Peternakan Penghasil Karbon Hitam yang Mematikan  
email to friend  Kirim halaman ini buat teman   Jika anda ingin menambahkan video ini ke dalam blog atau website pribadi anda, silahkan klik link berikut untuk mendapatkan source code-nya.  ambil source code   Cetak
Play with flash player Play with windows media ( 47 MB )

Karbon Hitam, yang juga dikenal sebagai jelaga, adalah agen pemanas kuat yang berasal dari pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar fosil, knalpot diesel, kompor tidak efisien yang umumnya dipakai di negara berkembang dengan  membakar biomassa seperti kotoran kering, kayu, semak-semak, atau sisa panen sebagai bahan bakar dan pembersihan hutan dan padang rumput dengan api. Saat partikel Karbon Hitam mengudara, mereka memiliki efek  pemanasan yang intens, bahkan memiliki dampak  yang lebih besar saat tersimpan pada massa es. Ini adalah masalah besar dan kenapa emisi Karbon Hitam perlu segera ditangani.

Usia hidupnya di atmosfer sekitar satu sampai empat minggu dan Potensi Pemanasan Globalnya (GWP) selama jangka waktu 20 tahun, telah dihitung antara 1.600 sampai 4.700 kali 1.600 sampai 4.700 kali kekuatan pemanasan dari karbon dioksida. Efek pemanasan  Karbon Hitam  terjadi dengan dua cara: (1) Di atmosfer sebagai partikel hitam yang menyerap sinar matahari dan menghasilkan panas, dan (2) Partikel yang disimpan pada permukaan Bumi, terutama di dalam massa es dan mengurangi kemampuan es memantulkan sinar matahari kembali ke ruang angkasa sehingga menyebabkan cepatnya pencairan karena panas dari penyerapan sinar matahari.

Profesor Jefferson Simoes  adalah direktur  Institut Nasional Brasil untuk Ilmu Kriosfer dan Delegasi Nasional untuk Komite Ilmiah mengenai Penelitian Antartika (SCAR). Dia membuat laboratorium nasional pertama di Brasil yang didedikasikan untuk glasiologi dan penelitian geografis kutub, dan baru-baru ini memberi presentasi yang informatif tentang adanya Karbon Hitam di Antartika dan efeknya thd massa es pada konferensi Para Pemimpin  Pelindung Masa Depan Kita: Langkah dan Prioritas Perubahan Iklim, tanggal 3 November 2010 di London, Inggris.

Professor Jefferson Simoes, direktur  Institut Nasional Brasil untuk Ilmu Kriosfer dan Delegasi Nasional untuk Komite Ilmiah mengenai Penelitian Antartika (SCAR): Kita tahu bahwa partikel Karbon Hitam menyebar dari Artik ke Antartika, tempat lain di dunia. Partikel Karbon Hitam adalah partikel yang sangat kecil antara 0,01–1 mikron di atmosfer.

Partikel Karbon Hitam menetap di atmosfer hanya beberapa minggu, tetapi menyebar pada rentang yang lebih panjang. BC, atau karbon hitam, termasuk polutan berumur pendek. Dan kemudian muncul poin paling penting: ia merupakan penyumbang  kedua paling penting pada pemanasan global. Faktanya,  potensi karbon hitam diperkirakan memiliki 55%  efek penggerak radiatif dari karbon dioksida.

Jadi, hal yang kita miliki dalam gambar ini di sini adalah tempat-tempat utama di mana terjadi pembakaran  biomassa pada saat ini pada tahun 2009. Seperti yang Anda lihat, terutama di daerah subtropis dan tropis, bukan hanya di Amerika Selatan, tapi juga di Afrika dan Australia dan beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, dan negara lain di Asia Tenggara. Jadi, kita dapat mengajukan pertanyaan berikut, bagaimana material  semacam ini bisa terangkut hingga ke Antartika? Tampaknya jarak yang jauh. Selama 10 tahun terakhir, kami telah mengubah ide kami tentang transportasi massa udara dari Amerika Selatan, atau dari daerah tropis Amerika Selatan, ke Antartika. Sekarang kita tahu bahwa aktivitas siklon  mampu mengangkut materi dalam waktu singkat, dalam seminggu atau lebih, dari daerah-daerah utama  pembakaran biomassa, ke selatan dan kemudian terutama ke bagian  paling utara dari Antartika, yaitu  Semenanjung Antartika.

Supreme Master TV: Profesor Simoes telah beberapa kali melakukan perjalanan ekspedisi ke Semenanjung Antartika dan melihat perubahan-perubahan signifikan yang mengkhawatirkan.

Professor Jefferson Simoes: Lebih dari 20 tahun di Antartika kami telah mengamati beberapa modifikasi di bagian paling utara benua itu, yang dikenal sebagai Semenanjung Antartika. Dalam 20 tahun terakhir  kami mengamati pencairan gletser, keruntuhan beting es, keruntuhan beting es, dan lebih dari  20.000 kilometer persegi beting es  Semenanjung Antartika telah menghilang. (Bahkan terjadi) migrasi dari spesies berbeda lebih jauh ke selatan seperti penguin. Rumput muncul di beberapa pulau yang tidak ada sebelumnya. Singkatnya, kami mengamati pergeseran isoterm, garis-garis dengan suhu yang sama, lebih jauh ke selatan.

