Kami menjelajahi kecerdasan simpanse dan struktur sosial mereka yang
canggih bersama Dr. Tetsuro Matsuzawa, direktur Lembaga Penelitian
Primata Universitas Kyoto di Kota Inuyama, Jepang. Ia telah menghabiskan
lebih dari tiga dekade mempelajari simpanse liar dan membuat penemuan
signifikan tentang kemampuan dan keterampilan mereka. Ia telah
menerbitkan banyak buku dan makalah berdasarkan penemuannya. Dr.
Matsuzawa juga dikenal sebagai perintis penelitian bidang baru yang
dinamakan “sains kognitif komparatif” yang melibatkan penelitian
simpanse untuk petunjuk tentang bagaimana kecerdasan dan sifat manusia
berubah dari waktu ke waktu.
Dr. Tetsuro Matsuzawa, direktur Lembaga Penelitian Primata Universitas Kyoto, Jepang: Simpanse
adalah makhluk yang paling akrab, dan dapat disebut tetangga
evolusioner bagi manusia. Jika kita dapat memahami simpanse dengan baik,
kita juga dapat memahami hewan selain dari manusia.
Supreme Master TV:
Untuk pekerjaan penelitiannya yang penting tentang simpanse, Dr.
Matsuzawa menerima Penghargaan Sains Memorial Pangeran Chichibu tahun
1991, Penghargaan Jane Goodall tahun 2001, dan Medali dengan Pita Ungu
dari pemerintah Jepang pada tahun 2004. Mari sekarang kita mengenal
lebih jauh tentang studinya pada primata ini di Afrika.
Kami
dengar bahwa Anda pergi ke Afrika setiap tahun. Dan Anda juga
mempelajari perilaku sosial simpanse liar. Pertama-tama, mohon jelaskan
kepada kami struktur keluarga mereka dan bagaimana mereka menjalani
hidup di hutan.
Dr. Tetsuro Matsuzawa: Simpanse
hanya hidup di Afrika. Mereka tidak ada di tempat lain selain hutan
khatulistiwa Afrika dan daerah padang rumput yang dikelilingi oleh
hutan-hutan ini. Habitat mereka tersebar luas dari Tanzania di timur
sampai Guinea atau Senegal di barat. Keluarga mereka atau kumpulan
mereka kebanyakan terdiri dari puluhan simpanse atau terkadang lebih
dari seratus. Jadi, mereka hidup bersama dalam kelompok. Kelompok
tersebut terdiri dari beberapa simpanse jantan dan betina dewasa, dan
tentu juga anak-anak mereka. Bayi simpanse jantan tinggal di antara
kelompok itu seluruh hidupnya. Tapi, simpanse betina meninggalkan
kelompok atau pindah ke kelompok lain atau kelompok terdekat saat mereka
dewasa atau memasuki masa puber dan siap untuk melahirkan. Kita
menyebutnya masyarakat paternal artinya masyarakat yang berdasarkan pada
ayah.
Supreme Master TV: Simpanse
termasuk dalam keluarga Hominidae, bersama dengan gorila, manusia, dan
orangutan. Saat berdiri tegak, simpanse jantan biasanya berkisar antara 1
dan 1,7 meter tingginya. Yang jantan memiliki berat antara 34 dan 70
kilogram. Simpanse perempuan memiliki tubuh yang relatif lebih kecil.
Ciri luar biasa dari simpanse adalah panjang lengan mereka, yang sekitar
1,5 kali tinggi mereka saat dibentang sepenuhnya. Simpanse menghabiskan
hidup mereka di pohon dan tanah, dan lengan mereka, yang jauh lebih
kuat daripada kaki mereka, membantu mereka berayun di cabang pohon.
Dr. Tetsuro Matsuzawa:
Kita adalah makhluk dengan 98,8% genom yang sama. Nenek moyang kita
mungkin ada sekitar 6 juta tahun lalu. Tapi, sejak sekitar 6 juta tahun
lalu, manusia berevolusi menjadi manusia dan simpanse berevolusi menjadi
simpanse. Jika kita perhatikan persamaan kita, kita amat, sangat mirip,
tapi jika kita fokus pada perbedaan kita, ada banyak perbedaan di
antara kita. Sebagai contoh, simpanse berbulu, tapi kita tidak. Cara
hidup kita sama: manusia tidur di tempat tidur kayu saat malam sementara
simpanse tidur di atas pohon yang sangat tinggi.
