Ikan paus meninggal di dua pendamparan .
Sampai Rabu malam, 16 November, meskipun penyelamatan terus diupayakan, total 91 paus mati pada insiden pendamparan terpisah yang terjadi di pantai terpencil di Tasmania, Australia dan ujung utara Pulau Selatan di Selandia Baru.
Di Selandia Baru, 65 paus pilot yang terdampar ke pantai awal minggu itu semuanya mati, sebagian karena lokasinya tidak bisa dijangkau sehingga tak dapat dilakukan penyelamatan.
Sementara itu di Australia, dua paus berhasil digiring balik ke perairan yang lebih dalam, tetapi yang ketiga mati pada hari Rabu, dengan total 26 yang mati setelah mereka terdampar di sebuah pantai Tasmania pada Sabtu sebelumnya.
Ilmuwan percaya bahwa paus dapat terdampar ke pantai dalam kelompok karena sifat sosialnya yang kuat, dengan banyak yang merespons terhadap sinyal bencana yang dikirim oleh satu atau lebih anggota kawanannya yang sakit atau hilang arah.
Dengan dukacita yang dalam atas kematian tragis keajaiban laut yang indah ini, kami menyampaikan penghargaan kami kepada para penyelamat atas upaya kepedulian mereka. Semoga hati manusia tersentuh untuk hidup sedemikian rupa agar semua penghuni Bumi dapat berkembang.
Berbicara dengan keprihatinan atas kondisi penuh bahaya yang dihadapi oleh banyak hewan laut yang menghadapi peningkatan polutan serta perubahan iklim yang disebabkan manusia, Maha Guru Ching Hai berbicara tentang terdamparnya paus dan lumba-lumba, dan apa yang harus dilakukan untuk melindungi semua makhluk.
http://www.news.com.au/breaking-news/dozens-of-whales-dead-after-mass-strandings-off-new-zealand-australia/story-e6frfku0-1226196036455,
http://news.xinhuanet.com/english2010/sci/2011-11/15/c_131246635.htm, http://www.taiwannews.com.tw/etn/news_content.php?id=1759047 http://www.japantoday.com/category/world/view/61-whales-die-in-new-zealand-mass-stranding
http://articles.boston.com/2011-11-17/news/30411040_1_whale-strandings-sperm-whale-pilot-whales
Berita Tambahan
Mulai dari Burundi, Afrika, para warga yang peduli bergabung dalam Karavan Harapan, yang menempuh 4.000 mil di 10 negara untuk mencapai Durban, Afrika Selatan, pada tanggal 26 November 2011, di mana para peserta akan menyerukan solusi yang adil dari KTT perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa.
http://allafrica.com/stories/201111130026.html
http://www.indcatholicnews.com/news.php?viewStory=19300
http://www.convoyofhope.org/
Konsisten dengan temuan dari laporan akhir yang dikeluarkan oleh Panel Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim pada 18 November 2011, yang meramalkan peningkatan kejadian cuaca ekstrem, Pusat Data Iklim Nasional AS menyatakan bahwa rekor jumlah bencana telah terjadi sejauh ini pada tahun 2011, dengan kerusakan finansial semata mendekati US$50 miliar.