Tanya: Apakah dampak konsumsi daging terhadap keragaman hayati?
Maha Guru Ching Hai:
Charlie, konsumsi daging mempunyai dampak merusak yang besar terhadap
keragaman hayati yang sangat penting agar Bumi bisa berfungsi, maka
keragaman itu harus dilindungi. Tak peduli seberapa kecil, tiap spesies
mempunyai peran untuk membantu keseimbangan ekosistem kita, yang
terbukti secara ilmiah. Namun, konsumsi ikan maupun daging hewan
berjalan terus dan mengakibatkan kerusakan terhadap keragaman hayati di
seluruh dunia. Di lautan dan jalur air tawar, begitu banyak spesies ikan
yang telah hilang, berikut seluruh lingkungan perairan seperti terumbu
karang yang musnah oleh praktik pemukatan dan penangkapan ikan dengan
bahan peledak. Di daratan, konsumsi daging bertanggung jawab terhadap
penebangan daerah yang luas untuk menanam tanaman pakan, seperti kacang
kedelai, untuk diberikan kepada ternak. Sebuah contoh adalah hutan
Amazon yang dibabat telah berubah dari hutan subur menjadi tanah kosong
digunakan untuk penggembalaan ternak atau terutama untuk tanaman
pakan-ternak. Dengan kegiatan-kegiatan ini yang pada dasarnya merampok
keragaman hayati kita, sudah terdapat peningkatan yang merisaukan atas
hilangnya flora dan fauna. Laporan Penaksiran Ekosistem Milenium 2005
mencatat bahwa sekitar 30% mamalia, burung, dan spesies amfibi yang saat
ini terancam punah – semua disebabkan oleh tindakan manusia. Dan salah
satu studi yang paling komprehensif yang pernah dilakukan di lapangan
sekarang meramalkan bahwa lebih dari satu juta spesies akan hilang dalam
50 tahun mendatang. Tidakkah itu menyedihkan? Selain lahan yang dibuka
untuk peternakan, ternak itu sendiri menyebabkan kehilangan keragaman
hayati lebih lanjut akibat emisi rumah kaca, yang mempercepat pemanasan
global. Banyak studi telah mendokumentasikan penurunan populasi penguin,
beruang kutub, tanaman-tanaman, pohon-pohon, burung-burung yang
bermigrasi dan banyak lagi yang lainnya – semua itu dikaitkan dengan
peningkatan temperatur di planet ini. Bahkan hewan-hewan gurun telah
terpengaruh, seperti gajah-gajah Mali yang telah binasa dalam jumlah
besar karena belalai mereka tidak dapat lagi mencapai air tanah yang
semakin dalam. Jawaban atas semua ini cukup jelas: Hentikan konsumsi
daging. Hentikan sedari kemarin. Hal ini akan menghilangkan kebutuhan
akan peternakan, yang akan segera mengembalikan lahan dalam jumlah yang
amat besar kepada keberlanjutan yang alami atau kepada metode penanaman
alami yang memungkinkan keragaman hayati itu pulih kembali. Ini adalah
cara yang perlu kita jalankan, dan yang cepat.
Organisasi
Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa
industri peternakan adalah penyebab utama dari masalah-masalah dunia
yang paling menekan, yang disebut pemanasan global, kerusakan tanah,
pencemaran udara dan air, dan hilangnya keragaman hayati. Apakah Anda
percaya ini? Memang seperti itu. Contohnya, pemanasan global, tanpa
industri penangkaran hewan, kita dengan seketika menghentikan penyebab
nomor satu dari emisi gas rumah kaca. Tidak hanya CO2, tidak hanya
karbon dioksida, tetapi juga metana, dinitrogen oksida, karbon hitam
dari pembakaran pohon-pohon untuk peternakan, dan juga gas-gas beracun
seperti hidrogen sulfida. Gas semacam ini, bahkan jika sekali saja Anda
hirup, Anda langsung mati, jika kadarnya cukup tinggi. Ada yang jauh
lebih berbahaya daripada CO2, seperti dinitrogen oksida. Sektor
peternakan adalah sumber nomor satu dari emisi dinitrogen oksida, dan
gas itu hampir 300 kali lebih banyak menjerat panas daripada CO2 selama
periode 100-tahun. Sekarang, metana dan karbon hitam adalah apa yang
ilmuwan-ilmuwan sebut sebagai gas yang berusia pendek, artinya, meskipun
gas-gas itu adalah pemanas iklim yang sangat kuat, mereka menghilang
dan keluar dari atmosfer dengan sangat cepat. Dan bukan hanya pemanasan
global yang sedang kita bicarakan. Jika kita adalah vegan, kita tidak
harus khawatir tentang flu burung, yang ditemukan di 22 provinsi dari 33
provinsi di Indonesia semata, dan telah menyebabkan kematian jutaan
unggas dan menyebabkan banyak korban jiwa di Indonesia – lebih banyak
manusia yang meninggal di negara Anda daripada negara mana pun karena
bentuk mematikan dari flu burung. Jika kita adalah vegan, terumbu karang
Indonesia yang dikenal sebagai “Amazon Lautan” bagi ribuan spesies
lautan, akan dibiarkan hidup dalam damai dan keindahan, dan itu akan
melindungi kita. Terumbu karang adalah pelindung kehidupan kita, dari
lautan. Sekarang terumbu karang itu terancam, akibat penangkapan ikan
yang berlebihan, termasuk bentuk merusak yang menggunakan metode
mengerikan seperti racun sianida dan peledakan ikan dengan bom dan
dinamit. Ya, Tuhan. Institut Sumber Daya Dunia menyatakan bahwa
penangkapan ikan dengan cara ini hanya membawa keuntungan jangka-pendek,
dan akan membebani perekonomian Indonesia lebih dari USD600 juta dengan
