Keragaman Hayati dalam Bahaya: Penyebab dan Solusi  
email to friend  Kirim halaman ini buat teman   Jika anda ingin menambahkan video ini ke dalam blog atau website pribadi anda, silahkan klik link berikut untuk mendapatkan source code-nya.  ambil source code   Cetak
Bagian ke 1 Play with flash player Play with windows media ( 43 MB )
Bagian ke 2 Play with flash player Play with windows media ( 43 MB )

Para ilmuwan ahli khawatir bahwa dunia kita berada di tengah-tengah kepunahan massalnya yang keenam dan berkata bahwa penyebabnya adalah tindakan manusia. Kami akan menelusuri tantangan-tantangan yang dihadapi keragaman hayati global termasuk bahaya ekstrim yang diciptakan oleh pemanasan global, pentingnya pelestarian spesies untuk memastikan kelangsungan hidup umat manusia dan juga alat yang paling efektif untuk pelestarian keragaman hayati dan mengurangi perubahan iklim.  

Janez Potocnik - Anggota Komisi Eropa untuk Lingkungan: Keragaman hayati, itu adalah suatu isu yang kadang-kadang terlalu banyak berada dalam bayangan. Juga dalam bayangan perubahan iklim, yang mana amat penting, namun kita perlu memahami bahwa keragaman hayati sebenarnya adalah sisi lain dari uang logam yang sama.  

Supreme Master TV: Sebuah penelitian yang diterbitkan di dalam jurnal Sains AS meneliti tingkat keragaman hayati antara tahun 1954 dan 2004 di Inggris yang diukur oleh sekitar 20.000 ahli alam yang dibiayai oleh pemerintah Inggris yang mengumpulkan data tentang kupu-kupu, burung, serta tumbuhan  dari negara itu. Ditemukan bahwa antara tahun 1974 dan 2004, 70% populasi spesies kupu-kupu yang terlihat, menurun sebagaimana 54% spesies burung dan 28% spesies tumbuhan. Di tahun 2004, Uni Internasional bagi PelestarianAlam (IUCN) yang menerbitkan Daftar Merah dari Spesies Terancam yang terkenal itu memperkirakan dalam suatu laporan yang berjudul “Penaksiran Spesies Global” bahwa tanaman dan hewan akan punah 100 hingga 1.000 kali lebih cepat daripada laju dasar atau laju alami dari kepunahan sebelum manusia menjadi penyebab utama dari kepunahan, berdasarkan catatan fosil. (1)

Pada awal bulan Oktober 2010, Simon Stuart, pimpinan dari Uni Internasional bagi Komisi Pelestarian Kelangsungan Hidup Spesies Alam menunjukkan bahwa penaksiran sebelumnya dari ahli biologi  Harvard University, AS yang  terkenal, Dr. EO Wilson bahwa dalam dua dasawarsa, laju lenyapnya spesies bisa 10.000 kali dari laju dasar tampaknya perlu diperhatikan. Dalam mengomentari ramalan Dr. Wilson, ia menyatakan, “Semua bukti menunjukkan bahwa ia benar. Sejumlah orang telah menyatakan itu bahwa hal-hal hanya bisa memburuk karena penggerak-penggerak dari kehilangan itu seperti kehilangan habitat dan perubahan iklim semua semakin memburuk”.  

Supreme Master TV: Siklus kepunahan saat ini telah dianggap sebagai “periode antropogenis” karena tak seprti lima kepunahan  massal sebelumnya, dimana salah satunya menyebabkan lenyapnya dinosaurus, hal yang sedang berlangsung ini digerakkan oleh tindakan manusia. Polusi dari kegiatan industri, perburuan, penangkapan ikan, peternakan, dan pertumbuhan populasi manusia juga adalah ancaman yang tanpa henti terhadap keragaman hayati.(2)

Penggerak tunggal yang terbesar dari kepunahan adalah peternakan hewan. Laporan PBB “Bayangan Panjang Peternakan” menyimpulkan bahwa hampir sepertiga dari permukaan Bumi telah dilahap untuk aktivitas yang berkaitan dengan pemeliharaan ternak. Mayoritas dari emisi gas-gas rumah kaca yang disebabkan oleh kegiatan manusia berasal dari industri ini, membuatnya menjadi alasan utama bagi melajunya perubahan iklim. Jumlah kotoran hewan yang luar biasa yang secara parah mencemari tanah dan air dihasilkan dari operasi pabrik peternakan. Pupuk kimia dan pestisida yang membahayakan-lingkungan digunakan dalam skala yang luar biasa besar untuk menanam makanan ternak.  