Supreme Master TV:
Dr. Frans de Waal, ahli primatologi dari Pusat Penelitian Primata
Regional Yerkes di Universitas Emory, AS menemukan bahwa simpanse adalah
hewan sosial yang bertanggung jawab atas sikap mereka dalam berbagai
cara seperti manusia. Sebagai contoh, setelah perselisihan, simpanse
dapat menyatakan keinginan untuk berdamai dengan mengulurkan tangan
terbuka kepada yang lain, dan jika diterima, keduanya berciuman dan
berpelukan. Simpanse juga telah diperlihatkan dapat menunjukkan empati,
altruisme, dan kesadaran diri serta kerja sama dalam pemecahan masalah.
Dr. Tetsuro Matsuzawa: Simpanse
juga merasakan simpati, tapi hanya sampai batas tertentu. Mereka
merasakan simpati untuk orang di depan mereka, tapi tidak memiliki
simpati pada orang yang tinggal di ujung dunia lainnya. Saya kira mereka
tidak terus melekat pada masa lalu, juga tidak berpikir tentang masa
depan 100 tahun dari sekarang. Mereka merencanakan untuk waktu dekat.
Mereka menyiapkan alat-alat di muka, atau pergi ke bawah pohon palem
dengan alat-alat batu, dan membuka kelapa. Jadi, mereka berpikir tentang
masa depan jarak pendek, dan mungkin masa lalu yang baru saja lewat,
tetapi pada dasarnya mereka hidup di masa sekarang. Pada dasarnya mereka
hidup di sini dan sekarang. Jika demikian, dapat dipahami mengapa
mereka dapat mengingat angka dengan baik. Mereka amat bagus dalam
menghafal secara fotografis angka-angka yang ditunjukkan kepada mereka.
Supreme Master TV:
Sama seperti manusia, simpanse yang hidup di daerah berbeda mungkin
mengalami kondisi dan lingkungan yang unik dan dengan begitu memperoleh
pengetahuan dan keahlian yang khusus atau berbeda. Ilmuwan juga percaya
bahwa perkembangan beberapa kemampuan tidak berhubungan dengan
lingkungan dan merupakan perilaku yang dipelajari secara kultural.
Contohnya. simpanse yang hidup di Bossou, Guinea di Afrika Barat,
seperti rekan-rekan mereka yang hidup di tempat lain, menggunakan daun
untuk menghilangkan rasa haus dengan menaruhnya dalam lubang pohon dan
membiarkannya menyerap air di dalam. Namun, hanya simpanse Bossou yang
terlihat melipat daun dalam mulut mereka untuk membuat wadah kecil lalu
menaruhnya ke dalam sumber air. Perilaku lainnya yang dipandang unik
pada simpanse Bossou termasuk memakan ganggang dengan menyendoki
permukaan kolam menggunakan batang pakis atau tanaman lain lalu menaruh
batang tersebut di mulut mereka.
Kami dengar simpanse cukup
pintar memakai alat-alat seperti manusia. Bisakah Anda jelaskan
alat-alat macam apa yang mereka pakai dan untuk apa dengan contoh?
Dr. Tetsuro Matsuzawa:
Simpanse diketahui dapat menggunakan berbagai macam alat, tapi hal
terpenting adalah mereka menggunakan alat yang unik berdasarkan warisan
budaya mereka sendiri yang berbeda sesuai dengan daerah masing-masing.
Sebagai contoh, apa yang telah saya pelajari adalah simpanse yang
tinggal di desa kecil bernama Bossou di Guinea, Afrika Barat. Mereka
menggunakan batu-batu: satu sebagai dasar dan yang lain sebagai palu
untuk memecahkan biji kelapa yang keras. Ini adalah kelapa. Tekanlah
sedikit, maukah Anda? (Ya) Keras, bukan? Kita tidak bisa makan seperti
ini. Tapi ketika retak, terbuka, biji atau kacang-kacangan seperti
almond ada di dalam. Simpanse meretakkan cangkangnya dengan palu dan
alas lalu makan kacangnya. Ini adalah alat yang mereka pakai: palu dan
sebuah alas. Mereka mengambil batu atau alas seperti ini. Ini adalah
palu batu. Mereka telah menggunakannya terus-menerus generasi demi
generasi, jadi ada lekuk di permukaannya. Batu ini berat. Periksalah
beratnya.
Supreme Master TV: Oh, berat, bukan? Saya melihat lekuk di permukaannya.
Dr. Tetsuro Matsuzawa:
Mereka meretakkan cangkang dan mengambil kacang ke luar dan memakannya.