kerugian selama lebih dari 20 tahun. Terlebih lagi, di seluruh dunia
zona mati lautan yang tak terhitung jumlahnya akan mempunyai kesempatan
untuk hidup kembali, karena sungai-sungai dan danau-danau yang tercemar
oleh pupuk kandang dan pupuk beracun untuk pakan ternak akan dibiarkan
untuk membersihkan dirinya sendiri dan pulih kembali. Juga, ketika kita
berhenti mengosongkan semua ikan yang malang keluar dari laut, mereka
mempunyai kesempatan untuk mengembalikan keseimbangan di lautan. Kita
sangat membutuhkan ikan di laut untuk menyeimbangkan lautan; kalau
tidak, hidup kita akan berada dalam bahaya. Tuhan menempatkan mereka di
sana karena suatu alasan. Omong-omong, setidaknya sepertiga dari seluruh
ikan di dunia ditangkap dan dibunuh sekarang ini untuk makanan ternak –
bahkan bukan untuk kita manusia. Di daratan, jutaan hektar akan
terhindar dari dampak serius peternakan seperti erosi tanah. penebangan
hutan, polusi air beracun, dan pemindahan satwa liar – jika semua
beralih ke vegan. Para ilmuwan menemukan bahwa hutan itu adalah ulet dan
dapat tumbuh kembali jika diberi kesempatan – dengan sangat cepat. Kita
telah melihat bukti itu di beberapa bagian dunia. Para ilmuwan juga
mengamati bahwa ketika lautan itu sehat kembali, bahkan karang mati akan
hidup kembali. Bayangkan! Alam itu ajaib dan luar biasa. Tapi, untuk
menyaksikan pemulihan alam, kita seharusnya tak membiarkan gaya hidup
kita saat ini diteruskan. Kita tidak bisa meneruskan cara ini, atau jika
tidak, kita akan melampaui titik tanpa balik lalu kita akan mengalami
krisis planet yang tak terkendalikan; lalu kita akan kehilangan seluruh
planet ini atau kehidupan di planet ini.
Untungnya, kita punya
solusi yang siap di tangan kita, yaitu solusi vegan organik. Begitu
sederhana, mudah, kita mungkin mengabaikannya. Kita mungkin tidak
percaya. Tapi, jika kita melihat semua bukti ilmiah dan bukti fisik
sejauh ini, kita harus menerima solusi vegan organik ini sebagai
satu-satunya cara untuk menyelamatkan planet kita sekarang. Daripada
menghabiskan lebih banyak biaya untuk teknologi baru, kita bahkan
menghemat uang dari keharusan membeli daging dan mensubsidi daging
dengan uang pajak kita. Kita tidak bisa hanya tergantung pada teknologi
hijau semata. Sekarang, ada juga aspek yang tak kasat mata untuk
pembalikan terhadap kehancuran. Seseorang yang berwelas asih tidak
merugikan siapa pun dan, karena itu, tidak membawa kerugian bagi dirinya
sendiri. Itu sebabnya dalam Buddhisme, mereka mengatakan bahwa saat
kita menjatuhkan pisau jagal, maka kita terlindungi, lalu kita bisa
menjadi Buddha, orang suci. Itu sungguh seperti itu. Kita mendengar
kisah nyata tentang para pasien rumah sakit yang mengalami penyakit
seperti kanker, berubah menjadi vegetarian atau vegan, lalu tumor itu
menghilang, sehingga operasi dibatalkan dan para dokter merasa takjub.
Jadi, orang berubah jadi vegan dan penyakit kanker yang parah hilang dan
operasi itu dibatalkan dan para dokter merasa terkejut. Karena diet
vegan melindungi kita luar-dalam, bereaksi seketika, sehingga semua
jenis bencana akan menghindari kita, menjauh dari kita. Dan dalam skala
besar, planet kita juga akan tersembuhkan. Seperti seorang individu yang
disembuhkan dengan beralih ke diet yang berwelas asih –hal yang sama
akan saling menarik. Energi yang baik, penuh kasih, dan berwelas asih
akan menangkis kegelapan yang menyelimuti kita, yang berada di samping
kita sekarang. Kita akan, dengan segera, memiliki surga di atas Bumi.
Jika Anda pernah memikirkan akan seperti apakah itu, kita mungkin segera
akan melihat hari-hari dimana seluruh makhluk hidup dengan motto negara
Anda, “Bhinneka Tunggal Ika” – dalam persatuan, pemahaman, kepedulian,
keyakinan, dan kebahagiaan. Saya mengundang semua orang untuk berbagi
visi yang penuh harapan bahwa kita akan selamatkan planet ini, dan akan
membuatnya menjadi Surga.
Selain merusak hutan-hutan kita yang
berharga, peternakan hewan juga mengontaminasi atau bahwa secara total
membunuh sistem air kita. Itu memperburuk tanah yang subur,
menghancurkan keragaman hayati, dan melepaskan sejumlah besar metana dan
dinitrogen oksida yang amat berbahaya dan juga hidrogen sulfida yang
memanaskan planet ini sekarang 100 kali, 300 kali lebih kuat daripada
karbon dioksida. Jadi, mohon pertahankan pesawat Anda, pertahankan mobil
Anda, pertahankan kereta api Anda, pertahankan kapal Anda; biarkan
semua itu untuk sementara waktu – cukup singkirkan daging dari pola
makan Anda. Dan berhenti menyalahkan CO2 bagi setiap masalah pemanasan
global di planet kita. Kita yang harus disalahkan. Industri daging yang
harus disalahkan. Industri daging adalah hal yang harus kita fokuskan
untuk dihentikan, diakhiri, untuk menghentikan perubahan iklim dan untuk
menghentikan limbah hutan dan tanah, berhenti berbicara mengitari
subjek itu. Bicarakan pokok masalah: industri daging harus diakhiri.
