Acara ini mendiskusikan kemungkinan breatharisme, atau hidup tanpa mengonsumsi makanan, dan bukan instruksi yang lengkap. Demi keselamatan diri Anda, mohon tidak mencoba berhenti makan tanpa tuntunan memadai dari ahli. Demi keselamatan diri Anda, mohon tidak mencoba berhenti makan tanpa tuntunan memadai dari ahli.
Supreme Master TV: Dalam berbagai kitab suci, tubuh manusia sering disebut sebagai kuil Tuhan. Namun, sungguh suatu hak istimewa yang luar biasa bagi setiap jiwa untuk mencapai kediaman suci yang dihuni sang Ilahi, karena sungguh adalah suatu berkah untuk bisa terlahir sebagai manusia. Dalam beberapa kesempatan, Maha Guru Ching Hai telah berbicara tentang kelangkaan fenomena ini:
Maha Guru Ching Hai: Untuk bereinkarnasi ke dunia manusia amat sulit. Kita harus memiliki cukup Kualitas Manusia. Kita harus memiliki afinitas dengan orangtua dan dengan masyarakat, dengan orang-orang di sekitar tempat kita dilahirkan. Amat sulit. Untuk menjadi manusia, kita memerlukan sejumlah pahala. Kita telah melakukan sesuatu yang baik di masa lampau agar bisa memilih kelahiran sebagai manusia.
Supreme Master TV: Sebagai kuil hidup Tuhan, tubuh manusia dilengkapi sepenuhnya dengan keajaiban luar biasa yang bisa dibangkitkan dalam diri mereka yang sadar secara spiritual dan memiliki keyakinan penuh kepada Pencipta segala kehidupan. Inedia, bahasa Latin untuk “puasa”, adalah kemampuan manusia untuk hidup tanpa makanan. Sejak dahulu kala, telah ada individu-individu yang dapat menopang dirinya sendiri dengan prana, atau daya hidup vital. Melalui berkah dari sang Pemurah, para inediat, mereka yang mengikuti gaya hidup tanpa makanan, bisa mengambil energi dari alam untuk memberi makan diri mereka:
Maha Guru Ching Hai: Mereka hidup dari chi yang berasal dari tanah, atau dari hutan, dan dari matahari serta dari udara. Mereka memanfaatkan semua itu. Atau mereka hidup dari kasih, dari iman semata.
Supreme Master TV: Individu-individu tersebut dikenal sebagai breatharian (pranarian atau inediat), solarian, atau waterian, dan mereka berasal dari semua golongan, dari kebudayaan berbeda, dan dari semua sudut dunia. Sesungguhnya, kemungkinan dan keajaiban dalam hidup ini sebagaimana yang telah dirancang Pencipta kita yang murah-hati adalah tanpa batas; kita hanya perlu terhubung ke dalam untuk mengenali hadiah berlimpah kita sebagai anak-anak Tuhan. Maha Guru Ching Hai dengan penuh kasih merekomendasikan rangkaian acara mingguan dalam Supreme Master Television untuk memperkenalkan individu-individu ini di masa lalu dan masa sekarang yang telah memilih untuk hidup tanpa-makanan di Bumi. Semoga kisah spiritual mereka memikat Anda; semoga hati menjadi terbuka, dan wawasan berkembang.
