Di seluruh negara dimana penduduknya mengonsumsi nasi setiap hari,
harga beras kini telah meningkat begitu banyak sehingga menyebabkan kegelisahan
yang menyebar luas. Lalu pembatasan ekspor diterapkan di negara-negara penghasil
beras seperti India, China, Âu Lạc (Vietnam), dan Mesir. Sementara itu,
negara-negara yang tergantung pada produk-produk ini harus menanggulangi harga
bahan-bahan pokok yang tinggi. Faktor utama dari kekurangan global ini adalah
cuaca yang ekstrem yang disebabkan oleh pemanasan global, yang mengakibatkan
berkurangnya panen.
Pada konferensi perubahan iklim PBB baru-baru ini di Thailand,
delegasi dari Mali, Nigeria, dan Guinea-Bissau berbicara tentang mata rantai
yang jelas antara pemanasan global dan produksi makanan, seperti yang disaksikan
di negara mereka.
Bpk. Boubacar Sidiki Dembele, Penasihat Teknis,
Kementerian Lingkungan Mali: Penggurunan memiliki hubungan yang sangat
besar dengan produksi pertanian, karena curah hujan menurun, tanah menjadi
gersang dan kita tidak bisa mendapat produksi yang cukup dari pertanian untuk
makanan pokok manusia dan hal-hal lain yang berhubungan.
Menurut laporan dari Organiasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO),
harga beras telah naik sebesar 70% selama tahun lalu.
Bpk. Boubacar Sidiki Dembele, Penasihat Teknis,
Kementerian Lingkungan Mali: Kami mengalami efek buruk dari perubahan
iklim sekarang. Dan efek ini mempengaruhi secara buruk pada makanan pokok
seperti padi-padian, beras, dan bahkan produk-produk lainnya.
Curah hujan yang menurun dan kekurangan akses terhadap air adalah
dampak-dampak nyata dari perubahan iklim. Banyak pemerintah Afrika yang
memprioritaskan kebijakan adaptasi nasional untuk meyakinkan pertahanan hidup
bangsa mereka.
Bpk. Alexandre Cabral, perwakilian PBB dari Guinea-Bissau:
Kami akan melakukan penelitian terhadap kerentanan untuk mendapatkan opsi
konkret dari adaptasi terhadap perubahan iklim di kawasan perairan, pertanian,
kesehatan, dan erosi pantai.
Bpk. Saley Hassane, Sekretaris Eksekutif, Dewan Nasional
untuk Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Nigeria: Kita harus
mengembangkan, menggunakan teknologi bersih yaitu yang non-polusi.
Para delegasi kemudian ditanya apa pendapat mereka tentang
vegetarisme sebagai bagian lain dari solusinya.
Bpk. Alexandre Cabral, perwakilian PBB dari Guinea-Bissau:
Itu akan membantu penghematan, dan bagi kesehatan manusia, itu juga baik. Apa
yang kita makan sekarang menyebabkan obesitas. Sangat baik jika kita bisa
menjadi vegetarian.
Bpk. Saley Hassane, Sekretaris Eksekutif, Dewan Nasional
untuk Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Nigeria: Pertanyaan
mengenai vegetarisme tidaklah menjadi masalah, terutama di Afrika, karena banyak
orang dalam tradisi mereka yang telah terbiasa untuk tidak memakan daging. Ada
suku-suku yang tidak pernah makan daging sejak mereka lahir. Dalam masyarakat
tradisional, orang telah membiasakan diri makan sayuran. Dan mayoritas dari
emisi gas rumah kaca berasal dari ternak.
Bpk. Boubacar Sidiki Dembele, Penasihat Teknis,
Kementerian Lingkungan Mali: Pada beberapa adat di Afrika pada hari
Jumat kami terbiasa tidak makan daging. Jika kami perpanjang menjadi tujuh hari
seminggu, itu tidak akan terlalu sulit bagi kami.
Bpk. Saley Hassane, Sekretaris Eksekutif, Dewan Nasional
untuk Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Nigeria: Di Afrika kami
mencoba makan kacang kedelai.
Kebanyakan dari negara-negara Afrika adalah penghasil emisi karbon
yang rendah, namun tanah mereka mengalami efek terbesar dari perubahan iklim.
Karena para pejabat terus bekerja secara aktif untuk melakukan apa yang
diperlukan oleh keadaannya, ketiganya menekankan perlunya bekerja sama – dan
dilakukan dengan cepat.
Bpk. Saley Hassane, Sekretaris Eksekutif, Dewan Nasional
untuk Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Nigeria: Dunia kita
dalam keadaan bahaya. Kita harus menyelamatkan planet ini sekarang! Dengan
segera. Semua orang, dunia ini telah menjadi satu perkampungan. Kita harus
menyelamatkan perkampungan itu.
Sumber:
http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/7328087.stm
http://in.reuters.com/article/businessNews/idINIndia-32846720080404?pageNumber=1&virtualBrandChannel=0
http://news.bbc.co.uk/2/hi/south_asia/7324596.stm