Selain menghancurkan planet kita, industri itu menghancurkan kualitas
kemanusiaan kita. Merusak sifat belas kasih kita. Merusak cahaya Tuhan,
bagian Tuhan yang mencakup diri kita. Kita harus menghentikan industri
peternakan. Hentikan industri peternakan – itu akan menjadi cara paling
efektif untuk menyetop pemanasan global dan memulihkan planet kita. Itu
akan menyelamatkan hutan-hutan kita yang berharga, yang memerlukan
puluhan tahun untuk tumbuh dan membuat hutan yang lebih alami yang kita
butuhkan untuk mengurangi pemanasan global.
Hentikan industri
peternakan – itu akan menjadi cara paling efektif untuk menyetop
pemanasan global dan memulihkan planet kita. Itu akan menyelamatkan
hutan-hutan kita yang berharga, yang memerlukan puluhan tahun untuk
tumbuh dan membuat hutan yang lebih alami yang kita butuhkan untuk
mengurangi pemanasan global.
Tanpa paru-paru kita, kita tak
dapat bertahan hidup. Maka, Pangeran Charles belakangan ini sangat aktif
tentang perubahan iklim, dan khususnya tentang melindungi hutan-hujan
tropis kita. Beliau berkata kepada Parlemen Eropa, “Kehidupan miliaran
orang tergantung kepada tanggapan Anda dan tidak satu pun dari kita yang
akan dimaafkan oleh anak-anak dan cucu-cucu kita jika kita bimbang dan
gagal.” Maafkan kata-kata saya, tetapi saya bahkan tidak dapat menjamin
bahwa cucu kita akan mendapat kesempatan untuk dilahirkan, jika para
pemimpin tidak bersama-sama sepakat untuk menyetop industri daging.
Langsung ke subjek itu, bukannya mengitarinya. Ini sungguh mendesak.
Saya berdoa agar pemimpin-pemimpin dunia akan sadar tentang kenyataan
ini, segera, dan bertindak tepat, sekarang.
Doan Viet Tien:
Saya sangat tersentuh oleh sifat-sifat mulia yang Anda sampaikan dengan
penuh kasih kepada semua makhluk, bukan hanya kepada mereka yang ada di
gedung konferensi hari ini. Menghadiri peluncuran perdana 2 buku Anda
hari ini, saya punya sedikit pertanyaan dan saya ingin mendengar
beberapa wawasan Anda. Yaitu: … menurut teori Darwin tentang evolusi
spesies, itu adalah perjuangan untuk bertahan hidup dan seleksi alami.
Makhluk manusia adalah bukti terbesar dari hal ini. Mohon bermurah hati
berbagi pandangan Anda dengan kami tentang teori Darwin. Terima kasih.
Maha Guru Ching Hai: Ya.
Ya, Bapak Doan. Berbicara secara ilmiah, sudah selalu baik dalam hal
cara alam berkembang secara alami, ya, secara alami. Teori Darwin adalah
tentang evolusi alami, bukan hal yang dipaksakan, buatan, kejam,
mengganggu, campur tangan oleh cara manusia, cara yang kita lakukan.
Jadi, saran Darwin adalah bahwa kita sebanyak mungkin membiarkan alam
sendiri, sesedikit mungkin turut campur. Evolusi alamiah adalah
membiarkan itu berkembang. Tapi di sini, kita campur tangan terhadap
segala sesuatu. Kita beternak hewan, kita memaksa mereka berada dalam
kandang yang sempit di mana mereka bahkan tidak bisa bergerak, jadi kita
memelihara penyakit dan kita menyebabkan penderitaan bagi diri kita
dengan memakan daging hewan yang berisikan penyakit ini – menyebabkan
penderitaan bagi mereka, bagi kita. Dalam dunia alami, tak ada
pemaksaan-makan lever itik, tak ada sapi yang dipaksa makan, tiada babi
di kandang sempit, tak ada pemaksaan kehamilan terhadap babi, sapi,
anjing, dan burung – jenis apa pun. Kita biarkan saja berkembang sesuai
kehendak alam. Jadi, memakan hewan tak akan membantu mereka berkembang
sama sekali. Bahkan jika kita katakan bahwa kita ingin hewan-hewan
berkembang maka kita harus biarkan mereka hidup dulu supaya berkembang.
Jika kita memakan mereka, bagaimana mereka memiliki kesempatan untuk
berkembang? Dan kita sendiri sudah bisa melihat bahwa pembunuhan,
penyiksaan hewan, memakan hewan-hewan tidaklah membantu evolusi kita
secara ekologis, secara ekonomis, secara ilmiah, secara medis – tidak
apa pun. Dan itu hanya memberi kita masalah dan penderitaan hingga
sekarang, seperti penyakit sapi gila, flu babi, flu burung, begitu
banyak penyakit, dan sebagainya. yang hingga kini kita bahkan belum bisa
menanganinya. Bahkan AIDS/HIV juga muncul karena memakan hewan-hewan
liar. Jadi, jika kita hidup sesuai kehendak alam, seperti yang Anda
sebutkan tadi bahwa teori Darwin mengatakan bahwa kita harus biarkan
hewan-hewan berevolusi, maka kita bisa biarkan alam berkembang. Di sini
kita memaksa alam sesuai kehendak kita; kita ingin mengubah alam. Itulah
sebabnya kita memiliki begitu banyak hasil yang tidak alami, penyakit,
bencana-bencana – gempa bumi, topan – semakin banyak setiap hari. Dan
sekarang planet kita begini karena campur tangan kita terhadap alam,
karena kita tak hidup sesuai dengan alam. Jadi, jika kita ingin hidup
sesuai dengan alam dan membiarkannya berkembang selayaknya, maka kita
harus menghormati seluruh alam. Saat ini, kita campur tangan terlalu
banyak dengan alam dan bahkan membiakkan hewan secara tidak alami,
setidaknya 55 miliar ternak setiap tahun, dan miliaran ikan, dan
sebagainya. Ini semua tidaklah alami. Kita bahkan memelihara ikan dalam
area kurungan; dan jumlahnya meningkat dan terus meningkat. Bisakah ini
disebut ekologis atau alamiah sama sekali? Bagaimana spesies apa pun
bisa berkembang saat kita terus memaksa mereka, menyiksa mereka, dan
membunuh mereka? Lagi pula, kita menentang evolusi manusia kita sendiri,
karena kita secara biologis diciptakan untuk mencerna makanan nabati.