Supreme Master TV: Antartika memiliki 90% air gletser dunia. Cepatnya pencairan massa es ini berarti konsekuensi serius bagi mereka yang tinggal di pesisir dan pulau-pulau rendah, dan juga ketahanan pangan. Bank Dunia memperkirakan, hanya satu meter kenaikan air laut akan menggenangi delta-delta sungai Asia tempat menanam padi. Banyak pulau akan menghilang, seperti Kiribati, Maladewa, dan Tuvalu karena titik tertingginya hanya dua meter di atas permukaan air laut.

John Topping, Institut Iklim: Kita mendekati sejumlah titik kritis dengan cepat yang bisa melibatkan pencairan lapisan es dan semua London, New York, bahkan Washington DC bisa tenggelam  dan seterusnya yang tak dapat dibalikkan dan tentu saja segala efek umpan balik terutama di dalam Artik, mencairnya tundra yang pada dasarnya menyuplai untuk diri sendiri, sejenis perubahan iklim metastatik.

Dan banyak dari masalah ini mungkin terjadi pada masa hidup banyak dari kita saat ini.

Supreme Master TV: Prakarsa penting yang telah diajukan untuk menghentikan Karbon Hitam termasuk menggantikan kompor berpolusi dengan kompor yang lebih bersih dan efisien, dan memasang filter pada knalpot  kendaraan diesel. Semua ini akan memainkan peran penting demi peningkatan kualitas udara, menyelesaikan masalah  kesehatan, dan meredakan  sejumlah pemanasan. Namun demikian, pengurangan besar-besaran Karbon Hitam bisa dilakukan dengan menangani pembakaran terbuka lahan pertanian, khususnya pembakaran untuk membuka hutan dan mengontrol vegetasi yang tumbuh lagi  untuk penggembalaan ternak.

Professor Jefferson Simoes: Sudah jelas bahwa, saat ini, bagian terbesar dari pembabatan hutan, pembakaran biomassa  di Amerika Selatan, berasal dari perluasan tanaman yang ditumbuhkan demi untung  dan peternakan sapi. Hal-hal yang kita lihat adalah bahwa perbatasan pertanian bergerak semakin ke Utara pada Padang Rumput Brasil yang dikenal sebagai Cerrado, menuju hutan Amazon.

Supreme Master TV: Menghentikan pemanasan massa es sangatlah penting dalam hal  menstabilkan iklim di rumah Bumi kita. Apakah peran pertanian, terutama peternakan dalam semua ini?

Professor Jefferson Simoes: Sekitar setengah atau  tepatnya 47% sampai 61%  Karbon Hitam di Antartika adalah hasil dari manajemen  tanah penggembalaan ternak.

Supreme Master TV: Sampai baru-baru ini Gerard Wedderburn-Bisshop bekerja sebagai kepala ilmuwan dengan tim sains penginderaan jauh yang bertanggung jawab memetakan pembukaan lahan lewat pencitraan satelit di Queensland, Australia.  Sekarang Bapak Wedderburn-Bisshop adalah Ilmuwan Senior untuk Yayasan Pelestarian Dunia dan baru-baru ini memberikan presentasi pada konferensi 8 Desember 2010 berjudul Pengurangan  Karbon Hitam dan GRK (Gas Rumah Kaca) Berumur Pendek, yang diadakan di Cancun, Meksiko.

Gerard Wedderburn-Bisshop, Yayasan Pelestarian Dunia:  Tujuh puluh persen lahan pertanian dunia digunakan untuk peternakan. Pepohonan dibersihkan dan tanaman pangan mengalami  pembakaran berkali-kali. Jadi, itulah sumber dari banyak hal, sumber metana, sumber dari  hilangnya karbon tanah. Dan tentu saja, pembakaran. Inilah peta dari penebangan hutan dunia. Anda tahu apa yang terjadi di Amerika Selatan. Anda tahu  Afrika Sub-Sahara.  Anda tahu bahwa Indonesia dan Malaysia dan Papua Nugini hutannya ditebangi dengan kecepatan tinggi. Inilah periode 10 hari yang diambil dari beberapa bulan lalu. Anda bisa melihat bahwa dunia terbakar, Amerika Selatan, Afrika, di berbagai tempat, waktu yang berbeda, Asia Tenggara, Australia terbakar, dan beberapa tempat di Rusia. Oke, pola api sesuai dengan pola penebangan hutan, tidak mengejutkan. Api menghambat pertumbuhan dan pertahankan padang rumput.

Supreme Master TV: Bapak Wedderburn-Bisshop dan tim penelitinya membuat penemuan  mengejutkan  tentang hubungan peternakan dengan pencairan Antartika Barat.

