Perubahan iklim dikaitkan dengan gempa bumi dan letusan gunung berapi- 6 Okt 2009  
email to friend  Kirim halaman ini buat teman   Jika anda ingin menambahkan video ini ke dalam blog atau website pribadi anda, silahkan klik link berikut untuk mendapatkan source code-nya.  ambil source code   Cetak

Perubahan iklim dikaitkan dengan gempa bumi dan letusan gunung berapi

Ahli gunung berapi yang terkenal dari Inggris, Dr. Bill McGuire, baru-baru ini menyatakan bahwa sekarang menjadi jelas bahwa bahkan perubahan kecil  pada temperatur atmosfer dapat memicu aktivitas gunung berapi dan gempa bumi dari dalam kerak planet ini. Ini disebabkan oleh pencairan es yang cepat di beberapa tempat seperti Arktik dan Greenland yang menghilangkan tekanan dari permukaan Bumi dan menyebabkan efek pantulan. Daerah-daerah kerak yang memantul ini dapat dengan mudah mengubah tekanan pada titik gempa dan gunung berapi saat ini.

Berkomentar tentang kemungkinan dari kondisi seperti ini yang dapat menyebabkan gempa yang lebih sering, Dr. McGuire menyatakan, “Jika kita memberikan dan mengangkat beban pada titik yang aktif, maka itu akan memicu gempa bumi.” Dia menambahkan bahwa pada masa lalu aktivitas seperti ini telah menyebabkan tsunami besar-besaran selama pencairan yang terjadi pada akhir Abad Es yang terakhir.

Terima kasih tulus kami, Dr. McGuire dan kolega yang berbagi informasi penting ini tentang aspek pemanasan global yang membahayakan lainnya. Semoga kita segera bertindak menuju gaya hidup yang lebih harmonis dan berkelanjutan untuk menghindari bencana lebih lanjut di dunia kita.

Berbicara tentang keadaan planet kita yang genting, Maha Guru Ching Hai mengingatkan tentang tindakan yang akan segera meredakan kondisi menakutkan ini pada konferensi video Mei 2008 di Seoul, Korea.

Maha Guru Ching Hai: Menurut penelitian dan laporan para ilmuwan dan PBB, 9 dari 10 bencana disebabkan oleh pemanasan global. Anda dapat melihat ada semakin banyak bencana sekarang, dan hal itu membuat hati saya sangat sedih. Saya terus berusaha untuk memberitahu semua orang agar memperkecilnya. Dari sudut perseorangan, hindari saja produk hewani, menanam pohon, memakai energi berkelanjutan. Lalu segala hal yang lainnya akan menjadi jelas dengan tiba-tiba. Kita akan menemukan cara teknis yang lebih baik untuk menangani masalah iklim. Angin puting beliung akan menjadi hening. Gempa bumi akan lenyap begitu saja. Segala sesuatu akan berubah menjadi damai karena kita menciptakan kedamaian lalu kita akan miliki kedamaian.

Referensi
http://www.newscientist.com/article/mg20327273.800-climate-change-may-trigger-earthquakes-and-volcanoes.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Bill_McGuire

Hubungan antara perbudakan, hewan, dan keseimbangan Bumi

Kehidupan hewan ternak sangat singkat, tidak pernah bebas, dan selalu diteror serta menderita sehingga membuat banyak orang yang mengaitkan antara pembiakan ternak untuk makanan dengan perbudakan hewan.

Selama konferensi perubahan iklim di Hong Kong yang berjudul “Persatuan Global: Bersama Menyelamatkan Hidup”, Maha Guru Ching Hai hadir sebagai tamu kehormatan yang menyampaikan hubungan antara pembunuhan hewan dan menyelamatkan Bumi.

Maha Guru Ching Hai: Jadi, peternakan hewan melebihi perbudakan. Ini adalah takdir hukuman mati yang ditandai sejak lahir. Seluruh spesies dilihat lebih lemah, dan dianggap sebagai objek jual beli, penyiksaan, pembiakan, penyalahgunaan, dan pembunuhan dengan cara yang paling bengis yang membuat kita manusia menjadi makhluk yang paling kejam di Bumi dan kita tidak seharusnya ada di level itu sebagai manusia. Kita adalah manusia. Kita harus berperikemanusiaan. Hewan sama sekali tidak berbahaya, mereka sangat berguna bagi kita. Mereka adalah berkah bagi planet ini. Mereka memberikan planet ini lebih banyak kasih daripada yang dapat kita pancarkan. Itulah mengapa planet kita tetap dalam keseimbangan. Tapi sekarang terlalu banyak. Terlalu banyak bagi hewan-hewan itu untuk membantu kita dengan atmosfer kasihnya. Jadilah vegan. Dan saya yakin kita dapat membuat tragedi yang tidak perlu ini hilang, selamanya. Diakhiri selamanya. Dan semua makhluk akan hidup dalam damai, harmoni, senang, tanpa takut yang lain.

PEMBICARA: Pesan dari Maha Guru Ching Hai memberi kesan kepada para peserta.

Rosina Maria Arquati – Komunikator telepati Hewan di Hong Kong, Vegan (P): Saat melihat ada Guru Besar di sini yang bicara tentang vegan, memasak vegan, makanan organik, dan menyelamatkan Bumi, itu merupakan inspirasi yang besar bagi saya. Wanita yang sangat cantik, penuh kebijaksanaan, cinta kasih, dan pengertian.

Andrea – Pelajar sekolah dasar, Hong Kong (P): Saya setuju untuk menjadi vegetarian, karena saya tidak ingin menyakiti hewan, saya ingin melindunginya.

PEMBICARA: Terima kasih kami kepada semua peserta yang membuat konferensi ini berbuah. Kami berterima kasih kepada Maha Guru Ching Hai atas pengertian, pandangan, dan bimbingannya. Dengan berkah Surga, semoga tren vegan organik yang heroik dapat meluas hingga era perdamaian sejati di antara semua spesies ciptaan Tuhan.

Saksikan acara Kata-Kata Bijak Supreme Master Television untuk penayangan ulang sepenuhnya siaran langsung ini di hari mendatang, dengan terjemahan multibahasa.

Berita Tambahan

China mengumumkan bahwa lebih dari 66.000 hektar pohon telah ditanam selama dua tahun terakhir untuk mengekang perubahan iklim berkat dana yang diberikan oleh Administrasi Kehutanan Negara dan Yayasan Hijau China.
http://english.cctv.com/20090918/101372.shtml

Sebuah laporan tentang perubahan iklim oleh organisasi riset kebijakan yang berpusat di AS, Pusat Pembangunan Global, memasukkan 20 kota ke dalam daftar kota yang paling berisiko terhadap kenaikan permukaan laut dan peningkatan intensitas badai, dengan sebagian besar berada di Afrika dan Asia, tetapi juga mencakup Port Said, Mesir, dan Rio de Janeiro, Brasil.
http://www.cgdev.org/content/enews/detail/1420866/
http://www.irinnews.org/Report.aspx?ReportId=86388

Grup konservasi Dana Margasatwa Dunia (WWF) melaporkan bahwa kerusakan ekosistem akibat perubahan iklim mengancam 163 spesies langka yang mendiami wilayah Mekong Raya yang menjangkau Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Au Lac (Vietnam), dan Provinsi Yunnan, China.
http://www.reuters.com/article/environmentNews/idUSTRE58O2UU20090925