Manusia adalah herbivora alami, bukan karnivora. Itu dijelaskan secara
terperinci oleh Dr. Milton Mills dalam artikel terkenal berjudul “The
Comparative Anatomy of Eating”, dan dipastikan oleh yang lain seperti
ahli evolusi yang terkenal Dr. Richard Leakey dan kepala editor Jurnal
Kardiologi Amerika, Dr. William Roberts. Jadi, jawaban tentang di mana
posisi manusia dalam evolusi spesies adalah jelas. Kita bukan predator
mereka. Kita adalah pelindung dan teman mereka. Kita harus melindungi
semua spesies agar kita bisa menjaga keragaman hayati dan menjaga
evolusi alam untuk semua makhluk, termasuk manusia.
Nguyen Thi Nhiem:
Hallo, Guru. Saya menonton DVD Anda dan melihat Danau Amoura yang amat
indah. Setahu saya, tidak banyak tempat yang tersisa sekarang yang damai
bagi sahabat-sahabat satwa liar seperti di lingkungan sekitar Danau
Amoura. Apa yang bisa dilakukan untuk membantu satwa-satwa liar memiliki
hidup yang damai dan baik sama seperti mereka yang ada di wilayah Danau
Amoura? Terima kasih.
Maha Guru Ching Hai:
Direktur Nguyen Thi Nhiem, terima kasih atas pertanyaan Anda yang
peduli dan arif. Salah satu kata yang Anda sebutkan sebenarnya adalah
sebuah kunci untuk memberikan hidup yang baik untuk hewan sesama
penghuni bumi kita, yaitu kata “damai”. Di mana ada kedamaian untuk
hewan-hewan, mereka juga bisa memiliki hidup yang baik. Cara terbaik
adalah kita bisa lindungi tempat tinggal mereka, membiarkan mereka
sebisa mungkin tak tersentuh dan tidak dilukai. Satwa-satwa liar
benar-benar tidak butuh banyak bantuan dari kita jika kita bisa
membiarkan saja kebebasan mereka dan kedaulatan mereka. Jika hewan-hewan
itu tahu suasananya aman dan mereka tidak akan dilukai – dan mereka
tahu, hal ini dengan sangat baik – maka mereka jauh lebih nyaman dan
tenteram. Jadi, satu hal yang bisa kita lakukan adalah mendorong
perlindungan dari pemerintah dan perorangan terhadap habitat mereka
untuk memastikan bahwa itu tidak terus-menerus hilang akibat tujuan lain
seperti pembabatan hutan dan berburu serta memancing. Sebagai contoh
saja, hutan hujan di Asia Tenggara memiliki rata-rata pembabatan hutan
tertinggi di dunia. Ini berarti hewan-hewan secara terus-menerus
kehilangan rumah mereka, di mana banyak yang telah terancam punah atau
bahkan punah. Seiring dengan hal itu, langkah lain yang bisa kita ambil
untuk meningkatkan rasa damai dari hewan-hewan adalah dengan tidak
memakan mereka. Itu adalah satu hal untuk coba dibayangkan bagaimana
yang pasti mereka rasakan karena rumah mereka diserbu, pohon-pohon yang
ditebang di sekitar mereka atau di atas mereka dan semua makanan dan
rumah mereka, hilang, tetapi juga merasa takut karena akan dimakan –
tidak ada hal lain yang lebih menakutkan! Jadi, Ibu Nguyen, untuk
menjamin perdamaian dan kenyamanan semua hewan sesama penghuni Bumi kita
seperti di Danau Amoura, pertama-tama kita benar-benar harus berhenti
mengonsumsi mereka, hewan apa saja. Ini akan menyiarkan pesan perdamaian
yang akan mengelilingi seluruh planet ini dan akan sangat membantu
perasaan kesejahteraan mereka. Lalu, daerah-daerah dan habitat liar akan
terpulihkan demikian pula kehidupan alami hewan-hewan. Itu adalah cara
terbaik untuk melindungi mereka, untuk menunjukkan kasih kita kepada
mereka. Kita harus bergegas dan menciptakan Surga, sehingga semuanya
akan menjadi baik, tidak hanya secara fisik, emosional, kesehatan,
tetapi bahkan juga secara teknologi. Kita akan mengembangkan penemuan,
teknologi yang tak terbayangkan. Lalu kita bisa saling memahami seperti
makhluk-makhluk di Surga, bahkan tanpa bahasa ucapan, jika kita tidak
ingin berbicara.
