Ikan paus memperlihatkan sifat seperti manusia - 11 Jul 2010  
email to friend  Kirim halaman ini buat teman    Cetak

Penelitian terpisah oleh para ahli seperti ahli neurobiologi Amerika Dr. Lori Marino dari Universitas Emory, ahli neurobiologi Prancis Dr. Georges Chapouthier dari Universitas Marie Curie di Paris, dan Dr. Hal Whitehead dari Universitas Dalhousie di Kanada telah menegaskan kecerdasan dan sifat  berkesadaran ikan paus.

Temuan mereka menunjukkan ikan paus tidak hanya sangat sensitif terhadap situasi rasa sakit dan penderitaan, tetapi mereka juga memiliki kualitas lain yang sebelumnya dianggap hanya dimiliki manusia saja. Ini termasuk kesadaran dan identitas diri, komunikasi yang kompleks, pikiran abstrak, dan kebudayaan matrilineal yang canggih.

Dr. Whitehead dan para kolega mengamati nyanyian kawin ikan paus yang dipelajari oleh semua paus jantan di laut dan terjadi berbulan-bulan serta bertahun-tahun kemudian. Kenyataannya, otak paus di area otak besar sangat spesifik untuk proses kognitif dan emosional - kemungkinan besar berevolusi dari interaksi sosial.

Kualitas seperti manusia terhadap ikan paus ini juga dipahami oleh Bapak Bryant Austin, seorang fotografer AS yang telah dipercayai oleh makhluk sangat besar ini untuk memfoto mereka dari jarak sedekat 2 meter.

Bapak Austin mengingat pertemuan pertama yang membawa apa yang kini menjadi karya hidupnya.

Bryant Austin – Pendiri dan presiden, Konservasi Mamalia Laut Melalui Seni, fotografer AS: Saya merasakan sentuhan halus di punggung saya, dan saya kembali melihat, saya bertatapan mata dengan paus bungkuk betina seberat 50 ton yang ada di belakang saya. Ia lebih besar daripada bus sekolah, dan ia membentangkan siripnya sebesar 4,5 meter, yang seperti lengan kita, untuk menggapai dan menyentuh saya serta tahu bahwa ia di belakang saya, bahwa saya mengakhiri dengan tiba-tiba antara dirinya dan anaknya. Tapi ia menunjukkan pengendalian besar untuk tidak membawa saya dan sejenis kebetulan atau melukai tidak sengaja. Dan itu ketika saya sangat berjuang, saya sangat dekat dengan mata paus dan ekspresi di matanya sangat lembut dan sadar. Ia bukan sekedar paus bagi saya, itu adalah masa-masa perubahan hidup.

Supreme Master TV: Paus ini mendekati Bapak Austin dengan sendirinya dan dengan hati-hati bergerak agar tidak menyakiti dirinya dengan kekuatan dalam dirinya, fotonya digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian tentang kerusakan dari kegiatan penangkapan paus.

Bryant Austin: Ini menghancurkan hati saya saat memikirkan makhluk liar yang begitu bersahabat, sangat ingin tahu, dan sangat lembut pada saya, dimana spesies saya memberi banyak penderitaan baginya. Tidak ada masa depan generasi yang mempunyai kesempatan ini dan ini benar-benar apa yang kita lakukan sekarang untuk menjamin bahwa mereka akan terus ada di sini. Mungkin banyak yang akan punah di abad ini untuk pertama kalinya dalam catatan sejarah manusia jika kita tidak melakukannya.

Supreme Master TV: Terima kasih fotografer Bryant Austin dan ketua peneliti atas wawasan lebih lanjutnya tentang kecerdasan dan sifat alami raksasa yang penuh kedamaian di laut ini. Semoga umat manusia cepat sadar untuk menghormati semua bentuk kehidupan dan melestarikan ekosfer kita.

Menyoroti pentingnya untuk melindungi kehidupan untuk menyelamatkan planet, Maha Guru Ching Hai sering mengingatkan tentang kualitas mulia dari spesies hewan dan dimana mereka tidak seharusnya dilukai, seperti wawancara yang dipublikasikan dalam Jurnal Anjing Irlandia edisi 16 Desember 2009.

Maha Guru Ching Hai: Dan jika kita ingin tahu apa yang kita bunuh, ilmuwan-ilmuwan menemukan lebih banyak setiap hari tentang kecerdasan dan sensitifnya dunia hewan. Ikan paus contohnya bisa mengenali panggilan sesamanya yang berbeda melalui air lautan; sama seperti bagaimana kita manusia bisa mengenali suara teman-teman kita dalam ruangan yang ramai. Lagi pula, mereka sangat sopan. Mereka menunggu giliran untuk bicara. Percaya ini? Tapi makhluk hidup elok ini diburu dengan tombak 'harpoon' berpeledak yang mengakibatkan kematian secara pelan, pelan, pelan dan mati tersiksa dengan sakit.

Kita tak dapat menyebut diri kita penyayang hewan jika kita hanya memberikan kasih kepada hewan-hewan tertentu saja. Jadi, semua orang, mohon: beralih ke pola makan vegan yang menyehatkan, bergizi, dan sesuai dengan hati nurani. Jika seluruh dunia memperluas cinta kasih seperti itu kepada satwa dan menarik berkah yang demikian tak terukur dari hewan-hewan itu maka atmosfer planet kita ini tentunya akan menjadi stabil dan bahkan berubah menuju keadaan lebih seperti surga, diresapi dengan perasaan-perasaan kedamaian dan kasih.