12

Hiburan yang Mencerahkan
"Hikayat mengenai Karma". Opera Rakyat Modern Spesial Aulac (Vietnam) Adaptasi dari Puisi Maha Guru Ching Hai "Suara Hati Seekor Anak Babi" - (Bahasa Aulac)


Kami akan menampilkan pertunjukan perdana dunia opera rakyat modern Au Lac (Vietnam) “Kisah tentang Karma (Ganjaran)”, yang secara khusus diangkat dari puisi “Suara Hati Seekor Anak Babi” yang ditulis oleh Maha Guru Ching Hai pada usia akhir 20-an, melalui adaptasi musisi Thai An dan penulis skenario Hoang Song Viet.

Seorang vegetarian sejak masa mudanya, Maha Guru Ching Hai sangat menghargai kehidupan semua makhluk, apakah hewan peliharaan atau burung di alam liar, serangga kecil yang sederhana atau hewan yang kuat seperti gajah, beruang, dll yang malangnya telah ditangkap demi hiburan manusia.

Maha Guru Ching Hai selalu merasa berduka atas keadaan buruk para hewan yang diperlakukan dengan kejam. Karena itu, sejak mudanya, beliau telah menulis puisi yang menggambarkan perasaan dari para hewan sesama penghuni Bumi, seperti ‘Hati Seekor Anak Anjing’, ‘Suara Hati Induk Ayam’ dan ‘Suara Hati Seekor Anak Babi'.

Selain itu, Maha Guru Ching Hai juga menulis tiga buku terlaris internasional #1. “Anjing-anjing dalam Hidupku”, “Burung-burung dalam Hidupku”, dan “Satwa Liar yang Mulia”, yang mulanya ditulis dalam bahasa Inggris, dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa seperti Au Lac (Vietnam), Polski, Korea, Jerman, Mongol, Indonesia, Rusia, Jepang, Prancis, Spanyol, dan China.

Upaya tekunnya adalah pengingat bagi umat manusia akan kualitas mulia dan cinta kasih dari teman-teman hewan kita yang selalu mengorbankan diri mereka, memberikan kesetiaan dan pengampunan, serta hadiah mengagumkan ke dalam kehidupan kita.

Sayangnya, saat ini nasib teman-teman hewan kita di Bumi penuh kesengsaraan. Setiap tahun, 140 miliar hewan dibunuh untuk menyuplai industri daging, telur, dan susu di seluruh dunia. Di Amerika Serikat sendiri, lebih dari 100 juta babi dibantai setiap tahun. Ini belum termasuk jutaan hewan yang dibunuh di laboratorium setiap tahun; jutaan anjing dan kucing yang dibunuh di penampungan hewan telantar; dan banyak hewan yang mati karena disiksa demi “hiburan” di sirkus, adu banteng, adu ayam, pacuan kuda, pacuan anjing, dan sebagainya.

http://www.adaptt.org/killcounter.html
http://www.chacha.com/question/how-many-pigs-are-killed-in-the-us-each-year

Selama puluhan tahun, dalam ceramahnya di seluruh dunia, Maha Guru Ching Hai selalu menasihati penduduk Bumi untuk kembali ke jalan kasih dan menghentikan pembunuhan. Dalam tahun-tahun terakhir ini, karena daruratnya perubahan iklim, beliau dengan penuh kasih memenuhi permintaan untuk berbicara dalam banyak konferensi video dan menjawab pertanyaan dari masyarakat tentang solusi paling efektif untuk sekarang dan mendatang. Pesannya, sederhana namun mendalam dan akurat dalam setiap aspek, dari sains, ekonomi, kesehatan, hingga spiritualitas, telah menjadi slogan yang dengan antusias didukung oleh banyak organisasi dan individu terkemuka dalam masyarakat, termasuk ilmuwan, pejabat pemerintah, profesional medis, artis, atlet, dan selebriti: “Jadilah Vegan, Bertindaklah Hijau, untuk Menyelamatkan Bumi!

Pada peluncuran edisi bahasa Au Lac (Vietnam) “Burung-burung dalam Hidupku” di Pathumthani, Thailand, 11 Oktober 2008, Maha Guru Ching Hai, sebagai penulis dan tamu kehormatan, menjawab melalui konferensi video pertanyaan dari peserta yang meliputi para ilmuwan, dokter, profesor, dan artis Au Lac tentang pentingnya teman-teman hewan kita di Bumi.

Maha Guru Ching Hai: Karena hewan-hewan yang tak berdaya ini, mereka tidak melakukan apa pun yang membahayakan kita, mereka hanya membawa sukacita untuk memperindah hidup manusia. Selain itu, mereka juga menunjukkan kepada kita kasih tanpa pamrih.

Kita seharusnya tidak berbuat kejam, seperti mengurung hewan dalam kondisi yang demikian buruk dan menyedihkan. Tetapi, manusia belum memahami, sehingga mereka terus melakukan hal-hal itu. Jadi, kita berharap suatu hari seluruh dunia akan terbangunkan, mengasihi dan peduli satu sama lain, termasuk semua satwa yang tidak bersalah agar Surga dan Bumi mengasihani kita dan melepaskan kita serta anak-anak kita sehingga planet ini dapat selamat untuk dinikmati setiap orang.

