Para seniman adalah duta budaya yang lewat karya seni mereka dapat memberikan pemahaman, persahabatan, dan kedamaian di antara daerah yang berbeda di dunia. Beberapa orang yang mengikuti panggilan ini di antaranya Weam Namou Yatooma, penyair dan penulis novel, Amer Hanna Fatuhi, perupa dan sejarawan; Sahir Al-Malih, produser radio dan TV dan penerbit; Salah Kulato, seniman dan sutradara teater; Sonia Diri, seorang artis, Rev. Jacob Yassor, Pendeta Pastor Gereja Katolik Chaldea Hati Suci, Katolik Chaldea Hati Suci, dan banyak lagi.

Mereka adalah kelahiran Irak tapi telah melanglang buana melewati perbatasan dan melintasi benua-benua. Mereka berupaya menggunakan bakatnya untuk membawa keharmonisan pada dunia. Yang memungkinkan mereka mencapai impian ini adalah komunitas yang mereka buat, Yayasan Seniman Irak bertempat di Michigan, AS. Ibu Weam Namou Yatooma, pendiri dan presiden dari pendiri dan presiden dari Yayasan Seniman Irak (IAA), bercerita dengan kami tentang sejarah mereka.

Ibu Weam Namou Yatooma: Yayasan ini didirikan pada bulan Juli 2007. Dan yayasan didirikan karena beberapa seniman. Seniman kelahiran Irak merasa mereka kekurangan komunitas, bukan kekurangan seniman, kekurangan suatu tempat dimana kami bisa mendukung karya satu dengan yang lain, dan pada dasarnya untuk bekerja sama. Jadi sekitar 3, 4 dari kami berkumpul dan kami membentuk organisasi ini.

PEMBAWA ACARA: Pertemuan pertama Yayasan Seniman Irak diadakan pada tanggal 22 Agustus 2007 di Galeri Seni Mesopotamia di Michigan, di antara seniman berbakat, intelektual, filsuf, penulis, dan musisi Irak. Mereka akan melakukan semua untuk membuat masyarakat mengenal kecantikan masa lalu seperti halnya sekarang dari tanah kelahirannya.

Ibu Weam Namou Yatooma: Kami telah melakukan berbagai acara di fakultas dan universitas serta perpustakaan untuk menunjukkan budaya Irak dan memperkenalkan kepada masyarakat tentang Irak yang kami sadari sebagian besar orang Barat tidak mengenalnya.

PEMBAWA ACARA: Salah satu tugas utama Yayasan Seniman Irak adalah mengembalikan hubungan yang terlupakan antara peradaban kuno Mesopotamia dan budaya Irak dengan masyarakat masa kini. Misalnya, Bapak Amer Hanan Futuhi, pendiri dari Yayasan Seniman Irak dan Direktur dari Galeri Seni Mesopotamia, menulis secara mendalam tentang sumbangan masyarakat Irak pada umat manusia dalam bukunya, “Cerita yang tak Terungkap dari Orang Irak Asli.” Bapa Jacob Yassor dari Gereja Katolik Chaldea Hati Suci menyelesaikan kamus untuk lebih memahami masa lalu bersama umat manusia di tanah Irak.

Father Jacob Yassor: Ingat cerita alkitab? Dimana Abraham dan ciptaan, mereka menyebut dua sungai, dari surga itu, Tigris and Eufrat.  Mereka ada di Irak, sekarang disebut Irak, dan saya rasa kata Irak berasal dari kata Akkadian “Uruk,” yang merupakan kota kuno di daerah tersebut, Irak Selatan, atau Uruk atau “Urka,” dalam bahasa Arab mereka sebut “Urka.” Irak berasal dari kata tersebut.

Ibu Weam Namou Yatooma: Penulis pertama yang tercatat dalam sejarah adalah seorang wanita dari Irak kuno, namanya Enheduanna. Dia seorang penyair. Hal itu sangat berarti.

Ibu Weam Namou Yatooma: Itulah sisi indahnya Irak. Dan biasanya seni dihubungkan dengan kecantikan. Harapan kami adalah kami meraih lebih banyak penonton. Dan saya rasa bagian dari keinginan ini datang dari cinta kami pada budaya kami, pada warisan kami.