Achim Steiner–Direktur Eksekutif, UNEP: Produksi ternak khususnya produk daging, adalah suatu hal yang sangat padat dalam kaitannya dengan konsumsi sumber daya.  

Janez Potočnik: Jika kita secara serius ingin membicarakan tentang pertanyaan akan keragaman hayati, akan kualitas air, polusi nitrat, emisi CO2… kita harus meminta bantuan petani juga.  

Bpk. Pavan Sukhdev, Pemimpin penelitian – TEEB, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa: Menurut saya, kita harus mengurangi ketidakefisienan; menurut saya, kita harus makan lebih sedikit daging dalam pola makan kita dan lebih banyak sayuran, seperti halnya Dr. Pachauri, dan saya pikir, itu masuk akal bagi alam, masuk akal secara ekonomi, dan itu sebenarnya adalah solusi terhadap masalah pangan dunia.  

Saat ini sekitar 25% dari semua lahan dalam suatu bentuk atau bentuk lain digunakan untuk sapi dan untuk makanan daging. Jadi jika kita agaknya bisa memikirkan cara yang lebih efisien untuk memanfaatkan lahan yang sama, dan memakainya untuk memproduksi makanan bagi manusia secara langsung dan bukannya makanan bagi hewan-hewan, yang kemudian dimakan oleh manusia, saya pikir itu akan jadi bantuan besar yang kita lakukan pada diri kita. Maka kita harus mengurangi konsumsi daging kita juga menurut pendapat saya.  

Supreme Master TV: Umat manusia mengonsumsi sumber daya Bumi lebih cepat daripada yang bisa mereka perbaharui. Jaringan Jejak Global, suatu organisasi penelitian lingkungan yang berpangkalan di AS, menghitung bahwa 21 Agustus 2010 menandakan apa yang diistilahkan sebagai  “Hari Melampaui Batasan  Bumi” yang berarti bahwa hingga waktu itu di tahun 2010 manusia telah mengonsumsi sumber daya alam untuk 12 bulan dalam waktu kurang dari 9 bulan, menyebabkan kita kehilangan pelayanan ekosistem, atau sumber daya dan pelayanan yang dihasilkan lingkungan yang memberi manfaat terhadap manusia seperti udara yang dimurnikan oleh pepohonan atau lebah yang menyerbuki tanaman dan tumbuhan alami. Dalam istilah ekonomis, ini serupa dengan meghabiskan modal dan bukannya hidup dari pendapatan suku bunga.  

Dr. Harold Mooney – Wakil Kepala Asesmen Ekosistem Milenium: Keragaman hayati memberi kita air bersih, pengendalian iklim, pengendalian penyakit pelayanan penyerbukan. Ini adalah komponen dasar bagi kehidupan kita, kesejahteraan manusia, dan itu menurun.  

Bpk. Anthony Kleanthous, Penasehat Senior Kebikajan pada Bisnis dan Ekonomi yang Berlanjutan di WWF Inggris dan Penasehat Badan Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris:  Jika Anda lihat grafik ini di sini yang diproduksi oleh WWF (Dana Margasatwa Dunia) setiap tahun, sesuatu yang dinamakan “Laporan Planet Hidup” terdapat dua grafik utama di sana. Yang pertama menunjukkan jejak ekologis global kita. Jadi ini adalah suatu ukuran jika kita membagi segalanya yang kita konsumsi dan mengalokasikan sebidang tanah kepadanya, berapa banyak lahan atau sumber  daya lain misalnya atmosfer yang akan dibutuhkan? Dan garis bertitik kecil itu yang Anda lihat ada di sepanjang pertengahan di sana yang mewakili satu Bumi. Jadi di tahun 1961 kita mengonsumsi sekitar…  

