Raja Tran Nhan Tong, seorang penguasa suci dari Au Lac (Vietnam) yang membawa perdamaian dan kebahagiaan untuk negaranya melalui kebajikan dan aspirasi spiritual. Dia adalah kaisar ketiga dari Dinasti Tran pada abad ke-13.
Raja Tran Nhan Tong nama aslinya adalah Tran Kham. Lahir tahun 1258 di Nam Dịnh, Au Lac Utara (Vietnam), Kelahiran yang Mulia digambarkan dalam sebuah buku "Sejarah Vietnam" sebagai kejadian luar biasa: "Ketika raja itu lahir, ayahnya, Raja Thanh Tong, menyebutnya sebagai Buddha Emas, karena warna kulitnya terang seperti emas."
Tulisan suci dari Silsilah Zen menobatkan tentang raja masa depan: "Mempelajari sifatnya, sang cenayang berkata: Putra Mahkota-Nya adalah seorang yang sangat bijak, memanggul karya-karya besar serta seorang guru dari sepuluh penjuru." Seiring Pangeran Tran Kham semakin dewasa, dia menunjukkan kepintarannya yang tinggi, unggul dalam menguasai topik keduniawian seperti astrologi, kedokteran, musik, dan puisi, dan juga topik spiritual termasuk Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme.
Ayahnya ingin mewariskan mahkota untuk Tran Nhan Tong ketika dia baru berusia 16 tahun. Namun, Tran Nhan Tong tidak menerima tawaran ini dan mengusulkan pada ayahnya biarkan adiknya yang menggantikannya sebagai pewaris takhta berikut. Ayahnya tentu saja tidak setuju karena ia percaya bahwa Tran Nhan Tong lebih mampu menangani tanggung jawab besar ini.
Suatu malam, putra mahkota diam-diam meninggalkan istana ke Gunung Yen Tu untuk berlatih spiritual. Ayahnya memerintahkan pejabat kerajaan untuk membawanya kembali. Meskipun putra mahkota tidak ingin kembali, dia mematuhi keinginan ayahnya dan menjadi raja pada tahun 1279 pada usianya ke-21.
Sejak usia yang sangat muda, Ayahnya Yang Mulia menyuruhnya belajar dengan Guru Zen Tue Trung Thuong Si tentang Buddhisme, dan dia menjadi akrab dengan konsep Zen. Sebelum upacara yang mengukuhkan sebagai putra mahkota, Dia bertanya pada Tue Trung Thuong Si, "Apa inti sari dari Zen? " Tue Trung Thuong Si menjawab, "Bahwa alam Budha ditemukan dengan berbalik arah ke dalam, bukan dicapai dengan apa pun di luar."
Saat dia bertahta, Raja Tran Nhan Tong segera melakukan serangkaian langkah-langkah untuk meningkatkan potensi sosial, ekonomi, dan diplomatik negaranya. Raja yang murah hati ini memberikan grasi nasional. Dia dengan cepat menyelesaikan keluhan sosial yang ada dalam kerajaan dan memulihkan kepercayaan publik, pejabat pemerintah dan sistem peradilan.
Selain itu, Raja Tran Nhan Tong mengatur petani dan menegakkan peraturan untuk memotong dan membebaskan pajak produk pertanian. Kemampuan diplomatik raja dengan negara-negara tetangga membawa perdamaian jangka panjang untuk negaranya.
Sebagai penguasa yang baik hati dan bijaksana, Raja Tran Nhan Tong menghargai kontribusi individu-individu berbakat yang menyebabkan banyak orang berbakat dan bijak membantu dia membangun bangsa yang makmur dan stabil. Selain itu, Yang Mulia memperlakukan semuanya sama dan terhormat. Tidak hanya Raja Tran Nhan Tong sebagai penguasa yang luar biasa, tetapi dia juga menjadi masyhur atas kebaikan hatinya.