PEMBAWA ACARA:  Pada bulan Januari 2008, Yayasan Seniman Irak bekerja sama dengan Galeri Seni Mesopotamia dan Universitas Madonna untuk mengadakan Minggu Budaya Irak pertama di Michigan dengan tema “Pelopor Lain Irak” yang membuka mata masyarakat dimana depot buku, pembacaan puisi, pameran pembacaan puisi, pameran dari seni kontemporer, dan konferensi tentang peradaban Chaldean dan Babylonia di Irak Kuno. Bagi banyak orang Amerika Utara, ini adalah pertama kalinya mengetahui kecerdasan masyarakat asli Irak.

Father Jacob Yassor: Seperti yang saya katakan sebelumnya, mereka menemukan ada satelit dan mereka membagi waktu menjadi unit, jam, menit dan detik, menjadi minggu, bulan, dan tahun. Ini adalah karya orang Babylonia. Setiap kali Anda dapat melihat jam Anda, ingatlah siapa membuat kedua belas angka ini, kenapa dua belas angka. Industri hari ini dibangun di atas roda. Orang Syiria dan Chaldea menemukan roda...

PEMBAWA ACARA:  Delapan seniman kontemporer Irak yang terkenal di dunia international ikut serta selama tur seni di Minggu Budaya Irak. Bagiannya termasuk patung kayu yang menarik dan lukisan dari Burkan Saleh Kirkukly, gabungan patung berukuran sedang yang memikat oleh Farouk Kaspaules, potret lembut oleh Paul Batou, kecintaan pada warna dalam karya Nadwa Qaragholi, dan masih banyak lagi. Bersama, karya-karya ini melahirkan budaya Irak yang sempurna dan tulus, masyarakat Irak yang hidup penuh kasih.

PEMBAWA ACARA: Musik dan seni pertunjukan menambah karisma unik Yayasan Seniman Irak. Kelompok musik tradisional bernama Marhaba atau Welcome, mengenalkan kembali budaya musik Irak berusia 7.000 tahun kepada dunia masa kini. Rombongan teater juga menggambarkan budaya Irak dan masyarakatnya dengan permainan mereka yang luar biasa yang dipertontonkan setiap tahun. Para seniman menggabungkan ingatan dan pemahaman pribadi mereka terhadap budaya Irak.

Ibu Weam Namou Yatooma: Orang Chaldea memiliki tarian rakyat yang indah. Mereka memiliki langkah-langkah khusus dan ada yang sangat spesial tentang orang-orang yang berpegangan tangan dan menari dan bernyanyi bersama. Dan saya merasa seperti hal ini sungguh melukiskan budaya Irak. Terasa ada persatuan di sana, apakah hal itu dengan menari atau dengan rumah. Anak-anak tidak keluar dari rumah orangtuanya sampai mereka menikah. Begitu banyak kepedulian dan tiap orang dalam keluarga mengemban amat banyak tanggung jawab dimana anak merawat orang tua, dan sebaliknya, sebisanya mereka lakukan.

Adnan: Kedekatan keluarga itulah, segalanya terjadi bersama keluarga, semuanya berkisar di sekitar keluarga. Kami sangat memperhatikan terhadap apa pun juga, kelahiran seorang anak, maksud saya, pesta besar. Begitulah yang saya rasakan di sana, mereka sangat menikmati hidup.

Ibu Weam Namou Yatooma: Walaupun saya telah tinggal di sini di AS selama 30 tahun, saya masih ingat banyak hal, banyak hal-hal indah mengenai Irak. Saya sesungguhnya hidup dengan gaya yang sangat traditional. Namun pada saat yang sama saya sangat menghargai cara hidup orang Amerika, karena hal itu telah terlukiskan dalam karya saya. Ada sangat banyak dukungan saat bekerja di sini.

PEMBAWA ACARA: Salah satu upaya khusus oleh para anggota dari Yayasan Seniman Irak adalah proyek film yang baru saja selesai yang menunjukkan masyarakat Irak di layar perak dalam hal membangun. Berjudul “Pernikahan Kartu Hijau”, film itu adalah komedi yang menceritakan tentang wanita dan pria Irak yang mencari makna hidup dan makna dari pengalaman bersama mereka. Berdasarkan film pendek hasil karya asli dari Ibu Weam Namou Yatooma, inilah film roman Irak pertama yang muncul di dunia perfilman AS.

Ibu Weam Namou Yatooma: Saya belajar di sekolah film, karena saya ingin meraih sebanyak mungkin penonton. Sebagai penulis saya merasa bahwa saya akan meraih lebih banyak orang dengan cerita saya lewat filmnya. Akhirnya saya merasa seperti saya ingin menghasilkan film Irak Amerika pertama.