…60% dari semua sumber daya yang bisa diperbaharui Bumi dalam satu tahun. Nah, pada pertengahan September (2010) kita telah menghabiskan semua sumber daya yang bisa disediakan planet bagi kita dalam satu tahun. Jadi, kita berada 50% di atas keberlanjutan pada tingkat perplanetan. Dan pada saat yang sama, dan tentunya berkaitan erat dengan hal itu, kita berada di tengah-tengah dari salah satu kepunahan massal besar yang pernah diketahui planet ini. Kita telah kehilangan 30% dari keragaman hayati di atas planet ini dalam hanya 40 tahun. Dan dalam garis balik itu kita membicarakan tentang 60% penurunan keragaman hayati. Hal itu tidak bisa dilanjutkan. Jika berlanjut, kita tidak akan memiliki apapun untuk dimakan & tak akan memiliki apapun untuk menggiatkan ekonomi kita  

Supreme Master TV: Untuk memahami lebih baik tantangan-tantangan yang kita hadapi, selama empat tahun terakhir sekelompok ilmuwan yang beragam yang dikumpulkan dalam Konvensi tentang Keragaman Hayati , Program dan Keragaman Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, suatu kerja sama dari lima organisasi non-pemerintah yang terkenal termasuk Komite Urusan Masalah Lingkungan, telah mengevaluasi masa depan keragaman hayati di abad ke-21.

Dalam suatu Konvensi tentang Laporan Keragaman Hayati, ilmuwan-ilmuwanmengidentifikasi 10 sistem bumi yang utama yang amat penting bagi keragaman hayati yang berada dalam risiko didorong melampaui titik puncak. Sistem-sistem yang ada dalam risiko ini termasuk tundra Arktik, Arktik itu sendiri, hutan Mediteranian, daerah Sahel-Sahara di Afrika, populasi ikan laut, danau, area pantai, terumbu karang, area hutan Miombo, plankton laut dan hutan hujan Amazon.(4) Misalnya, di dalam sistem danau, timbunan nutrien, yang sebagian besar berasal dari limpasan pertanian, dan juga kotoran hewan dan deterjen, menyebabkan pertumbuhan yang sangat cepat dari alga atau “bunga alga”. Saat alga mati, oksigen dalam air menjadi berkurang, membuat tumbuhan air dan ikan sulit untuk bertahan hidup, dan membuat air tidak layak untuk diminum.(5)

Di dalam sistem Amazon, penghancuran hutan yang meluas untuk menciptakan lahan penggembalaan sapi dan  ladang untuk menanam kacang kedelai bagi ternak, mengurangi curah hujan regional dan melukai keragaman hayati  yang memiliki pengaruh global. Jumlah curah hujan yang  rendah bisa menyebabkan kebakaran hutan & akhirnya menggiring kepada matinya porsi besar dari hutan hujan seiring dengan hewan-hewan penghuni. Pada gilirannya kemarau yang keras akan terjadi di banyak tempat di Amerika Selatan. Pada skala dunia, pengurangan hutan hujan Amazon lebih lanjut akan memanaskan planet kita dengan mengurangi sumber utama penyerap  karbon dioksida & lebih jauh mengancam keragaman hayati.(6) Untuk membalikkan kecenderungan yang  mengganggu ini amat penting bahwa para pengambil keputusan di masyarakat benar-benar memahami nilai dari alam dan mengubah kebijakan sesuai dengan itu. Memurnikan hutan dan menyimpan air, mencegah banjir, mengubah CO2 menjadi udara bersih, dan menyediakan rumah bagi spesies yang tak terhitung jumlahnya.