Pemeliharaan ternak bertanggung jawab atas
efek lingkungan merugikan yang tak terbilang jumlahnya, masing-masing
dari hal itu memperburuk pemanasan global lebih lanjut.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kajian-kajian lain, pemeliharaan ternak dikenal menyebabkan efek merusak berikut ini:
1. Pembabatan Hutan:
Pemeliharaan ternak adalah penggunaan lahan tunggal terbesar oleh
manusia, dan sebab utama bagi pembabatan hutan. Sejak tahun 1970,
produksi ternak telah bertanggung jawab atas 90% dari pembabatan hutan
Amazon, dengan membuka lahan untuk penggembalaan dan tanaman-tanaman
pakan ternak. Area hutan hujan seukuran lapangan sepak bola dirusak
setiap detik untuk menghasilkan hanya 250 hamburger. Ilmuwan-ilmuwan
memperingatkan bahwa jika kita terus berjalan di atas jalur yang merusak
ini, hutan di Bumi akan segera berhenti menyerap gas rumah kaca, dan
sebaliknya akan mulai melepaskan sejumlah besar karbon dioksida (CO2).
Terlebih lagi, pembabatan hutan untuk aktivitas peternakan juga
menghasilkan karbon hitam. Karbon hitam adalah partikel rumah kaca yang
memerangkap panas 680 kali lebih banyak daripada CO2, dan menyebabkan
lembaran es dan gletser di seluruh dunia mencair bahkan lebih cepat.
Hingga 40% dari emisi karbon hitam berasal dari membakar hutan untuk
peternakan.
2. Erosi tanah dan penggurunan:
Lebih dari 50% erosi tanah di dunia ini disebabkan oleh peternakan,
yang bersama dengan pembabatan hutan menyebabkan penggurunan.
3. Hilangnya Biodiversitas:
Peternakan adalah penyebab utama kepunahan hewan dan tumbuhan akibat
degradasi tanah dan efek-efek perusakan habitat lainnya. Industri
peternakan membunuh margasatwa kita yang indah, termasuk yang dimiliki
oleh Meksiko.
4. Polusi yang Mematikan: Dari
semua sektor, industri daging adalah sumber terbesar dari pencemaran
air. Limbah hewan yang berlebihan dan tak teregulasi, pupuk kimia,
pestisida, antibiotik, dan bahan-bahan pencemar lain yang berkaitan
dengan peternakan mengotori perairan kita dan menciptakan zona mati
lautan, seperti zona mati yang berskala besar di Teluk Meksiko.
5. Penyakit:
Lebih dari 65% penyakit menular yang diderita manusia diketahui
ditransmisikan oleh hewan. Kondisi yang kotor dan tidak manusiawi dari
pabrik peternakan menyembunyikan bakteri dan virus yang mematikan
seperti flu burung dan babi, yang kita ketahui merupakan suatu pandemi
global yang mematikan
6. Penyia-nyiaan Makanan:
Peternakan memakai hingga 12 kali jumlah dari biji-bijian untuk jumlah
protein nabati yang sama. Sekitar 730 juta ton biji-bijian dunia yang
dipanen dipergunakan untuk memproduksi protein hewani. Biji-bijian ini
bisa diberikan kepada semua orang yang kelaparan, yang berjumlah 1
miliar di dunia dan berlipat kali lebih dari itu.
7. Penyia-nyiaan Air: Dibutuhkan
lebih dari 1200 galon air untuk hasilkan 1 sajian daging sapi, tetapi
hanya membutuhkan 98 galon air untuk hasilkan satu hidangan vegan yang
lengkap, bergizi seimbang. Sementara 1,1 miliar orang kehilangan akses
terhadap air minum yang aman, kita menyia-nyiakan 3,8 triliun ton air
bersih yang berharga setiap tahun untuk produksi peternakan.
8. Penyia-nyiaan Energi dan Sumber Daya:
Produk hewani membutuhkan energi bahan bakar fosil 8 kali lebih banyak
untuk diproduksi dibandingkan dengan produk nabati. Sebuah studi
menemukan bahwa produksi daging dan susu di Meksiko memakai pasokan dan
sumber daya pertanian yang terbanyak di negara itu dan hal ini tercermin
juga di tempat lain di seluruh penjuru dunia. Semua bukti mengatakannya
dengan begitu lantang dan jelas. Jika sumber-sumber daya ini – tanah,
air, dan biji-bijian – kita arahkan untuk mendukung hidup manusia secara
langsung dan bukannya peternakan, kita akan memiliki sebuah dunia yang
berbeda. Ilmuwan-ilmuwan iklim yang disegani termasuk Dr. James Hansen
dari NASA, Dr. Carlos Nobre dari Institut Nasional Brasil untuk Riset
Luar Angkasa, dan Dr. Rajendra Pachauri, ketua Panel Perubahan Iklim
Antarpemerintah PBB (IPCC) – semuanya telah menyatakan bahwa mengurangi
konsumsi daging atau menjadi vegetarian akan menjadi solusi efektif
terhadap pemanasan global. Yaitu, kita harus menjalani gaya hidup bebas
hewani, gaya hidup yang welas asih.
Tanya: 30
tahun yang lalu, saya dan suami saya memutuskan menjadi vegetarian
berdasarkan prinsip menghormati kehidupan dan prinsip tanpa-kekerasan.
Saat ini, para dokter merekomendasikan kita untuk tidak menganiaya
mereka demi alasan kesehatan. Selain itu, kita temukan bahwa konsumsi
berlebihan ini tidak hanya secara negatif mempengaruhi kesehatan
manusia, tetapi juga kesehatan planet ini. Ketika satu hamburger tiba di
meja saya, apakah kaitannya dengan perubahan iklim?
