Miskin, Yang Terberkahi Helen Enselmini melatih riadat, berdoa, dan meditasi harian dengan keyakinan bahwa itu akan membawanya semakin dekat kepada Tuhan. Tidak seperti yang lainnya di biara, ia selangkah lebih maju dalam ketaatannya terhadap Tuhan dengan berhenti makan dan minum sebagai pengorbanan pribadi atas nama umat manusia. Perjalanan Yang Terberkahi Helen Enselmini untuk menjadi bebas makan adalah bertahap. Ia mulai dengan berpuasa selama berbulan-bulan pada suatu waktu, bertahan hidup atas rahmat Tuhan hanya dengan wafer tipis Komuni Suci. Ia sangat yakin bahwa pertapaannya dan pengorbanan material akan memperkecil atau mengurangi penderitaan dan kesusahan orang lain. Maha Guru Ching Hai telah sering membicarakan pentingnya mengembangkan kebijaksanaan kita dan mencapai perkembangan spiritual melalui tindakan melayani orang yang lain secara tanpa pamrih.
Maha Guru Ching Hai: Menjaga tanggung jawab moral kita, membantu sesama sebanyak yang kita bisa, mengorbankan sejumlah kekayaan kita, selera kita untuk membantu mengembangkan dunia serta membantu saudara dan saudari yang membutuhkan. Dengan cara ini, kita menyumbang usaha kita untuk membangun sebuah bangsa yang lebih baik untuk generasi masa depan.
Maha Guru Ching Hai: Kita bisa mencobanya kini, kita bisa mencobanya besok dan melihat bagaimana hal² berlangsung, melihat betapa lebih baik yang kita rasakan, bagaimana manfaatnya bagi bangsa kita dan bagi dunia. Tetapi ini harus dilakukan, prinsip² moral harus menyertai kebijaksanaan; perbuatan baik, pikiran dan perkataan harus diiringi oleh meditasi terhadap kualitas Tuhan, dengan mengetahui bagaimana menyelaraskan diri dengan gudang simpanan kualitas-Tuhan.
Supreme Master TV: Yang Terberkahi Helen Enselmini melanjutkan hidupnya berpantang dari makanan dan minuman selama hampir 20 tahun. Pada tahun 1242, pada usia awal 40-an ia meninggal dengan damai akibat sebab alami. Gereja Katolik menghargai tindakan²nya yang tanpa pamrih dengan menempatkan jenazahnya dalam peti kaca di dalam gereja San Nicola di Arcella. Seperti halnya Yang Terberkahi Helen Enselmini yang tumbuh sebagai teladan dari berkah menakjubkan yang Tuhan limpahkan bagi mereka yang mendedikasikan waktu mereka dengan pemahaman Jiwa Suci, Yang Terberkahi Elizabeth Achler, juga dikenal sebagai Betha yang Baik, menerima anugerah inedia. Keduanya terjadi untuk mengikuti perintah dari Santo Fransiskus dan keduanya mengorbankan kenyamanan mereka dengan tujuan untuk menolong yang lain. Pada tanggal 25 November 1386, seorang bayi perempuan lahir di Waldee, Wurttemberg, di kota Swabia, Jerman. Orangtuanya, John dan Anne Achler, memberi nama putri mereka, Elizabeth, yang berarti “pemuja Tuhan”. Elizabeth yang Baik tumbuh dalam sebuah rumah tangga yang miskin yang tidak mendukung keinginannya untuk mengikuti jalan agama. Meskipun ada rintangan², hatinya tetap murni dan terpusat pada Tuhan. Ia belajar di bawah bimbingan penerima pengakuan dosanya, Conrad Kugelin, pengawas Tata tertib Umum St. Augustine di Gereja Katolik Santo Petrus. Di awal masa remajanya, Elizabeth yang Baik menyempurnakan kesadaran spiritualnya. Dia menjadi anggota Fransiskan ketiga pada saat dia berusia 14 tahun. Ia meminta izin orangtuanya untuk meninggalkan rumah keluarga dan tinggal bersama wanita² lain dari Ordo ketiga St. Francis. Orangtua Elizabeth yang Baik akhirnya mengabulkan, maka seorang tersier yang saleh menerima Elizabeth tinggal di rumahnya dan Elizabeth yang Baik mencari nafkah dengan menenun kain bersama pemilik rumah dan Suster² yang lainnya. Sedikit uang yang mereka hasilkan tidaklah cukup untuk memberikan hidup yang nyaman. Selama tiga tahun, Suster² tersier menjalani kehidupan yang sederhana dalam kemiskinan tanpa makanan dan perbekalan yang memadai. Imam pengakuan dosa dan penasihat Elizabeth yang Baik, Conrad Kugelin, membuka sebuah biara untuk para tersier di Ruete, yang berlokasi di luar Waldee. Elizabeth yang Baik dan 4 rekan tersier pindah ke Reute, tempat mereka memperdalam perkembangan spiritual