Ketika negara itu dalam pergolakan dan di ambang kematian, sejumlah jenderal, tetua, dan kerabat kerajaan telah merencanakan menyerah kepada pihak lawan untuk menyelamatkan diri. Lalu, ketika perdamaian dibangun kembali, Raja menemukan sebuah peti mengandung bukti yang mengungkapkan identitas pembelot ini. Alih-alih menghukum orang-orang ini, Yang Mulia memutuskan mengizinkan peti untuk dibakar. Akibatnya, pembelot ini tersentuh oleh kebaikan dan welas asih Raja terhadap mereka dan kemudian dengan setia melayani negara. Yang Mulia bersimpati dengan penderitaan dan tidak ingin mempengaruhi kesatuan di antara rakyatnya.
Raja Tran Nhan Tong menegaskan bahwa "Raja dan rakyatnya harus setuju, saudara sebangsa dalam harmoni, negara dan rakyatnya bekerja sama." Ini adalah kekuatan bangsa Aulac (Vietnam) yang memungkinkan mereka berdiri teguh di atas kaki mereka dan mengatasi banyak tantangan. Oleh karena itu, negara ini menikmati masa kemakmuran dan kekuatan di bawah pemerintahannya.
Pada tahun 1299, Raja Tran Nhan Tong memberikan mahkota kepada putranya dan pergi ke gunung Yên Tử untuk retret rohani. Setelah lima tahun, Yang Mulia mencapai pencerahan dan memakai nama Dharma Trúc Lam. Setelah itu, ia mendirikan Sekolah Trúc Lâm Zen
Sebagai Guru Zen Trúc Lam ia menyatakan: Aduh! Buddha berada di rumah, saya tidak perlu mencari. Ketika bodoh saya mencari Buddha, Sekarang aku sadar Buddha adalah saya.
Leluhur Pertama Trúc Lâm menjalani hidup sederhana. Dia berkata: Makan sayuran atau buah-buahan, pahit atau pedas, tidak prihatin dengan rasa.
Sejarah mencatat bahwa ia menolak untuk naik kuda dan perahu kerajaan, memilih untuk berjalan. Master Truc Lam juga mengajarkan bahwa bahagia berasal dari merasa puas dengan kehidupan seseorang.
Menikmati hidup yang saleh lebih merupakan satu hadiah dalam pondok jerami, nilainya lebih daripada setengah istana.
Bersuka cita dalam kebenaran adalah harta karun dalam sebuah pondok beratap batu, nilainya lebih dari sebuah kastil.
Pada tahun 1304, Raja Tran Nhan Tong menjelajahi banyak daerah untuk berceramah, mendorong orang mematuhi Lima Sila dan Sepuluh Sila Kebaikan.
Lima Sila tersebut termasuk tidak membunuh, tidak minum alkohol, tidak mencuri, tidak berzina, dan tidak berbohong.
Sepuluh Pantangan Kebaikan termasuk kelima sila tersebut ditambah dengan tidak bermuka dua, tidak bergosip, tidak membesar-besarkan, tidak rakus, tidak marah, dan tidak berpikir yang tidak bermoral.
Ketika Raja Tran Nhan Tong meninggalkan Gunung Yen Tu dia berkelana untuk berbagi ajaran Sepuluh Sila Kebaikan untuk mengarahkan semua orang ke jalan yang benar. Untuk orang-orang dengan tingkat rohani lebih rendah, ia mengajarkan mereka menjaga Lima Sila. Bagi mereka dengan tingkat kesadaran spiritual yang lebih tinggi, dia mengajarkan mereka untuk melakukan Sepuluh Sila Kebaikan. Dan bahkan untuk mereka dengan jodoh spiritual yang lebih tinggi, ia mengajarkan Metode Tertinggi.
Master Truc Lam juga mendorong orang mengejar latihan spiritual untuk mencapai pencerahan. Dia mengajarkan: Belajar Tao untuk membayar kembali kebaikan dari Orang Suci dan orangtua kita.
Hargailah Buddha, terapkanlah diet vegetarian. Terlebih lagi, sebagai seorang vegetarian, Raja Tran Nhan Tong menganjurkan pola makan tanpa hewani sebagai landasan untuk hidup yang penuh kasih sayang dan damai.