Gletser-gletser gunung bagaikan menara air raksasa di langit, menampung air dalam bentuk salju lalu melepaskannya selama bulan-bulan musim semi dan musim panas, memungkinkan orang untuk mengirigasi tanaman dan melayani sebagai sumber air yang penting bagi flora & fauna. Bagaimana kita mengukur nilai dari sumber daya yang berharga ini? Hingga saat ini, nilai dari pelayanan ekosistem ini tidaklah siap untuk dihitung. Dengan mengenali fakta ini, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk prakarsa Ekonomi dari Ekosistem dan Keragaman Hayati (TEEB) yang dipimpin oleh Dr. Pavan Sukhdev. Tugas TEEB adalah untuk menghitung nilai bagi pelayanan ekosistem lalu menciptakan suatu rangkaian  pedoman bagi bisnis dan  pemerintah agar mereka bisa menilai biaya dan mengembangkan strategi bagi perubahan lingkungan - praktik-praktik yan merusak dan pola-pola konsumsi.  

Bpk. Pavan Sukhdev: Saya pikir hal yang paling penting adalah untuk mulai menghitung nilai dari alam dan melakukan itu bukan hanya pada tingkat nasional, pada tingkat lokal, tetapi juga pada tingkat bisnis. Maka saat kita mulai mengukur nilai-nilai ini, kita benar-benar mulai memberi tanggapan kepada mereka. Maka, seperti yang Anda ketahui, saat kami, TEEB, mendapati bahwa ukuran kerugian itu adalah besar, orang-orang pun sadar.  

Supreme Master TV: Penelitian tahun 2008 yang dilaksanakan bagi Direktur Jenderal Lingkungan Komisi Eropa menemukan bahwa kehilangan pelayanan ekosistem berbasis-daratan dari tahun 2000 hingga 2010, berjumlah €50 miliar per tahun dan jika keragaman hayati tidak dilindungi, penelitian memproyeksikan bahwa antara tahun 2000 dan 2050, kehilangan pelayanan ekosistem akan  berjumlah sekitar €14 trilyun. Bagaimana pemerintah bisa memakai jenis penilaian ini untuk membuat keputusan yang bijaksana dijabarkan dalam contoh berikut ini: Kota New York, AS mempertimbangkan untuk memakai US$6-8 milyar untuk membangun peralatan penyaring air, yang akan memakan biaya US$300-500 juta pertahun untuk beroperasi. Alih-alih, kota tersebut menginvestasi US$1,5 milyar untuk memelihara pemisah air Gunung Catskill yang telah menyediakan sebagian besar dari pasokan  air minum New York selama bertahun-tahun, sehingga menghemat jutaan dolar dan melindungi alam yang rentan terhadap pengembangan yang melanggar batas.(8)
Dalam suatu wawancara dengan koresponden Supreme Master Television, Dr. Sukdhev mendesak pemirsa kita agar menyadari nilai dari keragaman hayati.  

Bpk. Pavan Sukhdev: Ya, saya ingin memohon hal ini kepada pemirsa Anda: Anda telah mendapat kekayaan pribadi dan Anda telah mendapat aset pribadi, tetapi Anda juga memiliki kekayaan publik – kekayaan publik itu sebagian besar adalah alam–setiap kali aset pribadi Anda memburuk Anda menelepon manajer kekayaan pribadi Anda; saya memberitahu Anda bahwa kekayaan publik Anda yaitu alam, memburuk sepanjang waktu. Berapa kalikah Anda telah menelepon manajer kekayaan publik Anda, pemerintah Anda, anggota parlemen Anda, menteri Anda? Mohon telepon mereka, katakan pada mereka,“Urus kekayaan publik saya dengan lebih baik.”  

1 http://www.guardian.co.uk/science/2004/mar/19/taxonomy.science
2 http://www.guardian.co.uk/science/2004/mar/19/taxonomy.science
4 https://www.cbd.int/doc/publications/cbd-ts-50-en.pdf
5 https://www.cbd.int/doc/publications/cbd-ts-50-en.pdf
6 https://www.cbd.int/doc/publications/cbd-ts-50-en.pdf
8 www.teebweb.org

Achim Steiner: “Ini tentang kehidupan Anda, tentang hidup di planet ini, dan adalah tentang apa yang kita lakukan pada planet ini dengan mata terbuka saat ini dan secara meningkat patut dituduh oleh generasi berikutnya karena telah bertindak dengan tidak bertanggung jawab dan amat diragukan dari sudut pandang etis.”