mereka dengan hidup dalam pengasingan. Setiap anggota biara tersebut turut berkontribusi pada pemeliharaan rumah itu, Elizabeth yang Baik bekerja di dapur. Dengan segera dia memperoleh gelar, “Sang Pertapa”. Memperluas pengabdiannya melampaui pelajaran dan latihan sehari-hari, Elizabeth yang Baik menghabiskan banyak waktu di taman berlutut di atas batu keras untuk berdoa dan berkontemplasi. Dia mengalami ekstase di mana tubuh fisiknya tetap di tempat, namun kesadaran batinnya menerima berbagai visi dari Surga dan api penyucian. Imam pengakuan dosanya di Fransiskan tersier menghormati kemurnian Elizabeth yang Baik dan menganggapnya melampaui pembebasan dosa. Pengabdiannya kepada Tuhan terungkap sendiri dalam tanda² dari stigmata, dimana tanda² Penderitaan Kristus dengan luka terbuka seperti yang diderita Yesus Kristus sewaktu di Salib tampak pada tubuh Elizabeth yang Baik. Luka-luka muncul di sekeliling kepalanya seakan-akan dia mengenakan mahkota duri. Luka-luka menyakitkan yang dialami oleh Yesus Kristus selama Hukum Cambuk terlihat di tubuhnya. Meskipun Elizabeth yang Baik menderita kesakitan dari penyaliban setiap waktu, luka² itu terbuka dan berdarah hanya pada hari Jumat dan pada masa 40 hari sebelum Paskah. Seperti halnya Yang Terberkahi Helen Enselmini yang mengalami keajaiban² dalam hidupnya sebagai akibat penderitaan²nya yang tanpa pamrih, Elizabeth yang Baik juga berpuasa dengan pengabdian seperti itu, dimana dia memperoleh anugerah inedia. Hidup tanpa makanan dan cairan melalui rahmat Tuhan dianggap sebagai karunia karena tanpa keinginan dan kebutuhan akan makanan, Elizabeth yang Baik memurnikan tubuh dan pikirannya hingga ke tingkat kesadaran yang tinggi dimana kesadaran spiritualnya berkembang. Surga memberi hadiah pada kemurnian dan kesalehan Elizabeth yang baik dengan mengungkapkan padanya kedamaian dan kegembiraan dari mereka yang diberkahi Tuhan. Dia juga meraih banyak pengetahuan melalui visi² dari penyembuhan jiwanya dalam api penyucian. Setelah beberapa waktu, Elizabeth juga memperoleh anugerah meramal – dia bisa secara akurat memprediksikan peristiwa² di masa depan dan bisa melihat menembus hati orang-orang. Elizabeth yang Baik tetap rendah hati di sepanjang hidupnya, tidak pernah bangga berkenaan dengan karunia yang diperolehnya dari Sang Ilahi. Imam pengakuan dosanya mencatat kehidupannya dan Uskup dari Constance mengakui ramalan-ramalannya. Pada tanggal 25 November 1420, Elizabeth yang Baik wafat secara alami di Reute, Jerman, dan dimakamkan di Gereja Katolik setempat. Pada tahun 1623, seorang anggota monastik dari Waldee membuka makamnya dan warga Swabia memuliakannya karena dia memiliki gaya hidup yang ajaib. Kemudian, catatan keajaiban² dari para pemuja Tuhan dilekatkan padanya. Gereja Katolik Roma mengesahkan kemampuannya dalam melakukan keajaiban² dan pada tanggal 19 Juli 1766 dia dibeatifikasikan sebagai Elizabeth yang Baik oleh Paus Clement XIII. Tanggal 25 November menandai hari Peringatannya atau hari perayaan bagi para Fransiskan. Melalui cita-cita mulia dan pengorbanannya dalam pelayanan terhadap orang lain, Yang Terberkahi Helen Enselmini dan Elizabeth yang Baik mencapai ketenangan batin yang hanya datang kepada mereka yang kehidupan dan pikiran-pikirannya dibenamkan dalam cinta mereka kepada Tuhan. Sungguh, iman mereka yang utuh dan tidak diragukan kepada Tuhan telah memberi kemampuan untuk hidup tanpa makanan, bergantung pada rahmat Tuhan sebagai satu-satunya sumber makanan mereka. Meskipun mereka tak pernah mencari kehormatan, hidup secara sederhana dengan mengorbankan semua kebutuhan² dan kenyamanan fisik sebagai ikrar untuk menanggung penderitaan dari sesama, breatharian Yang Terberkahi Helen Enselmini dan Elizabeth yang Baik diberi penghormatan oleh Gereja Katolik.
Supreme Master TV: Kami menghargai kebersamaan Anda yang bijak dalam episode acara Antara Guru dan Murid hari ini. Dengan berkah Tuhan yang tanpa batas, semoga Anda terus berada pada jalur kesadaran Anda yang lebih tinggi. Sampai jumpa lagi.