Ini adalah alat paling terkenal yang digunakan simpanse di Bossou.
Supreme Master TV: Tim
arkeolog yang dipimpin oleh Julio Mercader dari Universitas Calgary di
Kanada menemukan palu batu digunakan oleh simpanse yang hidup 4.300
tahun lalu di daerah yang sekarang adalah bagian dari negara Pantai
Gading di Afrika. Riset mereka menyimpulkan, praktik penggunaan
alat-alat ini untuk meretakkan kacang bukan hasil dari meniru manusia,
melainkan sesuatu yang ditemukan secara terpisah oleh primata, dan
pengetahuan tersebut lalu diteruskan dari generasi ke generasi sampai
saat ini.
Dr. Tetsuro Matsuzawa:
Biji sawit ini tidak terlihat bisa dimakan. Tidak ada yang tahu kita
bisa makan bagian dalamnya dan ada kacang-kacangan di dalam. Tapi, saat
orangtua simpanse meretakkan cangkang itu, bayi simpanse melihatnya, dan
pengetahuan bahwa “ada kacang di dalam biji ini, dan jika diretakkan
menggunakan beberapa batu: sebuah palu dan alas, kacang di dalamnya
dapat dimakan” dan tekniknya pun telah diteruskan kepada anak-anak dari
orangtua mereka dari generasi ke generasi. Dan yang menarik adalah
orangtua tidak mengajarkan, mereka hanya menunjukkan bagaimana
melakukannya. Anak simpanse melihat dan belajar dengan memperhatikan.
Kami menyebutnya “tanpa belajar” atau “belajar dengan melihat”. Dalam
bahasa Inggris disebut “pendidikan dengan magang master”. Ini adalah
cara belajar dimana seorang murid atau seorang magang melihat bagaimana
ibu atau guru melakukan sesuatu untuk jangka waktu yang lama dan belajar
dengan melihatnya.
Mengajar dengan aktif berarti mengajar
menggunakan tangan dan mengarahkan dengan ucapan. Tidak ada mengajar
aktif di antara simpanse. Jadi, saya kira dalam kasus meneruskan
keterampilan tradisional untuk penerus atau untuk anak cucu, "pendidikan
oleh guru" atau magang, apa yang dilakukan simpanse ini, mungkin adalah
bentuk paling dasar dari meneruskan tradisi untuk anak cucu.
Supreme Master TV: Melalui
penelitian ini, Dr. Matsuzawa juga menemukan bahwa simpanse liar yang
hidup di Bassou telah belajar mengenal dan menonaktifkan perangkap jerat
kompleks dari manusia tanpa cedera. Perilaku ini telah menjaga populasi
Bassou relatif aman dari bahaya. Di komunitas simpanse lainnya yang
tidak memiliki pengetahuan ini, sedihnya beberapa anggota telah terluka
parah oleh perangkap itu.
Dr. Tetsuro Matsuzawa: Grup
peneliti kami baru-baru ini melaporkan bahwa simpanse dapat membongkar
perangkap yang dibuat manusia. Perangkapnya tidak dibuat untuk simpanse,
tetapi untuk binatang yang lebih kecil seperti tikus. Ada perangkap
jerat untuk menangkap mereka di seluruh Afrika. Sebuah kawat melingkar
dililitkan pada ujung tongkat bengkok, dan saat hewan kecil menginjak
tongkat, pegasnya membuat kawatnya mengikat erat-erat di sekeliling
objek. Tangan atau kaki simpanse terperangkap oleh perangkap jerat
seperti ini. Dan perangkap jerat dulunya dibuat dari tanaman menjalar,
jadi sekalipun simpanse terperangkap, ia dapat melepaskan diri. Tapi
sekarang terbuat dari kawat, sehingga tidak akan membusuk. Simpanse
terus kehilangan jari tangan atau kaki karena perangkap yang mengikat
erat. Kecelakaan ini telah terjadi di seluruh Afrika. Simpanse Bossou
mengetahui bentuk dari perangkap jerat, dan simpanse dewasa
menghancurkannya karena pengetahuan dan ketrampilan untuk melucuti
perangkap telah diturunkan dari generasi ke generasi seperti dalam kasus
meneruskan tradisi dan budaya. Seperti yang telah saya sebutkan
sebelumnya, tradisi budaya bervariasi menurut wilayah, dan seorang anak
melihat dan meniru apa yang dilakukan orang tua. Anda dapat menganggap
perilaku melucuti perangkap sebagai variasi penggunaan berbagai macam
alat.