Supreme Master TV: Selama 52 tahun Maria Furtner hidup tanpa makanan. Hanyalah air yang menjadi sumber makanannya. Bagaimana hal ini mungkin di abad 19 di Jerman? Marilah kita telusuri. Maria dilahirkan pada tahun 1821 di Weizenreit dekat Frasdorf, daerah Rosenheim, di Bavaria di Jerman Selatan, dalam sebuah keluarga pertanian yang sangat religius. Saat tumbuh dewasa, Maria kebanyakan bervegetarian karena keluarganya hanya makan daging 5 hari setahun dan pada hari² raya tertentu. Sebagai seorang anak, Maria sehat dan mengonsumsi makanan sebagaimana setiap orang lainnya, hingga tahun 1835, ketika ia dan saudara kandungnya terkena cacar. Semua anak dalam keluarganya selamat dari penyakit itu, tetapi dalam kasus Maria, penyakit itu memicu penyakit lain yang menyebabkan hidupnya berada dalam bahaya besar. Walaupun Maria sembuh setelah setiap penderitaan penyakit ini, setiap kali ia jatuh sakit, perasaan laparnya berkurang. Pertama, ia merasa muak pada makanan hangat, tetapi kemudian ia juga tidak dapat makan makanan dingin lagi. Sejak itu, Maria yang berusia 11 tahun, hidup semata-mata dari air. Orangtua Maria sangat prihatin, tetapi semua usaha untuk membuatnya makan kembali tidak berhasil. Namun, walaupun Maria telah berhenti makan, ia sungguh sehat setelah ia sembuh dari cacar. Ia dijabarkan sebagai agak kurus, tetapi selain daripada itu, ia berlari dan bermain-main dengan bahagia, dapat melakukan pekerjaan kecil seperti memetik apel, dan membantu di dapur. Elisabeth, keponakan perempuan Maria, ingat: “Ketika si peminum air (Maria) tiba² berhenti makan, anggota² keluarga kami mengunjungi dokter² yang berbeda. Tetapi, mereka juga tidak tahu mengapa itu terjadi sehingga gadis itu tidak akan makan lagi. Ia diberikan berbagai macam obat, tetapi tidak ada yang menolong. Ia hanya tidak memiliki selera makan. Akhirnya, anggota² keluarga kami berhenti untuk berusaha menyembuhkannya. Dengan berlalunya waktu, orang² terbiasa dengan hal itu bahwa gadis itu tidak makan. Mereka hanya berkata, ‘Gadis dari Weizenreit sama sekali tidak makan.” Dalam lima tahun berikutnya keluarga Maria dan teman² secara berangsur-angsur menerima kenyataan bahwa ia tidak akan makan dan berhenti membicarakannya sama sekali. Kemudian pada tahun 1841, dokter local, Dr. Carl Ramis, melaporkan tentang Maria kepada Dr. Joseph Zetl di Rosenheim yang memprakarsai sebuah penyelidikan yang megah. Pertama, ia menulis kepada pendeta dari Frasdorf, Jacob Niedereder, dan meminta laporannya tentang Maria. Pendeta itu menegaskan keadaan bebas makanan Maria dimana satu-satunya sumber makanannya yang nyata adalah air.
Supreme Master TV: Pada tahun 1843, Dr. Joseph Zetl di Rosenheim menghubungi Maria dan keluarganya, meminta Maria pergi ke Munich untuk tinggal selama lima minggu di bawah pengawasan para dokter di General Municipal Hospital. Maria dan keluarganya mengabulkan hal itu. Sebuah kereta kuda dikirim ke Frasdorf untuk membawanya ke rumah sakit di mana dia tinggal dalam sebuah ruang terisolasi dan dirawat oleh biarawati-biarawati dari ordo Suster² Pemurah. Perjalanan dari desanya ke Munich adalah perjalanan terpanjang yang pernah ditempuh Maria dalam hidupnya. Setibanya di Munich, Maria mendapat sedikit suntikan Eryspelas di wajahnya yang menyebabkan wajahnya bengkak. Dia juga menderita demam karena iklim yang dingin. Di rumah sakit, Maria berada di bawah pengawasan dokter terkenal antara lain Johann Nepomuk Ringseis dan Franz Xaver von Gietl. Pada saat itu dia berusia 23 tahun dan karena dia adalah gadis Katolik yang sederhana dan rendah hati, Maria tidak pernah memiliki