Master Truc Lam: "Semua orang ingin hidup dan karena itu takut akan kematian. Jadi, mengapa kita secara paksa mengambil kehidupan makhluk lain untuk mempertahankan tubuh kita? Orang bijak yang agung pernah berkata bahwa untuk menciptakan dunia yang damai, pertama kita harus menciptakan itu di makanan kita, benar? Itu sebabnya pertama kita perlu mengembangkan welas asih kita; dan kedua, menciptakan karma negatif yang lebih sedikit. Pola makan vegetarian juga membawa banyak perubahan yang bermanfaat untuk hati kita. Para pelaku vegetarian merasa lebih damai dan dekat dengan orang lain, dan mereka cenderung kecil kemungkinan hilang kendali atas emosi mereka."
Leluhur Pertama menekankan bahwa untuk mencapai pencerahan, selain menjaga pola makan berbahan nabati, kita juga harus memiliki anugerah seorang Guru yang tercerahkan. Dia berkata: Berbahagialah engkau yang menemui Guru sejati, untuk pencerahan akan terjadi dalam semalam Beruntung bagi yang menemui seorang teman yang tercerahkan, karena sebuah udumbara akan mekar.
Master Trúc Lam: "Seorang Guru adalah orang yang berpengalaman yang tahu bahwa kebenaran ada di dalam semua orang. Setiap orang memilikinya, namun karena ketidaktahuan, kita tidak menyadarinya. Jadi, seorang Guru menggunakan berbagai metode untuk mengingatkan, membangunkan, dan menjelaskan pada kita agar kita ingat siapa diri kita. Kita perlu seorang guru, tetapi peran guru adalah hanya membimbing kita dan menunjukkan kita jalan. Kita sendiri harus berjalan di jalannya."
Latihan dari Leluhur Pertama Trúc Lâm memiliki karakteristik yang unik. Dia menyatakan konsep di ayat berikut: "Untuk menyadari Kebenaran selagi di dunia ini, tidak ada pujian yang lebih tinggi untuk Tinggal di gunung, namun jauh dari Tao, tidak ada yang lebih buruk dan lebih sia-sia daripada itu."
Dengan mengikuti prinsip ini, walaupun sudah menyendiri, Raja Tran Nhan Tong terus membantu dalam hal-hal penting kenegaraan. Pada tahun 1293, ia kembali ke istana untuk memeriksa kemajuan urusan nasional. Ketika panen gagal pada tahun 1304 dan kelaparan besar terjadi, raja yang lebih tua secara pribadi pergi ke banyak desa untuk mendistribusikan beras kepada rakyatnya.
Pada tahun 1308, sebelum pergi dengan damai dari alam duniawi, Raja Tran Nhan Tong memanggil murid-muridnya untuk memberikan instruksi terakhir dan untuk membaca puisi, "Penyampaian" sebagai berikut: Segala sesuatu tidak diciptakan. Segala sesuatu tidak dihancurkan. Jika seseorang menyadari kebenaran ini sepanjang waktu, Buddha akan selalu berada sini sekarang. Bagaimana semua pernah datang dan pergi?
Sebuah cerita legendaris menyatakan: "Pada waktu itu, wewangian dihembuskan ke udara dan musik terdengar dari langit. Awan lima warna berkumpul menjadi kanopi untuk menaungi tempat tubuh Raja yang sedang dikremasi."
Setelah kremasi, murid-murid mengumpulkan semua relik 5 warna dari abunya. Sebagian relik disimpan di menara suci di Duc Lang sementara sisanya dibungkus di menara emas Pagoda Van Yen, di Gunung Yen Tu.
Setiap tahun, dari tanggal 10 Januari sampai akhir Maret kalender Imlek, ribuan orang pergi berziarah ke Gunung Yen Tu untuk memberikan penghormatan ke Leluhur Pertama Truc Lam Zen yang bernama Raja Tran Nhan Tong.
Raja Tran Nhan Tong benar-benar raja yang mulia, penyair yang cakap, dan seorang guru tercerahkan. Di bawah pemerintahan yang luhur, Au Lac (Vietnam) berkembang secara harmonis. Setelah mencapai pencerahan, dia mampu memperluas kasih tanpa batas pada semua makhluk hidup dan memerintah negeri dengan kebijaksanaan. Dengan demikian, ia membawa kedamaian sejati dan kebahagiaan bagi semua.