Supreme Master TV: Dalam
penjelajahannya tentang kecerdasan simpanse, Dr. Matsuzawa bekerja
secara ekstensif dengan dua simpanse – Ai dan anaknya, Ayumu.
Dr. Tetsuro Matsuzawa:
Dua tugas utama diberikan kepada mereka. Tugas pertama adalah untuk
belajar angka. Mereka memahami angka atau angka Arab. 1, 2, 3, 4, 5, 6 ,
7, 8, 9. Awalnya kami ajarkan angka 1 sampai 9. Dan sekarang kami
berusaha mengajarinya 1 sampai 19. Jika saya tidak salah, hari ini
adalah belajar 1 sampai 13 atau seterusnya. Dan kadang-kadang angka 18
dan 19 juga tampil di layar. Tadi kita lihat bagaimana Ai dan Ayumu
belajar angka 1 sampai 19 dengan cukup baik. Puncak penelitian ini
adalah pemakaian angka dalam penelitian tentang daya ingat.
Supreme Master TV:
Siapa yang lebih baik dalam hal mengingat angka-angka – manusia atau
simpanse? Perlu beberapa saat bagi mata manusia untuk membaca angka pada
layar komputer, simpanse sanggup dengan cepat mengingat angka-angka dan
lokasinya dengan keakuratan lebih tinggi daripada manusia.
Dr. Tetsuro Matsuzawa: Penelitian
kami mengungkap bahwa simpanse memiliki daya ingat lebih baik daripada
manusia. Agar lebih tepat, tujuh angka muncul di layar komputer. Seperti
1, 2, 4, 5, 7, 8, 9. 3 dan 6 dilompati. Kami menunjukkan angka antara 1
sampai 9, dengan dua angka dilompati, dan membiarkan mereka menyentuh
angka terkecil, misalnya angka 1. Kemudian enam angka lain berubah
menjadi segi empat putih.
Hal ini cukup sulit. Perlu waktu
sekitar 0,6 detik bagi Ayumu untuk menyentuh yang pertama setelah
diberitahu, “Tolong beri saya jawabannya.” Itu berarti bahwa dengan
segera dia mengingat angka yang muncul di layar hanya selama 0,6 detik
dan di mana angka itu berada. Anda harus menyadari bahwa simpanse
memiliki daya ingat yang sangat baik karena kita telah melihatnya dengan
mata kepala sendiri. Benar? Saya pikir penelitian ini mungkin contoh
pertama di dunia yang terbukti secara ilmiah dan secara objektif
memperlihatkan bahwa bayi simpanse memiliki daya ingat lebih baik
daripada anak manusia.
Supreme Master TV: Selain memahami angka, Dr. Matsuzawa menemukan bahwa simpanse sanggup belajar membaca.
Dr. Tetsuro Matsuzawa:
Pelajaran lainnya untuk Ai dan Ayumu yang kami tunjukkan adalah mereka
mempelajari warna dan huruf China. Pelajaran ini untuk memilih huruf
China yang menandakan warna yang dilihat di antara 10 huruf. Misalnya,
jika mereka melihat merah, mereka harus memilih huruf China yang berarti
merah. Demikian juga sebaliknya jika melihat huruf China yang berarti
warna biru, mereka harus memilih biru di antara 10 warna yang berbeda.
Ini juga sebuah pelajaran menggunakan komputer. Telah ditunjukkan bahwa
simpanse bisa belajar dan mengidentifikasi warna dalam hal huruf dan
membaca huruf dan memahami maknanya.
Supreme Master TV: Selama
bertahun-tahun Dr. Matsuzawa telah menghabiskan banyak waktu bersama
simpanse, dan telah mengembangkan ikatan mendalam dengan makhluk penuh
kasih ini. Dia sanggup menyampaikan ide kepada mereka dan menjelaskan
respons mereka.
Dr. Tetsuro Matsuzawa: Kami
berkomunikasi dengan dua cara berikut ini. Saat kami memasuki ruang
simpanse, kami berbicara kepadanya dengan cara manusia. Misal, saya
berkata “Duduk” dan “Buka mulutmu” dengan isyarat tangan dan tanda. Saya
mungkin menggunakan bahasa isyarat Jepang, atau bahasa isyarat Amerika.
