Jika Anda ingin menampilkan video ini ke blog atau website Anda, silahkan copy paste tag-nya:
Letupan Gas Metana : Bom Waktu Yang Aktif Oleh John Atcheson
Laporan terbaru Dewan Arktik tentang efek dari
pemanasan global di kutub utara menggambarkan pemandangan yang suram: banjir di
seluruh dunia, punahnya beruang kutub dan hewan mamalia laut lainnya,
menyusutnya produksi perikanan. Tetapilaporan itu mengabaikan bom waktu aktif yang terkubur di dalam tundra
Arktik.
Ada
begitu banyak sekali jumlah gas rumah kaca yang terjadi secara alami yang
terperangkap dalam struktur yang menyerupai es di dalam lumpur-lumpur dingin di
belahan utara dan di dasar laut. Es-es ini, yang disebut klatrat, mengandung
metana 3.000 kali lebih banyak daripada metana di atmosfer. Metana adalah gas
rumah kaca yang 20 kali lebih kuat daripada karbon dioksida.
Sekarang, inilah bagian yang mengerikan.
Kenaikan suhu hanya beberapa derajat saja akan menyebabkan gas ini menguap dan
“menyembur” ke dalam atmosfer, yang selanjutnya akan menaikkan suhu udara, lalu
metana terlepas lebih banyak lagi, memanaskan Bumi dan laut lebih jauh lagi,
dan seterusnya. Ada 400 gigaton metana yang
terkunci dalam padang
es artik yang beku, cukup untuk memulai reaksi berantai ini dan pola pemanasan
yang prediksikan oleh dewan artik cukup untuk melelehkan klatrat dan melepaskan
gas-gas rumah kaca ini ke atmosfer.
Sekali terpicu, siklus ini bisa menyebabkan
pemanasan global yang tak dapat dihentikanyang tak pernah diutarakan oleh mereka yang pesimis mengenai malapetaka.
Sebuah nubuat fantasi yang dibuat-buat oleh
aktivis lingkungan yang kalut? Sayangnya, tidak. Bukti geologi yang kuat
menunjukkan sesuatu yang serupa pernah terjadi paling sedikit dua kali
sebelumnya.
Bencana yang terakhir terjadi sekitar 55 juta
tahun yang lalu yang oleh para ahli geologi dinamakan Paleocene-Eocene Thermal
Maximum (PETM), ketika metana yang menyembur keluar menyebabkan pemanasan dalam
waktu singkat dan kematian massal, menganggu iklim lebih dari 100.000 tahun.
Kakek moyang dari bencana itu terjadi 251 juta
tahun yang lalu, pada akhir periode Permian, ketika serangkain ledakan metana
menyembur keluar menyapu habis semua kehidupan di Bumi.
Lebih dari 94 persen spesies laut yang
ditemukan dalam fosil saat ini menghilang tiba-tiba saat tingkat oksigen
menurun drastis dan kehidupan berada di ambang kepunahan. Lebih dari 500.000
tahun berikutnya, beberapa spesies berjuang untuk hidup di tengah-tengah
lingkungan yang tidak bersahabat. Dibutuhkan 20 sampai 30 juta tahun lamanya
bagi terumbu karang yang paling sederhana sekalipun untuk memperbaiki dirinya
sendiri dan bagi hutan untuk tumbuh kembali. Di beberapa area, bahkan
dibutuhkan lebih dari 100 juta tahun bagi ekosistem untuk memulihkan keragaman
hayati mereka seperti dulu.
Ahli geologi Michael J. Benton memaparkan
bukti ilmiah atas tragedi penting ini dalam sebuah buku terbaru, Ketika Hidup
Mendekati Kematian: Kepunahan Massal Terbesar Sepanjang Waktu. Seperti dengan
PETM, gas-gas rumah kaca, kebanyakan karbon dioksida dari meningkatnya
aktivitas vulkanik, sudah cukup untuk memanaskan bumi dan lautan untuk selanjutnya
melepaskan gas Metana dalam jumlah yang sangat banyak dari klatrat yang
sensitif ini, dan memicu dampak gas rumah kaca yang tiada henti.
Penyebab semua malapetaka ini ?
Dalam kedua kasus, kenaikan suhu udara sekitar
10,8 derajat Fahrenheit, di atas prediksi model saat ini mengenai kenaikan
rata-rata suhu global dapat diperkirakan berasal dari pembakaran minyak pada
tahun 2100. Tapi model-model ini tidak mengindahkan sesuatu yang penting,
mereka tidak memasukkan dampak letupan dari gas hidrat yang memanas. Yang lebih
parah, seperti yang ditemukan oleh Dewan Artik, kenaikan suhu udara tertinggi
yang berasal dari emisi rumah kaca manusia akan terjadi di wilayah kutub-sebuah
daerah yang kaya akan klatrat yang tidak stabil ini.
Bila kita memicu pelepasan gas Metana yang tak
dapat dihentikan ini, kita tidak dapat memutarbaliknya. Tidak dapat diperbaiki.
Sekali dimulai, ia kemungkinan akan berjalan terus.
Manusia kelihatannya mampu menghasilkan karbon
dioksida dalam jumlah yang setara dengan aktivitas vulkanik yang lalu dapat
memulai reaksi berantai ini. Menurut Survei Geologi AS, pembakaran bahan bakar
fosil melepaskan karbon dioksida 150 kali lebih besar daripada yang dikeluarkan
oleh gunung berapi-setara dengan tambahan sekitar 17.000 gunung berapi lain yang
seukuran dengan Kilauea di Hawaii.
Dan itu adalah bom waktu yang diabaikan oleh
Dewan Arktik.
Seperti apakah jadinya kalau manusia dapat
menyebabkan letupan gas metana dari pembakaran bahan bakar fosil? Tidak ada
yang tahu. Tapi itu mungkin sekali pada saat ini, dan menjadi semakin mungkin
dengan gagalnya kita bertindak dari tahun ke tahun.
Jadi lupakanlah naiknya permukaan laut,
lapisan es yang mencair, badai yang semakin kuat, semakin banyak banjir,
kehancuran habitat, dan kepunahan beruang kutub. Lupakan peringatan bahwa
pemanasan global dapat mengubah beberapa daerah pertanian utama dunia menjadi padang pasir dan
meningkatkan berbagai penyakit tropis, meskipun ini adalah hal-hal yang sangat
kita yakini akan terjadi.
Malah, marilah kita hadapi kebijakan
administrasi Bush yang menentang masalah ini. Kita tidak bisa membiarkan sinyal
pertama gagalnya kebijakan energi akhirnya menyebabkan kepunahan masaal
kehidupan di bumi. Kita harus bertindak sekarang.
John Atcheson, seorang ahli geologi, pernah
menduduki berbagai posisi dalam hal kebijakan di beberapa badan federal
pemerintah.