Para peneliti memperingatkan kepunahan laut massal - 8 Sep 2010  
email to friend  Kirim halaman ini buat teman   Jika anda ingin menambahkan video ini ke dalam blog atau website pribadi anda, silahkan klik link berikut untuk mendapatkan source code-nya.  ambil source code   Cetak

Para peneliti memperingatkan kepunahan laut massal.

Penelitian baru-baru ini di laboratorium alam yang unik yang dibuat oleh ilmuwan di Laut Mediterania telah menunjukkan bahwa jumlah organisme bersel tunggal yang disebut Foraminifera yang ditemukan di sekitar pelepasan karbon dioksida gunung berapi dekat Naples, Italia telah berkurang dari 24 spesies menjadi 4.

Para ilmuwan dari Universitas Plymouth di Inggris dan Universitas Santa Catarina di Brasil menemukan kehilangan serupa pada banyak bentuk kehidupan laut, terutama organisme dengan cangkang kalsium karbonat seperti Foraminifera, yang dihubungkan dengan peningkatan keasaman laut, yang telah terjadi akibat penyerapan karbon dioksida yang besar dan telah mengakibatkan penurunan tingkat pH air.

Menyebutkan bahwa sifat yang terlalu asam telah bertanggung jawab bagi kepunahan skala besar di masa lalu, ketua penulis kajian ini, Dr. Jason Hall-Spencer, menyatakan, “Titik kritis terjadi pada pH 7,8. Tingkat pH ini diperkirakan terjadi di akhir abad ini... Keprihatinan yang besar dari saya adalah kecuali kita menahan emisi karbon, kita berisiko atas kepunahan massal, kerusakan perairan pesisir, dan pemacuan wabah ubur-ubur dan ganggang beracun.”

Terima kasih banyak, Dr. Hall-Spencer dan rekan-rekan lain di Inggris dan Brasil, yang mengingatkan perlunya bagi kita untuk meminimalkan emisi gas rumah kaca guna melestarikan lautan pendukung kehidupan kita. Dengan berkah Surga, semoga kita mempercepat tindakan menyelamatkan hidup yang efektif di seluruh penjuru dunia.

Pada konferensi video Mei 2009 di Togo, Maha Guru Ching Hai menunjukkan ketidakseimbangan yang telah terjadi di dalam lingkungan laut kita, di saat yang sama menyarankan cara untuk membalik efek berbahaya ini.

Maha Guru Ching Hai: Ekosistem lautan yang seimbang sangat penting, karena lebih dari dua pertiga planet ini tertutup oleh lautan. Lautan menyediakan setengah dari oksigen dunia dan memainkan bagian terbesar dalam mengatur iklim global. Jadi, kehidupan di Bumi benar-benar sangat tergantung pada lautan untuk bertahan hidup. Selain itu, lautan menyerap CO2 – karbon dioksida – dari atmosfer yang secara langsung membantu mendinginkan planet kita. Dari lautan itu sendiri, kita melihat temperatur yang memanas, naiknya permukaan laut, meningkatnya keasaman dan tingkat polusi yang menakutkan. Jadi, pemanasan global mempengaruhi lautan yang pada gilirannya mempengaruhi ikan. Ini adalah suatu situasi yang sama gentingnya yang diakibatkan oleh industri peternakan, dan memiliki solusi yang persis sama. Berhentilah makan daging; berhenti membunuh untuk makanan; berhenti makan ikan. Ini akan membantu memulihkan keseimbangan baik lautan maupun daratan, dengan seketika.

http://www.sciencedaily.com/releases/2010/08/100825093651.htm
 
Minggu Air Dunia dimulai di Swedia.

Dimulai hari Minggu, 5 September, Minggu Air Dunia, yang digelar oleh Institut Air Internasional Stockholm, diluncurkan yang berfokus pada peran perubahan iklim dalam menimbulkan polusi air, dengan tema “Merespons Tantangan Global: Tantangan Kualitas Air”.

Sekitar 2.500 ahli, politisi, tokoh masyarakat, dan pebisnis berpartisipasi dalam pembicaraan tentang cara mengatasi kelangkaan air yang terus meningkat dan peran urbanisasi, pertanian, industri, dan perubahan iklim dalam menghabiskan pasokan air bersih.

Membuka forum tersebut, Direktur Eksekutif Institut Air Internasional Stockholm Anders Berntell menyoroti pentingnya memelihara kualitas air dan dia menyatakan bahwa air tak bersih menyebabkan lebih banyak kematian daripada gabungan malaria, AIDS, dan perang.

Sementara itu, direktur Minggu Air Dunia Jens Bergren menegaskan solusi-solusinya, “Sesungguhnya tidak ada kekurangan air secara fisik di dunia ini. Bagaimana mengelola air itulah masalah besarnya, dan itu adalah sesuatu yang mungkin harus diubah.”

Apresiasi kami, para peserta Minggu Air Dunia atas komitmen Anda dan berbagi keahlian. Semoga sukses dalam menemukan solusi efektif yang membantu memastikan kecukupan suplai sumber daya vital ini bagi orang-orang di seluruh dunia.

http://swedishwire.com/business/6056-water-pollution-is-on-the-rise-globally
http://en.rian.ru/Environment/20100905/160470340.html

Berita Tambahan
Dr. Satheesh C. Shenoi, Direktur Pusat Layanan Informasi Lautan Nasional India, memperingatkan bahwa perubahan iklim menyebabkan temperatur Lautan Hindia naik lebih cepat daripada lautan lain, yang dapat memberikan pengaruh kurang baik bagi 35% populasi global.
http://www.incois.gov.in/Incois/incois1024/index/index.jsp?res=1024

Asosiasi Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan Tunisia Afrika mengadakan acara malam di bulan Ramadan untuk membicarakan peningkatan upaya menuju pakta yang lebih layak dan mengikat pada konferensi perubahan iklim PBB mendatang di Cancun, Meksiko.
http://www.namnewsnetwork.org/v2/read.php?id=132277

Di jalan air Australia, kombinasi temperatur yang hangat dan kenaikan tingkat nitrogen dari limpasan pupuk, sekarang dua kali lipat dari batas atas keselamatan, telah menyebabkan kemunculan ganggang biru-hijau yang beracun, yang ilmuwan katakan berpotensi merusak ginjal dan organ-organ lainnya.
http://www.abc.net.au/news/stories/2010/09/06/3003290.htm?site=news
http://www.abc.net.au/news/stories/2010/09/07/3004455.htm
http://www.greenleft.org.au/node/17923