Maha Guru Ching Hai: Ada
banyak laporan ilmiah yang dibuat tentang kerugian akibat makan daging,
jadi saya yakin Anda bertanya demi kepentingan orang-orang yang belum
menyadarinya. Jadi, mohon izinkan saya menyebutkan beberapa kerugian
yang kita hadapi untuk kali berikut saat seseorang akan makan sebuah
hamburger.
Harga sebuah hamburger nampaknya murah bagi kita,
tetapi tanpa subsidi besar yang terlibat dalam industri daging, biaya
sesungguhnya dari sebuah hamburger menjadi jauh lebih tinggi, jauh lebih
tinggi, setidaknya US$12. Ada begitu
banyak biaya dan sumber daya yang terkait untuk sebuah hamburger yang
Anda tanyakan, dari ladang hingga ke piring, dan semua proses di
antaranya.
Dari pembakaran hutan
yang berharga hingga penanaman jagung dan kedelai untuk pakan sapi,
hingga pembuatan pupuk dan pengairan tanaman pakan ini, hingga pemberian
kepada sapi sejumlah besar lahan dan air yang sehat, hormon dan
antibiotika juga dipaksa untuk diberikan kepada sapi, dan kita akan
memakan semua itu.
Lalu, pengangkutan
yang menempuh jarak jauh di sana-sini dan akhirnya ke penjagalan, serta
pembekuan daging agar tidak membusuk sebagaimana seharusnya, lalu
akhirnya, daging itu harus dimasak sebelum tiba di piring – dan dimasak
hingga matang karena, misalnya, Departemen Pertanian AS menemukan bahwa
89% dari hamburger daging sapi mengandung jejak bakteri E. coli yang
mematikan. Sebanyak 89 persen dari hamburger daging sapi mengandung
jejak E. Coli. Ada lebih banyak lagi dalam hamburger daripada yang Anda
pikir Anda lihat. Ini hanyalah beberapa contoh.
Kerusakan lahan:
Pertama, lahan harus dibersihkan untuk pemeliharaan sapi. Untuk satu
hamburger, 55 kaki persegi hutan hujan tropis dihancurkan, yang setara
dengan 75 kg CO2, atau mengemudi mobil Anda 5 hari tanpa henti. Juga,
kehilangan biodiversitas. Dalam proses itu, kehilangan hingga 30 spesies
tanaman, 100 spesies serangga – maksud saya juga termasuk yang berguna –
dan puluhan burung, mamalia, dan sebagainya. Sekarang, itu juga memberi
kontribusi pada kelaparan. Sejumlah lahan hutan yang ditebang,
digunakan untuk menanam biji-bijian. Sering kali, keluarga miskin
dipaksa meninggalkan lahan mereka dalam proses itu. Biaya satu hamburger
adalah 4 pon padi-padian yang dikonsumsi oleh sapi tersebut – yaitu
sekitar 3 bungkal roti atau 8 piring spaghetti yang dapat memberi makan
sejumlah orang lapar. Jadi, kerugian lainnya dari satu hamburger adalah
kelaparan manusia.
Sekarang, kita kehilangan humus:
Untuk satu hamburger, 10 pon humus untuk pertanian terkikis dan hilang
selama ratusan tahun, sebuah masalah yang sangat serius.
Sekarang, gas-gas rumah kaca. Berikut,
satu hamburger saja bertanggung jawab terhadap emisi gas rumah kaca.
Gas metana yang dihasilkan dari sepotong daging itu saja berbobot
sekitar 4,7 ons, tetapi memiliki efek memerangkap panas yang sama
seperti 6,8 pon CO2, karena metana sangatlah kuat.
Pemborosan air:
bukan hanya tanah dan makanan, tapi air juga dibutuhkan dalam jumlah
besar. Hanya satu hamburger membutuhkan 625 galon air bersih, atau, itu
akan senilai dengan mandi 45 kali. Satu setengah bulan atau dua bulan
tanpa mandi, untuk satu hamburger saja. Bayangkan itu! Sebagai catatan
tambahan, seekor sapi dalam hidupnya sebelum dijagal, memakai air segar
yang cukup untuk mengapungkan kapal laut besar. Bayangkan lagi hal itu!
Hanya satu sapi.
Berikut, pemborosan bahan bakar fosil. Satu
hamburger senilai ribuan mil transportasi, sepanjang jalan dari tempat
pembiakan hingga ke tempat pemberian makan, lalu sepanjang jalan ke
rumah jagal, lalu ke pasar. Jadi, tidak peduli apakah Anda berusaha
membeli makanan secara lokal untuk menghemat emisi atau tidak, Anda tak
bisa menang jika Anda makan daging. Ada lebih banyak gas rumah kaca yang
masuk ke dalam hamburger ini. Faktanya, sebuah hamburger menghabiskan
bahan bakar fosil hingga 6,5 pon, atau sekitar seperempat galon bensin.
Itu melebihi 16 kali jumlah yang dibutuhkan untuk seporsi penuh, makanan
vegan bergizi.
Berikut, risiko kesehatan. Itu
juga merugikan dalam kehidupan. Dalam 1 potong hamburger saja, ada
potongan-potongan dari lusinan atau kadang-kadang bahkan dari ratusan
ekor sapi, semua daging mereka dicampur bersama-sama. Dan, Anda
mendapatkan lebih dari yang Anda kira Anda beli. Anda membeli risiko
kesehatan. Ada lemak jenuh yang menyebabkan penyakit jantung dan stroke,
juga ada hal-hal tambahan, seperti hormon perangsang-pertumbuhan,
jejak-jejak antibiotik yang diberikan secara teratur kepada sapi-sapi
malang. Bakteri nyata yang kebal terhadap antibiotik tersebut, bakteri
yang kebal ini disebut superbug. Jadi, nilai tambahan di sini adalah
risiko berlipat-lipat terhadap kesehatan kita. Bahkan ada kerugian yang
lebih banyak setelah hamburger dimakan. Contohnya, seorang wanita
kehilangan 28 miligram kalsium setelah makan hanya satu hamburger, yang
melemahkan tulang-tulangnya. Dan ada risiko berbahaya dari kemungkinan
infeksi E.coli yang mematikan, karena daging sapi adalah sumber utama
dari bakteri ini. Dan lagi, ada risiko-risiko dari penyakit jantung,
kanker, penyakit sapi gila, flu burung, penyakit babi, flu babi dan
penyakit lain yang berhubungan dengan daging.