Raven: Aktivitas manusia sendiri adalah suatu kombinasi populasi, tingkat konsumsi dan teknologi tertentu yang dipilih orang. Kita mungkin kehilangan sepuluh ribu spesies di luar perkiraan dari 12 juta yang eksis. Tetapi saya rasa hal pentingnya adalah bahwa laju kehilangan mereka semakin cepat saja. Di masa lalu, dalam catatat geologi, kita kehilangan sekitar selusin per tahun. Lebih dari 500 tahun, sejak orang mulai menulis tentang kelompok organisme yang terkenal, kita telah kehilangan ratusan per tahunnya. Dan sekarang kita sepertinya kehilangan ribuan per tahun, yang meningkat sampai sepuluh ribuan, yang membuatnya sejauh ini merupakan tingkat terkuat kepunahan sejak akhir Periode Cretaceous 65-juta tahun lalu saat dinosaurus menghilang dan mamalia menjadi penguasa dan seluruh kualitas kehidupan Bumi berubah secara radikal. 

Steiner: Kita ada dalam momen luar biasa ini dalam sejarah dimana melalui kapasitas kolektif kita untuk mempengaruhi sistem penunjang kehidupan planet ini, terminologi seperti “ambang batas,” “titik balik,” dan “runtuh” menjadi bagian dari kosakata kita. 

Pandangan Keanekaragam Hayati Global diterbitkan awal tahun (2010) oleh CBD (Konvensi Keanekaragaman Biologi) dan dukungan signifikan juga dari Pusat Monitor Konservasi Dunia UNEP adalah laporan yang amat bijak. Tak satupun negara yang dapat mendokumentasikan kemampuannya membalik kehilangan biodiversitas. 

Bpk. Hanaoka: Banyak spesies menghilang hari demi hari, dan jika kita membiarkan itu, biodiversitas akan hancur total tanpa bisa dicegah. 

Supreme Master TV: Penurunan spesies dalam samudra indah kita meningkat karena polusi limbah dihasilkan oleh aktivitas industri, operasi peternakan hewan intensif yang teramat merusak, pemanasan global dan pemancingan berlebihan di seluruh dunia. 

Paul: Masalah polusi amat kuat berhubungan dengan praktek pertanian yang memproduksi banyak nitrogen, fosfor, pestisida, dan herbisida yang masuk ke perairan pesisir dan menyebabkan banyak kerusakan pada ekosistem laut secara umum. 

Supreme Master TV: Ada lebih dari 400 zona mati yang telah diketahui, atau tempat-tempat di laut kekurangan oksigen dan hampir semua kehidupan laut di pesisir seluruh dunia tahun 2008, dengan hanya 49 zona pada tahun 1960an. 

Paul: Zona-zona mati tersebut secara umum disebabkan oleh terlalu banyak pupuk yang memasuki area pesisir di sekitar negara kita dan satu dari cara terpenting menangani hal tersebut adalah dengan mengubah cara kita melakukan pertanian dan itu berarti melakukan praktek pertanian yang jauh lebih masuk akal, terutama dalam cara kita menggunakan pupuk, mengurangi jumlah pupuk secara besar-besaran. Dan hal itu bisa dilakukan sebetulnya tanpa mempengaruhi banyak hasil panen. Dan juga harus berkaitan dengan jumlah daging yang kita produksi. Produksi daging benar-benar meningkatkan jumlah tumbuhan yang harus kita tanam dan juga menyebabkan banyak limbah ternak yang juga adalah bagian dari masalah polusi nutrient. Jadi hal tersebut adalah dua hal penting yang bisa kita lakukan yang amat besar untuk dilakukan bersama dengan meningkatkan praktek pertanian. 

Jaydee: Dengan amat banyak zona mati di lautan, sekali lagi adalah sebetulnya cara bertani kita yang berkontribusi pada zona-zona mati tersebut. Tanah tak subur, tanah mengandung banyak pupuk, pestisida, dan herbisida yang membunuh lautan. Jadi selama kita terus menumpuk begitu banyak pupuk, selama kita mengumpulkan sapi bersama-sama dan membuat demikian banyak limbah dan juga babi-babi berkumpul menghasilkan banyak limbah, kita akan menyebabkan zona-zona mati. 