Selanjutnya, saya mungkin memakai bahasa tuturan. Jadi, saya gunakan
metode komunikasi yang lengkap. Tapi, semuanya dilakukan dengan
komunikasi cara manusia. Saya komunikasikan maksud saya dengan isyarat
atau suara atau tuturan. Dan cara lain adalah ekspresi dan bahasa
simpanse. Maka dari itu, saya ucapkan "Ah Ah Ah Ah Ah" untuk sampaikan
kegembiraan saya. Suara mereka “Oh ho Oh ho Oh ho Oh ho” adalah berkata
“Hei!” Saat ada keributan di luar di antara para simpanse, saya
berteriak “Oh ho!” kepada simpanse-simpanse yang ada di luar, dan Ai
menanggapi saya. Dengan berkomunikasi dengan cara mereka, saya menjadi
simpanse. Kadang-kadang saya berkomunikasi dengan simpanse lewat
berpikir dan bertindak seperti simpanse. Singkatnya, saya mungkin
berkomunikasi dengan simpanse dengan cara seperti manusia atau mungkin
saya menjadi simpanse dan berkomunikasi dengan cara seperti simpanse.
Jika ingin memelihara hubungan dekat, kita terpaksa harus membangun
komunikasi seperti ini dari hari ke hari. Saat bertemu simpanse setiap
hari, dan terus berlanjut selama satu bulan, satu tahun, 10 tahun, dan
kemudian 30 tahun, cukup alami untuk menjadi dekat dengan mereka
Supreme Master TV:
Simpanse yang cerdas adalah makhluk yang sangat sosial dan penuh kasih
yang menjaga keluarga dan sahabatnya dengan penuh kasih. Walaupun
simpanse hidup dalam masyarakat paternal, hubungan ibu-anak sangatlah
dekat dan emosi mendalam seperti perhatian dan simpati dengan jelas
teramati oleh para periset.
Dr. Tetsuro Matsuzawa:
Salah satu hal paling mengesankan yang melekat dalam pikiran saya
adalah ikatan antara induk dan anak sangatlah kuat. Mengenai membesarkan
anak, induk simpanse dengan sepenuh hati membesarkan anaknya sampai si
anak berusia lima atau enam tahun, kemudian mulai melahirkan anak
berikutnya. Karena itu, saya rasa ikatan antara orangtua dan anaknya
sangatlah kuat. Induk simpanse tak pernah memarahi anaknya. Dia tidak
pernah marah, tidak memukul, tidak mengabaikan anaknya, tidak kasar pada
anaknya. Anaknya tidak bisa hidup terus jika diperlakukan begitu. Atas
dasar keamanan atau kebebasan, si anak bisa perlahan-lahan berpisah dari
induknya, dan menjadi dekat dengan teman-teman dari grup lain. Dasar
yang aman untuk menjelajahi dunia luar – adalah peran dari si induk.
Saya pikir bahwa itulah bagaimana si induk menunjukkan kasihnya terhadap
si anak, dan bagaimana cinta tumbuh antara induk dan anaknya. Saya rasa
ini benar-benar mengagumkan dan indah.
Supreme Master TV:
Banyak tradisi spiritual mengajarkan bahwa yang terbaik adalah hidup
pada saat sekarang dan tidak berkonsentrasi pada masa lalu atau masa
depan karena bisa menciptakan kecemasan atau ketidakbahagiaan. Dari
penelitiannya, Dr. Matsuzawa menemukan bahwa simpanse bisa beradaptasi
pada situasi yang sangat berat dan masih menjaga sikap untuk fokus pada
saat ini.
Dr. Tetsuro Matsuzawa: Simpanse
tak pernah berubah saat sehat maupun sakit. Tentu saja mereka bisa
sakit, jadi mereka mungkin terkadang menderita. Ada simpanse yang saat
ini punggungnya menjadi datar. Berat badan simpanse ini telah turun, dan
tak sanggup mengubah posisi, yang menyebabkan luka baring. Saya tidak
sanggup menahannya bila menjadi simpanse ini pada situasi seperti itu.
Tapi, dia terlihat tidak depresi. Simpanse ini nakal saat masih kecil,
dan biasa meminum air lalu menyemburkannya. Perilaku nakal ini tidak
berubah. Dalam hal ini, saya pikir simpanse benar-benar tidak tertekan
mengenai esok hari. Terlebih lagi, mereka tidak berpikir tentang minggu
depan atau bagaimana jadinya kehidupan masa depannya, mereka hanya
menempatkan kepentingan pada kenyataan yang dijalani di sini dan
sekarang. Saya pikir simpanse adalah makhluk yang alami. Mereka adalah
siapa dirinya. Simpanse tidak pernah putus asa. Karena mereka hanya
hidup di sini dan sekarang.