Kita juga punya kerugian lain terhadap manusia seperti keluarga-keluarga miskin didesak ke luar dari
tanah mereka untuk produksi peternakan; orang dewasa dan anak-anak di
dunia yang mati karena kelaparan; dukacita dan kesedihan dari keluarga
yang kehilangan orang yang dicintai karena penyakit yang berhubungan
dengan daging, dan lain-lain. Sebagai gambaran yang lebih besar tentang
seberapa banyak pengonsumsian daging merugikan planet kita – sapi-sapi
dalam jumlah besar yang tidak alami, lebih dari satu miliar di planet
ini, bertanggung-jawab terhadap lebih dari 50% atau bahkan lebih tinggi,
dari total emisi gas-gas rumah kaca di Bumi. Dinitrogen oksida, yang
300 kali lipat lebih kuat daripada CO2, dikeluarkan dalam jumlah besar
dari pupuk yang dibutuhkan untuk menghasilkan pakan ternak sapi.
Industri hewan ternak menghasilkan setidaknya 67% dari semua emisi
dinitrogen oksida dunia.
Jadi, hamburger, seperti yang bisa Anda
lihat, jelaslah tak bisa terjangkau, tidak hanya dalam pemanasan
global, tapi juga pembabatan hutan, erosi tanah dan penggurunan,
kekurangan air, pencemaran air, hilangnya biodiversitas – belum lagi
dampak buruk bagi kesehatan dan konsekuensi karma (ganjaran) buruk yang
juga harus kita bayar – dan hilangnya kehidupan, kehidupan yang
berharga.
Tanya: Hallo,
atas nama anggota-anggota lembaga kami, saya ingin bertanya kepada Guru
dua pertanyaan. Di satu sisi, saya telah menemukan pendapat dari
Organisasi Pangan dan Pertanian, yang mengatakan bahwa perlu untuk
mengurangi konsumsi daging sebesar separuh hanya untuk meyakinkan bahwa
keadaan saat ini, keadaan ekologis dari planet ini, tak akan lebih
memburuk lagi. Itu adalah pada tahun 2006. Tidakkah taksiran ini terlalu
rendah? Dan bagaimana pendapat Anda tentang situasi saat ini?
Dan
pertanyaan kedua: Sekarang ini, kita merasakan semakin memburuknya
keadaan iklim kita saat ini. Kita juga melihat bahwa krisis ekonomi
sedang meningkat dan, lebih lanjut lagi, menyaksikan meningkatnya krisis
moral. Apakah ada hubungan di antara krisis-krisis ini dengan pola
makan orang-orang saat ini?
Maha Guru Ching Hai: Hallo,
Pak. Selamat datang ke pertemuan kita, Bpk. Skvaril. Apa kabar? Saya
pikir Anda benar bahwa mengurangi produksi daging sebanyak 50% adalah
taksiran yang sangat rendah, karena kita telah menanti begitu lama untuk
berubah. Jadi faktanya, waktu kita telah menjadi terlalu pendek, dan
situasi ini terlalu genting. Hanya sekiranya bila Anda tidak menyadari,
atau mungkin pemirsa lain tidak menyadari, saya akan berbagi dengan Anda
beberapa fakta yang sedang kita hadapi saat ini. Dengan pencairan yang
telah menyebabkan kehilangan es terbesar yang pernah diketahui di Artik,
ilmuwan-ilmuwan saat ini memberitahu kita bahwa daerah itu sedang
memanas dua kali lebih cepat daripada bagian dunia lainnya. Seperti yang
mungkin telah Anda ketahui, dua kapal Jerman baru saja bepergian
melalui Lintasan Tenggara karena semua es telah meleleh, dan itu adalah
pertama kalinya dalam sejarah manusia yang kita ketahui bahwa
kapal-kapal bisa melewati tempat itu. Jadi, es yang sangat luas di bawah
Greenland bahkan juga meleleh lebih cepat daripada perkiraan
sebelumnya. Banyak peneliti mengatakan bahwa pada laju pemanasan saat
ini, hampir tidak ada cara bagi dunia kita untuk tetap berada di dalam
batas kenaikan suhu 2 derajat Celsius, yaitu kenaikan maksimum yang
masih akan menjamin keselamatan sebagian besar kehidupan di Bumi.
