Pengungsi akibat perubahan iklim di India terpaksa berjuang – saat ini juga – 15 Apr 2009  
email to friend  Kirim halaman ini buat teman   Jika anda ingin menambahkan video ini ke dalam blog atau website pribadi anda, silahkan klik link berikut untuk mendapatkan source code-nya.  ambil source code   Cetak

Pengungsi akibat perubahan iklim di India terpaksa berjuang – saat ini juga

Pengungsi akibat perubahan iklim menderita akibat kenaikan permukaan air laut. Sekitar 8.000 orang penduduk terpaksa mengalami dampak pemanasan global dimana pulau paling timur India yaitu pulau Mousani dilanda air pasang. Sepertiga dari pulau seluas 10 kilometer atau sekitar 2 kilometer telah terendam air laut, yang menyebabkan pulau tetangganya, yaitu pulau Gorumara telah sepenuhnya ditinggalkan oleh penduduknya. Badan Margasatwa Dunia (WWF) bekerja dengan penduduk Mousuni untuk membantu mereka beradaptasi, dan mencoba menanam padi yang tahan air asin, tetapi permasalahan utamanya adalah peningkatan permukaan air laut. Joydeepta, penduduk yang telah berusia 62 tahun mengatakan, “Saya akan berjuang semampu saya. Tetapi saya tahu anak-anak saya tidak akan bertahan. Karena dunia semakin panas, air laut naik terus.”

 

Kami berdoa bagi penduduk India dan pulau lain yang sama-sama menghadapi konsekuensi yang merugikan akibat perubahan iklim. Mari kita secepatnya beralih ke gaya hidup yang lebih bertenggang rasa untuk melestarikan lingkungan dan tempat tinggal bagi seluruh penghuni bumi kita.

 

Dalam sebuah konferensi video pada bulan Februari dengan Presiden Filipina yang ke-12, Yang Mulia Fidel Ramos, selama kunjungannya ke Center Asosiasi kami di Taipei, Formosa (Taiwan), Maha Guru Ching Hai mengungkapkan keprihatinannya terhadap konsekuensi pemanasan global dengan satu permohonan demi para pengungsi iklim di dunia.

 

Siaran Ulang dari Konferensi  Video Langsung dengan Maha Guru Ching Hai dan Mantan Presiden Fidel Ramos

Bertindaklah Sekarang! – Demii Dunia yang Lebih Damai dan Aman

Taipei, Formosa (Taiwan) 21 Februari 2009

 

Maha Guru Ching Hai: Sejujurnya, setiap hari saya khawatir seperti halnya Presiden mengenai nasib orang banyak, seperti masyarakat di pulau-pulau kecil itu dimana tidak ada lagi tempat lain. Sungguh menyedihkan dan pasti sangat menakutkan bagi mereka, dan saya tidak tahu bagaimana cara untuk menghibur mereka. Saya tidak tahu apalagi yang bisa dilakukan untuk mereka. Saya berharap dan berdoa semoga semua pemerintah yang mampu dan negara-negara besar, tolong bantulah mereka. Tolong bawalah mereka ke negara Anda dan jadikan mereka warga negara Anda. Biar bagaimanapun juga, mereka manusia seperti kita dan mereka juga menderita seperti kita.

Maha Guru Ching Hai: Kami berharap kita dapat melakukan sesuatu sehingga kita dapat menghentikan kenaikan permukaan air laut seperti yang sedang terjadi sekarang dan tidak bertambah buruk, agar negara-negara lain tetap dapat menolong negara yang telah tenggelam. Sebaliknya, jika kita semua tenggelam, lalu, oh Tuhan tolonglah kami! Nigeria.




Menyambut Inisiatif Lagos bagi Perubahan Iklim

Negara bagian Lagos, Nigeria menjadi tuan rumah konferensi perubahan iklim. Acara 3 hari yang berlangsung minggu lalu ini dihadiri 700 delegasi internasional, termasuk para anggota parlemen Nigeria, utusan Bank Dunia, dewan penasehat negara Inggris, Yayasan Clinton dll. dalam pidato pembukaannya, Gubernur Lagos, Babatunde Fashola, menyatakan keprihatinan atas keselamatan umat manusia yang terancam akibat dampak pemanasan global. Dalam diskusi panel yang membahas berbagai aspek dari perubahan iklim seperti meningkatnya permukaan air laut serta dampaknya pada kesehatan, para peserta sepakat untuk membuat rekomendasi untuk negara bagian Lagos untuk membuat Rencana Aksi bagi Perubahan Iklim dan transisi ke ekonomi hijau, rendah karbon, yang mencakup sumber-sumber energi terbarukan. 

 

Penghargaan kami bagi para peserta dan negara bagian Lagos untuk acara yang sukses membantu wilayah yang kritis terkena dampak perubahan iklim. Kami berharap kepemimpinan yang mulia dari negara Nigeria bisa memberi inspirasi bagi pola hidup hijau bagi seluruh masyarakat di wilayah sekitarnya.

 

El Salvador Meniru Metode Penghijauan Nasional Israel
Israel dan El Salvador bekerja sama dalam proyek penghijauan. Israel yang telah sukses mengembangkan metode penanaman pohon di lahan gersang setelah riset selama beberapa dekade, menawarkan keahliannya pada El Salvador. Proyek ini bertujuan memperbaiki hutan-hutan Amerika tengah yang telah rusak akibat berbagai faktor, termasuk pemanasan global, yang berdampak pada terlambatnya hujan dan cuaca yang sulit diprediksi hingga merusak tanaman dan hasil panen.

 

Ini sungguh kerja sama yang menakjubkan antara pemerintah El Salvador dan Israel. Semoga berkah menyertai kerja sama ini, agar hutan kembali hijau, rindang, dan produktif untuk mendukung generasi mendatang.

 

Orang Utan Baru Dan Langka Ditemukan Di Kalimantan

Populasi Orang Utan baru ditemukan di Kalimantan. Dengan terus menurunnya secara tajam jumlah primata penghuni pohon ini akibat perkebunan kelapa sawit dan pembabatan hutan, temuan  populasi berjumlah antara 1.000-2.000 ini sungguh menggembirakan. Anggota Balai Konservasi Alam Indonesia, Erik Meijaard mengatakan bahwa mereka telah menemukan 200 sarang baru yang lokasinya berdekatan, di daerah pegunungan yang sulit dijangkau. Mereka mungkin kelompok pengungsi yang meninggalkan daerah tebangan pohon di luar area tersebut. Saat ini para imuwan dan kelompok-kelompok lokal tengah bekerja sama untuk melidungi kawasan tersebut.

 

Penghargaan kami untuk Balai Konservasi Alam Indonesia dan pihak-pihak lain yang terlibat, atas upaya Anda melindungi primata langka Kalimantan ini. Semoga langkah kemanusiaan senantiasa tumbuh untuk membantu orang utan nan cantik ini serta satwa lainnya hidup dengan aman dan harmonis.