Jessie Fan: Cinta teragung adalah cinta universal.
Sama halnya, seni agung harus bersifat universal dan merangkul semua
hal. Tari ini menggambarkan cinta saya pada Dunhuang, cinta saya pada
seni tari dan antusiasme saya pada koreografi. Sejak awal, saya selalu
memiliki visi bahwa itu harus bersifat universal.
Supreme Master TV: Kita akan mengenal tari
rakyat gemilang yang diilhami seni spiritual yang ditemukan di
Dunhuang, sebuah kota kuno di China barat laut. Sebagai perempuan muda,
Jessie Fan belajar menari di Universitas Kebudayaan China di Formosa
(Taiwan). Secara kebetulan dia berkenalan dengan gaya menari unik yang
mengubah hidupnya.
Jessie Fan: Saya mulai antusias terhadap tari
Dunhuang saat saya kuliah. Saya pertama kali menonton tari Dunhuang
yang dibawakan oleh seorang rekan mahasiswa. Saya diberitahu oleh
sekolah bahwa itu adalah salah satu tari klasik. Kostum, musik, dan
koreografi dalam tari ini, semuanya berbeda dari sejumlah tari rakyat
yang pernah saya pelajari saat masih kecil.
Belakangan, saat pergi belajar di Jepang, saya
melihat film dokumenter di TV tentang Dunhuang, yang sangat menyentuh
hati saya. Sejak itu, saya mulai belajar tari Dunhuang. Bilamana saya
bicara tentang Dunhuang, saya selalu merasa ingin menangis. Itu karena
tari ini sangat menyentuh hati saya dan saya tidak akan pernah
meninggalkannya. Ia telah menjadi bagian dari hidup saya.
Supreme Master TV: Dimulai pada Dinasti Han,
Dunhuang, yang terletak di oasis padang gurun di Provinsi Gansu, China,
menjadi kota penting pada rute dagang yang pernah maju pesat, yang
menghubungkan peradaban China dengan sub-benua India, Timur Tengah, dan
Eropa. Selama berabad-abad, Dunhuang menyambut rahib, pedagang,
diplomat, dan pelancong dari jauh, memasok mereka dengan perbekalan dan
barang dagangan, dan merangkul mereka dengan keramahan. Sejarah
Dunhuang sebagai pusat Buddhis dimulai pada abad ke-4 Masehi.
Jessie Fan: Pada mulanya, ada dua biarawan
bernama Le Zun dan Le Shan, yang datang ke suatu daerah antara Gunung
Sanwei dan Gunung Wushan untuk meminta sedekah. Saat mereka berjalan
sepanjang tebing itu, mereka tiba-tiba melihat cahaya emas muncul dari
dinding tebing. Mereka sangat gembira. Mereka mengira bahwa itu adalah
tanda dari Buddha. Maka, mereka segera berlutut dan berterima kasih
kepada manifestasi cahaya Buddha itu. Mereka mengira bahwa itu pasti
tanda dari Buddha, memberitahu mereka untuk melakukan pekerjaan Buddha
di daerah itu. Maka, mereka menggalang dana untuk sumbangan dan
menggunakannya untuk membangun dua gua kecil. Lambat laun, makin banyak
gua dibangun. Gua-gua itu disebut Gua Seribu Buddha. Ukuran gua-guanya
semua berbeda. Sebagian hanya sebesar pohon palem dengan satu patung
Buddha mini di dalamnya. Saya kira gua-gua ini sangat agung karena
berasal dari upaya spontan oleh orang-orang, karena mereka tergerak
oleh keyakinan mereka. Gua-gua mereka sangat indah, sangat artistik,
dan sangat menyentuh sehingga mengilhami orang untuk terus membangun
lebih banyak gua pada 10 dinasti berikutnya.
Supreme Master TV: Total ada 492 gua di
Dunhuang, juga dikenal sebagai Gua Mogao. Pada awal tahun 1920-an,
ribuan manuskrip kuno dalam berbagai bahasa ditemukan dalam salah satu
gua. Buku tersebut memiliki jangka waktu dari 100SM–1.200M dan mencakup
beraneka ragam subjek yang meliputi agama, filosofi, literatur,
sejarah, pengobatan, matematika, astronomi, musik, dan tari. Di dalam
gua-gua itu terdapat total 42.000 meter persegi lukisan dinding penuh
warna yang menggambarkan kisah Buddhis dan adegan surgawi serta banyak
pahatan Buddha dan Bodhisattva.
Untuk keterangan lebih lanjut tentang Jessie Fan, silakan kunjungi:
www.JessieFan.com