Tetapi, meskipun keadaan kita amat berbahaya, kita masih punya waktu,
jika kita bertindak sekarang, dan solusi itu masih tetap sangat
sederhana. Ya, Anda tahu, bukan? Yaitu pola makan vegan – tanpa produk
hewani. Hentikan pembunuhan, hentikan penyiksaan, juga hentikan
mengadakan percobaan dengan memakai hewan, hentikan memelihara hewan
untuk daging atau tujuan lain apa pun, kecuali untuk melindungi,
mengasihi dan memelihara hewan-hewan tersebut. Inilah kuncinya. Jika
setiap orang beralih kepada gaya hidup yang bermanfaat ini, planet kita
akan mendingin dengan segera, ditinjau secara ilmiah maupun dari janji
saya. Satu alasan untuk ini adalah sumbangan gas utama dari hewan
ternak, yaitu metana, yang menyerap panas 72 kali lebih besar daripada
CO2 selama periode 20 tahun. Dan ada gas-gas lain, dinitrogen oksida
contohnya, yang berasal dari pencemaran limbah yang tidak diregulasi dan
hanyutnya pupuk tanaman pangan yang sebagian besar ditanam untuk pakan
hewan ternak. Gas ini menyerap panas –289 kali! – lebih besar daripada
CO2, lebih besar daripada karbon dioksida. Menurut angka terbaru dari
para ilmuwan, pemeliharaan hewan ternak sebenarnya bertanggung jawab
terhadap lebih dari 50% pemanasan global. Lebih dari 50% berasal dari
produksi daging dan susu! Bayangkan itu? Jadi, dengan 55 miliar hewan
dibunuh setiap tahun saat ini untuk konsumsi daging, Anda bisa
membayangkan seberapa cepat Bumi akan pulih jika hal ini dihentikan.
Laporan asli Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2006, “Bayangan Panjang
Peternakan”, bahkan sudah menyatakan dengan tegas tentang kerusakan
akibat industri peternakan, mengatakan bahwa, “Itu adalah penyumbang
terbesar terhadap masalah lingkungan paling serius dalam skala apa pun,
dari lokal sampai global.”
Lebih
jauh lagi, saya akan menyebutkan beberapa masalah, yang telah
disebutkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pihak lainnya, yang
berasal dari pemeliharaan hewan ternak dan konsumsi daging.
Pertama, pengurasan lahan dan hutan: menurut
Perserikatan Bangsa-Bangsa, peternakan adalah alasan utama bagi
penggundulan hutan dan punahnya pohon-pohon vital kita, yang pada
gilirannya menyebabkan penurunan tragis dalam biodiversitas alam.
Peternakan juga merupakan salah satu faktor teratas yang memperburuk
tanah kita melalui erosi dan pencemaran tanah, serta perubahan iklim.
Kedua, sumber daya yang terbuang;
untuk setiap kilogram protein hewan yang dihasilkan, ternak diberi
makan sekitar 6 kilogram protein tanaman. Populasi ternak AS sekarang
ini mengonsumsi biji-bijian 7 kali lebih banyak daripada seluruh
populasi penduduk Amerika.
Ketiga, air limbah:
kekeringan dan kekurangan air saat ini telah mempengaruhi jutaan orang
dan hanya akan menjadi lebih buruk dan semakin buruk. Ilmuwan-ilmuwan
telah menemukan bahwa setiap orang yang mengonsumsi daging dan susu
memakai sekitar 4.500 galon air per hari, dibandingkan dengan 300 galon
air per hari bagi orang yang berdiet vegan. Ini juga berarti bahwa untuk
menghasilkan 1 pon protein hewani membutuhkan 100 kali lebih banyak air
dibandingkan untuk hasilkan 1 pon protein biji-bijian. Selama setahun,
pola makan vegan menghemat sekitar 1,5 juta galon air per orang.
Keempat, energi yang terbuang.
Nah, lingkungan buatan yang tertutup dari pabrik peternakan dan rumah
jagal hewan menggunakan jumlah energi yang amat besar. Sebenarnya,
diperlukan bahan bakar fosil 8 kali lebih banyak untuk menghasilkan
produk hewani daripada produk nabati.
Kelima, kontaminasi lingkungan. Perserikatan
Bangsa-Bangsa juga mengakui bahwa peternakan mengakibatkan beberapa
kerusakan terbesar bagi kekurangan pasokan air kita. Hanya untuk memberi
Anda suatu gambaran, sebuah peternakan sapi perah dengan 2.500 ekor
sapi menghasilkan limbah padat sebesar yang dihasilkan suatu kota dengan
lebih dari 400.000 penduduk. Limbah ini, yang kadang-kadang mengandung
bakteri kontaminasi seperti E. coli, berakhir di perairan yang
mempengaruhi air minum dan kehidupan air. Seiring dengan limbah juga ada
limpasan pupuk kimia yang digunakan pada tanaman pakan ternak yang
telah didokumentasikan oleh ilmuwan-ilmuwan, telah menyebabkan zona mati
di laut dan juga wabah ganggang beracun, jenis ganggang hijau yang
tumbuh di atas air. Satu kejadian seperti ini baru saja terjadi di
Brittany, Prancis, di mana mayoritas peternakan dan sepertiga peternakan
susu negara tersebut ada di sana. Di pantai Brittany, sampah dan limbah
kimia ini masuk ke dalam laut menyebabkan mewabahnya ganggang beracun,
yang memancarkan gas mematikan hidrogen sulfida.
Jadi,
baru-baru ini dalam berita kita mendengar ada kuda yang mati dalam waktu
½ menit setelah menginjak ganggang itu dan sekarang kekhawatiran
kesehatan dari lebih dari 300 orang sedang diinvestigasi untuk alasan
yang sama di sekitar area itu. Yang membuat semua ini jadi semakin buruk
adalah kenyataan bahwa kotoran hewan secara mayoritas tidak teregulasi –
berarti tidak ada yang bisa menghentikan bahaya kontaminasi ini yang
bisa menyebabkan penyakit atau kematian pada hewan dan manusia dalam
skala besar. Dengan hanya membahas sisi penghematan uang semata, para
ilmuwan di Belanda menemukan bahwa dari sekitar US$40 triliun yang
diperlukan untuk menghentikan pemanasan global, sebanyak 80% dari jumlah
ini bisa dihemat dengan diet vegan! Itu adalah penghematan sebesar
US$32 triliun untuk sebuah langkah sederhana, yakni beralih dari
konsumsi daging ke makanan nabati.