kontak dekat dengan lawan jenis, maka dia tidak mengizinkan para dokter memeriksanya seperti yang mereka minta. Profesor Dr. Karl Emil von Schafhäutl, yang bertindak sebagai pencatat pemeriksaan Maria di rumah sakit, menuliskan bahwa dia telah memakai semua kefasihan, pernyataan, dan kekuatan persuasif untuk meminta Maria – yang ketakutan dan malu – untuk naik ke timbangan untuk mengukur beratnya. Dia menggambarkan penampilan Maria: Gadis itu memiliki corak kulit yang terang, figur tubuh yang ramping, sedikit di bawah tinggi rata-rata – 140 cm. Beratnya 43,68 kg. Masa berada di rumah sakit adalah masa sulit bagi Maria. Kebanyakan dia diisolasi dalam ruangannya, dan meskipun dia diberi air terbaik yang ada di Munich, dia menjabarkannya sebagai air yang berbau apak. Selama tinggal di Munich, kondisinya yang tanpa-makan menjadi terkenal secara luas. Menurut Elisabeth Furtner, selagi berada di rumah sakit, dia dikunjungi oleh tokoh-tokoh negara yang sangat terkemuka: “Ketika si peminum air itu [Maria]berada di rumah sakit di Munich untuk pemeriksaan, suatu ketika dia dikunjungi oleh Raja Ludwig I. Dia mengeluh kepada raja bahwa dia dikurung seperti itu – jendela disegel, ruangan yang tidak pernah dibuka untuk mendapat udara segar. Dia berkata bahwa dia tidak bisa menahannya; dia ingin mendapatkan udara segar lagi. Maka, sang Raja meminta izin untuknya agar dia bisa berjalan-jalan setiap hari di bawah pengawasan dari Suster² Pemurah. Rupanya, Maria dan gaya hidupnya yang bebas-makanan telah meninggalkan kesan yang mendalam pada raja Bavaria karena itu bukanlah satu-satunya saat dia mengunjunginya. Faktanya, dia bukanlah satu-satunya anggota keluarga kerajaan yang mengunjungi Maria. Kemudian, ketika si peminum air itu [Maria]berada di rumah lagi, Raja juga mengunjunginya sekali di Weizenreit. Duchess Modena bersama saudaranya, Raja Maximilian II, juga pernah mengunjunginya di Waizenreit. Pada akhir dari lima minggu, ketika masa pemeriksaan berakhir, berat Maria turun 1 kg. Para dokter yang hadir menegaskan kebenaran pernyataan bahwa Maria tidak butuh makanan untuk hidup berdasarkan fakta bahwa dia tidak makan apa pun kecuali air dan bahwa dia tidak buang hajat selama berada dalam pengamatan.
Supreme Master TV: Selama periode pengamatan, Maria juga makan hosti suci 2-3 kali seminggu. Secara intuisi, Maria tidak bisa makan hosti yang tidak disucikan, meskipun jika hosti itu diencerkan dalam air. Keponakannya, Elisabeth Furtner, mengenang: “Di Munich, para dokter suatu ketika memberinya sebuah hosti yang tidak disucikan, diencerkan dalam air. Si peminum air [Maria] tidak tahu tentang hal itu. Ia memuntahkannya dengan segera”.
Supreme Master TV: Selama 52 tahun, Maria Furtner dari Bavaria hidup bebas-makanan, sumber makanannya hanyalah air. Setelah sembuh dari serangkaian penyakit, Maria kehilangan selera makan di usia 11 tahun. Sewaktu dia berusaha makan setelah itu, dia tidak bisa menelannya. Elisabeth Soyer, istri pembuat roti dari Frasdorf, mengingat satu kejadian sewaktu Maria ingin mengonsumsi makanan demi menyenangkan orang lain: Ibu permandian Maria memberitahu ibu saya bahwa dia telah memberitahu Maria: “Aku hanya akan menjadi ibu permandianmu jika engkau makan dengan pantas pada hari pengesahanmu.” pada hari pengesahanmu.” Jadi, Maria harus makan lalu merasa sakit yang mengenaskan. Dia muntah sehingga semua makanan keluar lagi. Setelah itu, dia berada dalam kondisi yang sedemikian buruk sehingga kami mengira dia akan meninggal. Ibu permandiannya selalu berkata bahwa sepanjang hidupnya dia menyesali telah memaksa Maria makan.”