Gerard Wedderburn-Bisshop: Antartika Barat adalah tempat yang mengalami  pemanasan tercepat di Bumi. Pencairan di sana terjadi pada tingkat  yang mengkhawatirkan  dan mereka menemukan, di luar dugaan para peneliti, bahwa Karbon Hitam juga ada di sana dalam jumlah besar. Sebagian besar dari Amerika Selatan, sebagian dari Afrika, dan sebagian juga dari India. Karbon Hitam terkonsentrasi paling tinggi di Semenanjung Antartika dan Antartika Barat, keduanya memanas pada tingkat yang jauh  melebihi rata-rata global. Jika kita pertalikan Karbon Hitam dengan proporsi yang sama seperti penebangan hutan, ingatlah bahwa 80% penebangan hutan Amazon adalah untuk penggembalaan dan pangan ternak. Dan di Afrika 70% kebakaran dari kebakaran lahan terbuka adalah untuk peternakan, untuk merawat padang penggembalaan. Kita lihat bahwa saat kita  menambahkan proporsi  Amerika Selatan dan Afrika, sekitar setengah atau  tepatnya 47% sampai 61%  Karbon Hitam di Antartika adalah hasil dari manajemen  tanah penggembalaan ternak. Ini menyatakan bahwa praktik penggembalaan adalah kontributor Karbon Hitam yang paling signifikan bagi pencairan Antartika.

Zat yang berumur lebih pendek adalah zat yang harus kita tangani jika kita ingin mengurangi pemanasan planet ini dalam jangka pendek.

Dampak dari  produksi ternak benar-benar luar biasa. Pertama, kita memiliki emisi langsung metana dari proses pencernaan ternak, bagian terbesar dari semua produksi metana di planet kita. Yang kedua, penebangan hutan, yang menghasilkan CO2 secara langsung, dan pembakaran untuk merawat tempat penggembalaan itu, yang juga menghasilkan Karbon Hitam dan CO2 secara langsung. Dan setelah hutan hilang, dalam jangka panjang karbon tanah juga menyusut. Jadi, efek selanjutnya adalah bahwa produksi ternak sedikit banyak menghasilkan ozon trofosferik, dan itu sebagian besar dihasilkan oleh produksi metana. Jadi, jika kita mengurangi produksi metana, kita bisa mengontrol ozon, produksi ozon trofosferik, yang merupakan pemanas utama. Inilah yang menghasilkan 20% pemanasan karbon dioksida. Jadi, jika kita jumlahkan semua itu,  dampak dari produksi ternak  sangatlah luar biasa.

Supreme Master TV: Karena sangat prihatin terhadap keadaan planet kita, Maha Guru Ching Hai di banyak kesempatan menekankan kebutuhan mendesak untuk membatasi emisi Karbon Hitam dan bahwa mengakhiri pemeliharaan ternak adalah solusi paling efektif untuk mengurangi level jelaga secara dramatis dan membalik perubahan iklim.

Maha Guru Ching Hai: Para ilmuwan NASA sedang menaruh perhatian lebih banyak pada  sumber pemanasan global  yang sangat serius lainnya - yaitu, karbon hitam. Karbon hitam menyerap panas 4.000-plus kali kemampuan CO2.
 
Mayoritas partikel karbon hitam di Antartika berasal dari mana? Hutan hujan Amerika Selatan yang dibakar untuk industri peternakan. Sekarang kita mulai beranjak! Kita harus secara mendesak menangani metana dan karbon hitam, keduanya adalah hasil dari industri daging, dengan segera  kita harus mengatasinya. Saya berdoa agar semua pemimpin yang arif akan menghentikan praktik daging  yang mematikan yang merupakan kekuatan penggerak utama ke titik tanpa balik saat ini.

Supreme Master TV: Terima kasih tulus kami kepada Profesor  Jefferson Simoes, John Topping, Gerard  Wedderburn-Bisshop,  dan Maha Guru  Ching Hai karena memperingatkan masyarakat tentang bahaya luar biasa yang dibawa Karbon Hitam dan perjuangan gigih kalian demi pengurangan emisi jelaga secara signifikan dengan segera. Benar-benar bukti jelas bahwa peternakan adalah praktik yang luar biasa merusak untuk banyak sekali alasan dan harus dihentikan sekarang agar kita bisa menyembuhkan dan memulihkan Bumi ke keadaan alaminya. Semoga umat manusia segera sadar dan mengadopsi pola makan vegan organik yang mendukung alam dan mendukung kehidupan.

Untuk detail lebih lanjut tentang organisasi dari para tamu yang dihadirkan  hari ini, silakan kunjungi situs web  Profesor Jefferson Simoes  dari Institut Nasional Brasil dari Institut Nasional Brasil untuk Ilmu Kriosfer (Bagian dari Kementerian Sains dan Teknologi Brasil) www.CNPQ.br

John C. Topping  dari Institut Iklim www.Climate.org

Gerard Wedderburn-Bisshop  dari Yayasan Pelestarian Dunia www.WorldPreservationFoundation.org