Supreme Master TV: Menyelamatkan planet memang dipandang sebagai prioritas utama bagi manusia saat ini. Pada awal Juni 2010, Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan kepada dunia untuk beralih ke pola makan vegan demi menyelamatkan Bumi. Bapak Achim Steiner, Direktur Eksekutif Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa, menjelaskan konsekuensi yang membahayakan dari peternakan hewan.

"Dua bidang besar yang saat ini mempunyai dampak tinggi yang tidak sebanding terhadap manusia dan sistem yang mendukung kehidupan di planet ini – adalah energi dalam bentuk bahan bakar fosil dan pertanian, khususnya pemeliharaan ternak demi daging dan produk susu…”

Dalam laporan yang berjudul “Menaksir Dampak Lingkungan dari Produksi dan Konsumsi”, para peneliti dengan jelas menyatakan, "Pengurangan dampak secara substansial hanya mungkin dengan perubahan pola makan secara substansial di seluruh dunia, menghindari produk hewani." Fakta bahwa sebuah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa meminta dengan sangat agar umat manusia menerapkan perubahan pola makan secara substansial di seluruh dunia, menghindari produk hewani” mencerminkan tujuan akhir untuk menyelamatkan planet ini dari pemusnahan diri sendiri.

Sejak dari awal, hewan tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi makanan manusia. Selain itu, hewan juga memiliki pikiran dan perasaan mereka sendiri. Kini bergabunglah dengan kami untuk mendengarkan perasaan sepenuh hati dari hewan yang sangat akrab dengan kehidupan kita melalui syair Maha Guru Ching Hai dalam puisi “Suara Hati Seekor Anak Babi”.

Di hari pertama aku bertemu denganmu
Adalah hari kelahiranku.
Merah muda dan bulat, oh aku sungguh montok

Bersama Ibu aku bersenda gurau dengan gembira.
Dengan kasih engkau memandangku
Memuji, “Oh, kau sungguh bulat, betapa lucunya!”

Setiap hari engkau datang berkunjung
Membawa air sejuk dan hidangan vegetarian yang lezat.
Ibu dan aku sangat tersentuh
Kebaikanmu lebih berharga dari emas.
Aku menjalani kehidupan yang damai
Di bawah pemeliharaan dan perlindunganmu
Seiring dengan berlalunya waktu aku semakin montok
Hanya makan, istirahat, dan bermain saja…

Begitu indahnya pagi ini
Di kala awan sedang melayang melintasi langit,
Aku dan Ibuku berdekapan erat
Tak sadar akan tragedi yang akan menimpa!

Dua pria muda berotot
Kuat laksana macan dan gajah
Melumatkan tubuh kecilku
Masuk ke dalam sangkar kengerian!
Tidak ada jalan untuk lolos!
Oh Tuhan, api pencucian apakah ini?

Aku meratap dalam ketakutan dan kengerian
Ibu, oh Ibu, tolong selamatkan aku!
Oh pemeliharaku, tolong segera datang lindungi aku!
Selamatkan hidupku, aku masih muda!

Ibuku menjerit dalam duka
Air mata putus asa memenuhi matanya.
Surga yang tak terukur tak dapat menampung
Derita yang tak terkira ini!

Pengurusku berpaling pergi
Tangannya sibuk menghitung tumpukan uang.
Dengan malang aku terguncang-guncang dalam peti barang
Hati yang hancur lebih sakit daripada penderitaan tubuh!

Dua pria muda itu berkelakar:
“Anak babi ini akan sangat lezat!
Besok kita akan menyembelihnya
Untuk merayakan kelahiran bayiku yang baru lahir!”

Oh, betapa ironisnya hidup ini!
Jiwaku dihancurkan,
Air mata mengalir dalam hatiku
Laksana darah mengalir dalam anak sungai.
Aku kira kau mencintaiku
Memeliharaku sampai dewasa
Tetapi semua ini hanyalah pura-pura
Bagimu, ini hanyalah keuntungan dan uang!

Besok tubuhku akan disembelih menjadi potongan kecil
Daging dan tulangku berubah menjadi siksaan belaka
Hanya agar mereka dapat tertawa dalam keriangan
Di pesta dan pertemuan bahagia mereka.

Untuk anakmu yang baru lahir dan yang lainnya
Aku berharap agar mereka panjang umur
Agar keluargamu dapat berkumpul bersama
Dan tidak perlu menanggung nasib seperti diriku...

Aku berdoa agar seluruh keluargamu hidup dengan mulia
Untuk menjadi manusia dalam banyak kehidupan
Dan tak pernah dilahirkan sebagai babi
Yang selalu membayar hutang karma!

Oh, selamat tinggal kehidupan...
Aku rindu pada ibuku yang menderita.
Dengan berlinang air mata aku berteriak...

Oh, Ibu! Ibu... Ibu...





International Sites
English | Âu Lạc | 正體中文 | 简体中文 | Français | Deutsch | Magyar | Italiano | 한국어 | Indonesia | Español | Português | Svenska | فارس | jezik | Русский | 日本語
  • Versi PC Atas