Supreme Master TV: Heran akan kemampuannya untuk hidup dengan air semata, Dr. Joseph Zetl di Rosenheim meminta izin dari Maria dan orang tua Maria untuk menempatkan dia dalam lima-minggu pengamatan di Munich. Dengan izin mereka, “peminum air berusia 23 tahun dari Frasdorf” ditempatkan di bawah pengawasan dari dokter² terkenal seperti Johann Nepomuk Ringseis dan Franz Xaver von Gietl. Selama menginap di Rumah Sakit Umum Municipal, Maria ditempatkan di sebuah ruangan terisolasi, dijaga oleh biarawati dari Suster² Pemurah. Di akhir lima minggu pengawasan, dokter-dokter yang hadir mengabsahkan pernyataan bahwa Maria tidak butuhkan makanan untuk hidup. Mereka mengamati Maria tidak makan apa pun kecuali air dan bahwa ia tidak buang hajat selama seluruh waktu dimana dia berada dalam pengawasan. Walaupun dia lebih ringan 1 kilogram setelah lima minggu di bawah pengawasan, Maria berada dalam kesehatan yang baik yang kemudian ditunjukkan oleh perjalanan 77 kilometer pulang ke rumah, yang mengambil 2-3 hari yang diselesaikan dengan berjalan kaki.
Supreme Master TV: Gaya hidup bebas-makanan Maria menjadi lebih dikenal oleh masyarakat umum. Penasihat Privat Dr. Von Walther, yang juga merupakan dokter pribadi raja Bavaria, menerbitkan temuan studi itu di buletin Akademi Sains Bavaria. Professor Dr. Karl Emil von Schafhäutl, anggota lain dari Akademi Sains Bavaria, juga menerbitkan sebuah artikel di tahun 1885 mengenai Maria: “Gadis ini hidup selama beberapa tahun dalam gaya ini, dan sebagian dari masyarakat setempat tidak tahu bahwa dia tidak makan. Bagi mereka yang mengenal Maria, integritas ini tidak pernah dicurigai, sebuah contoh dari ini bisa dilihat dalam pernyataan berikut ini oleh Dekan Joseph Lochner, pendeta di Frasdorf: “Kenyataannya Maria Furtner menjalani kebanyakan masa hidupnya hanya dengan air dan tidak mengonsumsi makanan padat amatlah menyakinkan saya.
Supreme Master TV: Maria digambarkan sebagai seseorang yang bertakwa pada agama. Dia tidak pernah menikah dan menghabiskan waktunya menghadiri gereja dan membenamkan dirinya berkontemplasi mendalam di rumah. Selain menjadi seorang pembaca yang rajin, Maria juga suka merajut dan menyulam. Sekarang ini, masih ada beberapa pekerjaan tangan yang dibuat Maria, seperti taplak meja yang terbuat dari kain linen. Maria digambarkan sebagai seseorang yang ceria dan suka berbicara kepada warga desa Frasdorf. Dia juga bersahabat dengan Bangsawan Adelgunde dari Modena, yang berusia sebaya dengannya. Sewaktu musim panas, Bangsawan itu tinggal di dekat istana Wildenwart. Karena Maria, desa sederhana Frasdorf diberkahi oleh kehadiran Bangsawan Adelgunde, Raja Ludwig I, begitu juga dengan putra² Raja Ludwig, Raja Maximilian II dan Pangeran Regent Luitpold saat mereka mengunjungi peminum air dari Frasdorf itu. Meskipun dia tidak makan, Maria tetap senang memasak untuk orang lain. Keponakannya, Andreas Furtner, bercerita kembali kenangan akan bibinya yang waterian: “Dia sering memasak… dia hanya mengamati berapa banyak garam, dll, yang orang lain gunakan lalu dia menggunakan jumlah yang tepat sama. Dalam hal ini, ia memasak dengan cukup baik. Ia tak pernah cicipi apa pun. Lalu, ketika orang² datang untuk makan, ia masuk ke kamar dan duduk selama 1 jam dalam kontemplasi.”