Bpk. Hanaoka: Keanekaragaman bahari telah secara khusus dirusak serius. Mengapa? Karena pemancingan yang merusak atau berlebih, seperti pukat. 

Supreme Master TV: Riset baru-baru ini oleh Dr. Boris Worm dari Universitas Dalhousie di Halifax, Nova Scotia, Kanada, mengindikasi bahwa separuh spesies laut telah menghilang karena pemancingan berlebih. 

Gilberto Sales: Lebih dari 80% hewan yang dieksploitasi secara komersial adalah eksploitasi berlebihan, mereka punah. Beberapa hewan seperti, udang laut telah lama punah sudah lama sekali. Jumlah kapal meningkat tiga hingga lima  kali dalam beberapa dekade terakhir di beberapa wilayah perikanan dan ikan-ikan  tidak bisa mengatasi tingkat eksploitasi lebih jauh. 

Supreme Master TV: Para ilmuwan memproyeksikan  jika tren saat ini berlanjut, suatu keruntuhan total dari perikanan global akan terjadi sekitar tahun 2050, menjadikan “perairan hantu” dengan tidak ada ikan. Tambak, jenis peternakan laut, yang beberapa katakan disebut sebagai “alternatif berkelanjutan” pada pemancingan, secara lingkungan merusak air dimana mereka beroperasi dan mempercepat habisnya kehidupan laut. Membutuhkan satu hingga dua kilogram ikan yang ditangkap dari laut untuk memproduksi satu kilogram ikan dari tambak, pada dasarnya membuat ikan tangkapan sebagai predator laut buatan. Melihat kondisi dari dunia kita, pelestarian spesies, baik di tanah atau lautan, nampak sebagai tugas yang amat sulit, tapi untungnya sudah ada solusi yang siap dilaksanakan. Secara global mengadopsi pola makan berbasis nabati  dapat melestarikan ekosistem tumbuhan dan hewan dan menangkal perubahan iklim, karena baik kehilangan biodiversitas dan pemanasan global memiliki sebab sama: konsumsi dari produk hewani dan industri peternakan. 

Ann: Makan banyak daging bukan cara efisien untuk memberi makan populasi. Bahkan ada biaya lingkungan amat tinggi dalam memakan daging, yang amat tinggi dalam rantai (makanan) dan akan menjadi jauh lebih efisien untuk makan lebih bawah dari rantai makanan - yaitu bagi orang-orang untuk menjadi vegetarian. 

Supreme Master TV: Organisasi Pangan dan Pertanian PBB tahun 2006 Pertanian PBB tahun 2006 melaporkan peristiwa penting “Bayangan Panjang Peternakan,” mengestimasi 18% dari seluruh emisi gas rumah kaca karena manusia berhubungan dengan peternakan dan estimasi baru-baru ini oleh peneliti lainnya, ketika menghitung keseluruhan siklus dari produksi dan konsumsi produk hewani, meletakkan persentase pada 51% atau lebih tinggi. Bagaimana pilihan makan kita mempengaruhi kehilangan keanekaragaman hayati? Dalam “Bayangan Panjang Peternakan” para penulis menjelaskan efek dari memakan daging sebagai berikut: 

“Peternakan sekarang melibatkan sekitar 20% dari total biomassa hewan bumi, dan 30% dari permukaan tanah Bumi yang mereka huni sekarang dahulu adalah habitat satwa liar. Tentu saja, sektor peternakan dapat merupakan pemain utama pengurangan biodiversitas, karena ia adalah pendorong utama dari penebangan hutan, dan juga satu dari pendorong utama degradasi lahan, polusi, perubahan iklim, pemancingan berlebih, sedimentasi area pesisir dan memfasilitasi invasi oleh spesies asing.”  (i)

Industri ternak adalah penyebab utama penurunan mengkhawatirkan pada spesies liar. Dalam studi baru Oktober 2010 para peneliti Belanda menemukan bahwa melindungi daerah alamiah tak cukup untuk menghentikan kepunahan cepat dari flora dan fauna ini; juga, salah satu kebijakan  yang paling efektif  adalah berubah ke pola makan tanpa hewan, berarti makanan nabati.(1)  