Supreme Master TV: Sayangnya
simpanse adalah spesies yang terancam punah karena tindakan manusia
yang merusak telah menyebabkan jumlahnya menurun drastis akhir-akhir
ini.
Dr. Tetsuro Matsuzawa:
Diperkirakan bahwa paling sedikit sejuta simpanse hidup di Afrika
sekitar 100 tahun lalu. Jumlah satu juta dihitung dengan menggunakan
statistik kepadatan habitat: berapa simpanse menempati berapa luas
wilayah, dan seluas apa sisa hutannya. Seperti yang bisa dipahami,
masalah mendasarnya adalah bahwa rumah mereka yaitu hutan-hutan telah
menghilang hari demi hari. Karena itu, habitat mereka telah semakin
menyusut, dan sekarang mereka hanya berjumlah 0,2 juta simpanse. Masalah
terbesarnya adalah penyusutan hutan. Salah satu alasannya adalah
manusia menebangi pohon-pohon. Kita menebang pohon untuk menghasilkan
kertas. Yang lain adalah untuk membuat tanah pertanian dengan menebangi
pepohonan di hutan. Saat populasi bertambah, pertanian tebang dan bakar
juga meningkat. Selain itu, inilah masalah terbesar penyebab penebangan
hutan. Masalah kedua adalah perburuan liar. Orang-orang yang tinggal di
hutan tropis Afrika berburu hewan dengan senapan demi makanan dan
simpanse adalah makanan mereka. Masalah ketiga adalah penyakit.
Misalnya, penyakit seperti polio, Ebola, dan AIDS terjadi di antara
manusia dan simpanse lewat rute infeksi masing-masing. Jadi, penyakit
manusia bisa menginfeksi simpanse dan bisa menjadi fatal. Singkatnya,
penebangan hutan, perburuan liar, dan penyakit: semua tindakan manusia
membuat jumlah simpanse liar menurun.
Supreme Master TV: Untuk
membantu menyelamatkan hilangnya primata ini, Dr. Matsuzawa sangat
berharap agar penelitiannya mengubah hati orang-orang agar umat manusia
mengenali bahwa semua makhluk adalah keluarga dan layak kita lindungi.
Dr. Tetsuro Matsuzawa: Mari
hentikan pembedaan manusia dan hewan. Sudah terbukti bahwa manusia
bukanlah tumbuhan, tapi adalah jenis hewan. Tidak ada jenis hewan khusus
bernama manusia, tetapi kita adalah sejenis hewan. Setiap hewan
menjalani kehidupan secara berbeda. Kita harus memahami bahwa semua
makhluk hidup tercipta dari kode genetik yang tersusun dari empat dasar
A, T, G, C: adenina, timina, guanina, dan sitosina. Hanya dalam 10 tahun
sejak hal ini ditemukan. Yang mengejutkan bagi para peneliti dan
ilmuwan adalah penemuan bahwa 40% gen padi adalah sama dengan gen
manusia. Sebenarnya, gen kita tidak lebih banyak dibanding dengan
makhluk lain. Gen kita juga tidak terlalu kompleks. Gen manusia
sepenuhnya terlihat seperti gen pada makhluk lain dan simpanse dan
bahkan padi. Maka dari itu, telah beberapa tahun sejak kita menjadi
benar-benar memahami kenyataan pertalian dalam hidup dan dasar ilmiah.
Seperti ada semacam pemahaman tentang manusia seperti “Kita semua adalah
makhluk yang sama, atau manusia yang sama”, mirip seperti itu ada
pemahaman bahwa “Setiap makhluk hidup saling terhubung satu sama lain”.
“Untuk memahami makhluk hidup selain dari pandangan dunia yang berpusat
pada manusia” mungkin merupakan pesan paling penting dari penelitian
tentang simpanse ini.
Supreme Master TV: Terima
kasih banyak, Profesor Tetsuro Matsuzawa, karena telah menunjukkan
kepada dunia bahwa ada begitu banyak persamaan mendasar antara manusia
dan simpanse. Kami berdoa agar dengan menyadari akan tingginya
kecerdasan sepupu primata kita, manusia akan segera menghargai dan
menjaga hidup simpanse termasuk semua makhluk lain yang luar biasa di
Bumi kita. yang luar biasa di Bumi kita.
Untuk detail lebih lanjut tentang Dr. Matsuzawa, silakan kunjungi
www.PRI.kyoto-u.ac.jp