Supreme Master TV: Pada tahun 1933, 50 tahun setelah Maria Furtner wafat, Vicar Anton Huber muda datang ke Frasdorf untuk mewawancarai orang² yang mengenal Maria. Dia juga mendapat kesempatan mewawancarai Andreas dan Elisabeth Furtner, keponakan-keponakannya yang berusia 12 dan 11 tahun, ketika Maria meninggal dunia. Andreas Furtner mengingat bibinya: “Ia tak pernah makan apa pun, tetapi ia minum air setiap hari. Dia pergi mengambil air sendiri, biasanya dari 3 mata air – terkadang dari mata air yang satu, dan terkadang dari mata air yang lainnya… Dia biasa meminum air tiga kali sehari. Dia tidak minum terlalu banyak, kira-kira sebanyak yang diminum orang lainnya. Di musim panas saat panas, ia minum agak banyak, dan lebih sedikit di musim dingin.” Elisabeth Soyer, istri tukang roti, mengingat dengan penuh kasih akan bakat Maria sehubungan dengan air: “Dia suka berjalan ke Kirchwald untuk berziarah. Dalam perjalanan, dia mengambil air dari mata air di Grainbach dan Kirchwald, tapi ia tidak terlalu menyukai air itu… gadis itu mengetahui di mana air terbaik dapat ditemukan.” Maria Furtner meninggal pada 4 November 1884, di usia 63 tahun. Selama masa hidupnya dia tidak makan selama periode 52 tahun. Sepanjang tahun-tahun tersebut, dia hanya mengalami 3 kali sakit serius. Sewaktu kanak-kanak, dia sakit cacar, dan sebagai akibatnya dia melepaskan makanan; sewaktu berusia 20 tahun, ia menderita infeksi Eryspelas akibat cuaca dingin dalam perjalanannya ke Munich; dan ke-3 kalinya dia jatuh sakit adalah penyakit yang membawanya menemui ajal. Pada tahun 1901, 14 tahun setelah kematian Maria, tubuhnya digali ketika Johann Furtner meninggal dan dikuburkan di makam keluarga. Bpk.Johann Wollschlager dan Bpk. Kaspar Aichler merupakan tetangga terdekat keluarga Furtner yang mendapat tugas untuk menyekop kubur itu, melaporkan bahwa mereka melihat sesuatu yang luar biasa ketika mereka menggali jenazah Maria Furtner: “Dagingnya telah membusuk. Seperti halnya kubur² lain. Tetapi, tiba-tiba kami melihat sesuatu yang tidak pernah kami saksikan sebelumnya di kubur lain mana pun. Di tengkorak, rambut masih utuh sepenuhnya… Dan di atas rambut tersebut terpasang korona perawan yang telah dimasukkan ke dalam makam. Itu juga utuh sepenuhnya. Kami mengambil sekop dan dengan hati-hati mengeluarkan korona itu. kawat dijalin dengan daun²-kertas hijau yang direndam-lilin, dan di depannya, ada bunga dan kancing² putih. Korona itu segar seakan-akan baru dibeli kemarin. Jika telah diletakkan satu jam sebelumnya di makam tersebut – korona itu tidak dapat lebih cantik dan lebih segar.” Orang lain yang juga hadir melihat korona utuh itu dan berkata bahwa mereka tidak pernah melihat hal seperti itu sebelumnya. Pada nisan Maria Furtner, dituliskan bahwa dia tidak pernah mengkonsumsi makanan kecuali air selama 52 tahun dari hidupnya. Di tahun 1985, 100 tahun setelah kematian Maria, musisi Bavaria dan kolektor lagu rakyat Wastl Fanderl, penduduk asli Frasdorf, melanjutkan karya yang telah dimulai Vicar Anton Huber 50 tahun sebelumnya. Ia kumpulkan semua laporan yang ada mengenai kehidupan Maria dan mempublikasikannya dalam sebuah buku berjudul “Peminum Air dari Frasdorf”. Berkat hasil kerja dua pria ini, kenangan akan kehidupan menakjubkan dari Maria Furtner terpelihara bagi anak cucu.