PEMBAWA ACARA: Ibu Weam Namou Yatooma telah mengarang tiga novel, “Seni Feminin,” “Kepang Tidak Sepadan,” dan “Cita Rasa Budaya,” termasuk puisi dan artikel untuk jurnal AS dan internasional. Tetapi dia percaya bahwa untuk bisa menyutradarai filmnya sendiri adalah penting untuk menjaga agar ceritanya benar dan dekat dengan masyarakat Irak biasa yang ditulisnya. Seniman dan teman-teman dari IAA dan di luarnya yang mendukung proyek film itu, termasuk kakak kandungnya Ibu Namou Yatooma yaitu Bapak Adnan Namou.

Adnan Namou: Salah satu hal yang saya pikirkan tentang film ini adalah ia sepenuhnya mengambil sisi ringan hatinya. Film ini lekat tentang bagaimana mereka hidup setiap harinya di dalam Amerika Serikat dan tetap menjaga budaya dari negara asalnya, terutama berkenaan dengan agama.

PEMBAWA ACARA: Ibu Sonia Diri, yang mulai berakting sejak berusia 6 tahun dan telah memulai karir besar dalam modeling dan akting di perfilman Dubai dan Lebanon, dia bersedia menolak banyak tawaran kerja demi film ini.

Sonia Diri: Banyak sutradara dan produser yang ingin agar saya bermain dalam filmnya atau menjadi model di Dubai. Saya katakan, “Tidak, saya ingin melakukan sesuatu untuk Irak, untuk budaya, untuk masyarakat saya, karena saya orang Irak.” Saat saya datang dari Dubai, minggu pertama saya bertemu dengan Weam.

PEMBAWA ACARA: Pengalaman pembuatan film ini telah memperluas bakat dan kemampuan seniman-seniman Irak sambil membuat mereka makin dekat satu sama lain.

Salah Kulato: Satu hal yang saya pelajari adalah, ada begitu banyak orang terlibat, ide ini tidak saja datang dari satu orang. Anda harus membawa semuanya bersama dan menjadikannya satu. Tapi ada berapa banyak orang yang terlibat dan sesungguhnya menambahkan, terutama dengan bakat mereka.

PEMBAWA ACARA: Guru Ibu Weam Namou Yatooma di Institut Motion Picture Michigan, AS sutradara film Bapak Lance Kawas juga bekerja sama dengan antusias dalam menyutradarai dan menyempurnakan filmnya.

Bpk Kawas: Apapun Weam dan saya lakukan untuk film ini akan mencerminkan masyarakat Irak dalam sisi yang positif, untuk memberikan cita rasa budaya dan warisan dan rasa hormat dan bangga pada wanita Irak dan masyarakat Irak umumnya. Dan itulah tujuan utama dari film ini dan saya harap kami bisa melakukannya.

Bpk Kawas: Film adalah media yang bagus jika dilakukan dengan benar. Dan naskah ini memiliki baik elemen drama maupun humor dalam latar yang sangat hidup. Dan itulah yang sangat saya sukai. Dan itu adalah juga, sisi unik dari budaya Irak-Amerika. Dan itu adalah komunitas penuh semangat, ada pengacara, ada akuntan, ada pedagang. Generasi mudanya adalah anak muda penuh semangat. Saya harap kami dapat melangkah bersama sebagai satu kelompok dan membuat proyek ini benar-benar berhasil.

PEMBAWA ACARA: Tiga tahun lalu,  pendiri dari Yayasan Seniman Irak menulis baris ini dalam pernyataan mereka: “Seniman, lewat bahasa seni universal, memiliki peran penting  dalam masa depan kita.” “Namun, bagi para seniman, untuk menggunakan kreativitas terbaik mereka, mereka perlu tempat dan suatu komunitas yang mendorong kebebasan berekspresi mereka dan memberikan dukungan untuk mereka. Hal ini adalah tujuan dari sejumlah orang Irak dan seniman Irak-Amerika yang tinggal di Amerika Serikat (Michigan).” Hanya dalam tiga tahun, Yayasan Seniman Irak telah menjadi lebih dari sekedar rumah dan komunitas; dia menjadi mercu suar untuk mempromosikan keindahan budaya, keharmonisan dan kedamaian di dunia kita. Banyak terima kasih kepada Yayasan Seniman Irak dalam upaya indah ini. Semoga Surga memberkahi semua yang terlibat dengan keberhasilan.

Untuk tahu lebih banyak tentang Yayasan Seniman Irak silakan kunjungi www.iraqiartists.org