Dalam studi itu, berjudul “Pikirkan Kembali Strategi Biodiversitas Global,” Lenbaga Penilaian  Lingkungan Belanda  telah mengevaluasi kemampuan memodifikasi produksi tingkat dunia dan pola konsumsi untuk menangani pengurangan spesies. Tingkat biodiversitas di daratan diestimasi dengan tolok ukur yang disebut “Rata-Rata Kelimpahan Spesies” (MSA) yang adalah “komposisi spesies dalam jumlah dan kelimpahan dibandingkan dengan tingkat awal dan menyediakan  kerangka umum untuk mengakses penyebab utama kehilangan biodiversitas.” Sebagai contoh, mengubah area hutan menjadi perkebunan  akan berarti penurunan tajam dalam tingkat MSA area itu karena semua spesies yang bergantung pada pepohonan untuk hidup akan hilang. Dengan membandingkan delapan pilihan kebijakan berbeda untuk mengurangi garis dasar, yang diasumsikan sebesar 10% untuk kehilangan biodiversitas global antara 2000 dan 2050, termasuk melindungi area alami, mengatur hutan lebih baik, dan manusia mengadopsi pola makan tanpa daging, bebas hewani dianggap dapat menjaga kelangsungan hidup spesies terbaik dari semua pilihan yang ada. 

Maha Guru Ching Hai: Jadi jika kita menghentikan semua produk hewani - ikan, telur, daging dan susu - kita akan menyelamatkan lautan, menyelamatkan iklim dan kita menghentikan kerugian keanekaragaman hayati juga. 

Jo Leinen, Anggota Parlemen Eropa:  Saya Leinen Jo, Ketua Komite Lingkungan Parlemen Eropa di Brussels. Perlindungan keanekaragaman hayati berarti bahwa kita harus mengurangi emisi dan konsumsi dari sumber daya; dan itu berarti kita harus mengubah gaya hidup kita - gaya hidup kita jauh terlalu berat untuk sifat dan ekosistem, dan terutama kebiasaan makan kita harus diubah. Saya pikir kita makan terlalu  banyak daging & kita makan terlalu banyak ikan, dan kita harus mengurangi keduanya  dan lebih bervegetarian. 

Riset Program Lingkungan PBB 2010 (UNEP) “Menilai Dampak Lingkungan dari Konsumsi dan Produksi: Prioritas Produk dan Material,” menemukan bahwa makanan berbasis hewan adalah denominator umum terhadap hampir semua masalah lingkungan serius planet kita. Laporan menyatakan, “Pertanian dan konsumsi makanan diidentifikasi sebagai satu dari pengendali paling penting dari penekanan lingkungan, terutama perubahan habitat, perubahan iklim, penggunaan air dan emisi beracun.” Berdasarkan laporan itu, direktur eksekutif UNEP Achim Steiner berkata: “Panel telah mereview semua sains yang ada dan menyimpulkan bahwa dua area luas saat ini memiliki dampak besar yang tidak proporsional pada orang-orang dan sistem penunjang kehidupan planet — mereka adalah energi dalam bentuk bahan bakar fosil dan pertanian, terutama  membesarkan ternak untuk daging dan produk susu.” Dampak ekologis yang disebabkan oleh produk hewani amatlah merusak hingga studi UNEP menyimpulkan: “Pengurangan substansial dari dampak-dampak tersebut hanya mungkin dengan perubahan pola makan  substansial seluruh dunia, menjauhi dari  produk-produk hewani.”  (2,3)

1    http://www.pbl.nl/en/news/pressreleases/2010/20101005-Global-ecosystems-heavily-under-pressure.html
(i)    Livestock’s Long Shadow, Food and Agriculture Organization, United Nations, 2006, p. 26, ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/010/a0701e/a0701e00.pdf
2   http://www.guardian.co.uk/environment/2010/jun/02/un-report-meat-free-diet
3   http://www.telegraph.co.uk/earth/earthnews/7797594/Eat-less-meat-to-save-the-planet-UN.html